Bagaimana jadinya kalau sad boy bertemu dengan sad girl.
Disarankan membaca Dosenku Suamiku dulu biar feel-nya dapat. Novel ini merupakan squel dari Dosenku suamiku.
"Sayang..... jangan bobo dulu aku mau lagi." ~ Zidane
"Apaan sih Bang, tinggal comot aja langsung."~ Anna
"We....asyik...."~Zidan
"Abaaang.... gubrak"~Anna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Rahasia
Dua hari menjelang pernikahan Zidan semakin uring-uringan nggak jelas. Kalau kata Dilan sih. Rindu itu berat, bahh.... emang iya sih sumpah. Kok aku jadi gini sih apa itu... artinya aku udah cinta?
Zidan berjalan mondar mandiri wara wiri kaya setrikaan. Lalu menuju kamar adiknya yang entah lagi apa di depan laptop. Sok sibuk dia mah, padahal biasanya paling lagi nonton drakor. 'Tuh kan bener' Zidan sedikit mengintip.
"Apaan sih gangguin aja, minggir sana." Gerutu Icha kesal
"Lo nanti mau ikut mama ke rumah Anna nggak?"
"Hmm...." Anjir adik gue jawabnya ngeselin banget cuma hm
"Nitip sesuatu buat Anna." Icha yang lagi mantengin laptop beralih menatap Zidan penuh selidik.
"Nitip apaan jangan yang berat-berat apalagi yang aneh-aneh ketahuan sama mama, gue bisa di golok."
"Serem amat sih Cha, cuma mau nitip ini nggak berat dan nggak nyusahin sama sekali." Zidan menyodorkan kertas yang sudah di lipat rapih dan wangi.
"Apaan, duit?" Tanya Icha dengan kening berkerut
"Geblek! surat cinta oneng, awas harus sampai ke tangan Anna dengan aman jangan sampai lecek."
"Ya kalee aja duit, gue bisa nepotisme. Habisnya lo juga aneh banget nitip pake di amplopin segala."
"Biar mama nggak curiga, lo kan tahu ibu negara nggak ngebolehin gue kontek-kontekan sama Anna dalam bentuk apapun."
"Kejem juga ya tuh mama, Kira-kira gue kalau nikah di giniin juga nggak ya?" Icha menerawang
"Mana gue tahu, pacar aja belum punya udah mikir nikah aja." Cibir Zidan
"Ih jadi kakak ngeselin banget sih." Icha berdecak sebal.
"Tapi dulu perasaan waktu nikahan kak Darren mama nggak gini-gini amat deh, mungkin karena kak Darren itu di jodohin, dan sudah dewasa beda sama kakak yang masih suka cengengesan tapi heran kok udah ngebet nikah. Gue curiga," tiba-tiba Icha menatap Zidan dengan tatapan mengintimidasi.
"Apa? curiga apa? jangan bikin asumsi yang nggak-nggak lhoh."
"Awas aja kalau lo cuma jadiin kak Anna sebagai pelarian semata, gue bakalan aduin ke mama biar nikahnya di batalin."
Glek!
Zidane susah payah menelan ludahnya sendiri. Omongan Icha membuat moodnya tambah amburadul. Walaupun awalnya setingan tapi Zidan kini yakin hatinya sudah tumbuh sayang untuk Anna. Terbukti selama lima hari tak berkabar membuat dirinya semakin merana gundah gulana.
Sementara di kediaman Anna. Orang-orang sedang mendekor rumah dan kamar Anna. Banyak dari keluarga besar Anna yang tampak sudah berkumpul membuat berbagai makanan penyambutan untuk acara besok.
Mama dan Bu Yuli rencananya akan pergi hari ini memastikan semua berjalan lancar sampai hari H. Kedua ibu itu menjadi semakin sibuk dan sangat berantusias menyambut pernikahan putra putrinya. Mama Alin juga mengajak Anna ke salon untuk merilekskan tubuhnya.
Namun sebelum pergi Icha lebih dulu menyusul calon kakak iparnya ke kamar.
"Kak Ann nih ada titipan." Anna menyodorkan sebuah amplop putih.
"Apaan Cha?"Anna menatap amplop di tangan Icha dengan masygul.
"Buka aja tapi jangan sampai ketahuan mama." Kali ini tangan Anna terulur mengambil amplop di tangan Icha dengan kening berkerut. Lalu segera memasukkan amplop tersebut yang belum tahu isinya apa ke dalam laci meja.
Berhubung sudah di tunggu mama Yuli dan calon martua nya Anna bergegas keluar dan akan membuka amplop itu nanti malam saja. Mereka berempat di tambah Naya menyusul akhirnya pergi ke salon kecantikan.
"Calon manten nggak boleh stress dan capek, supaya besok tampilannya fresh." Seloroh Naya sok bijak, padahal dulu ia waktu mau nikah sama Pak Darren stress banget sampai nangis-nangis. Sekarang malah udah cinta banget. Wkwk
"Bumil makin cantik aja, sebenarnya gue nggak stress sih tapi cuma kepikiran." Terang Anna jujur
Mungkin hampir seluruh kebanyakan wanita bila mendekati pernikahan akan mengalami kekhawatiran yang sama terhadap pasangan nya sekali pun yang saling cinta. Ada yang mengatakan bahwa pria yang bakalan bersanding dengannya apakah jodoh yang tepat? baik? dan tulus menemani sampai akhir hayat?
Dan masih banyak lagi asumsi yang lainnya. Ibarat kata lebih baik terlambat menikah dari pada salah memilih pasangan hidup.
Setelah dari salon mereka langsung pulang ke rumah masing-masing. Masih ada hari esok sebelum hari H, besok acaranya ijab qobul di rumah mempelai wanita terus untuk resepsi baru akan di adakan dua minggu lagi di ball room hotel sesuai dengan rencana.
Anna langsung masuk ke kamar begitu sampai rumah. Bahkan is lupa membuka amplop dari Icha yang katanya titipan dari Zidan dan belum di ketahui isinya apa.
Di rumah mama Alin, Zidan langsung bersorak girang begitu mobil yang di tumpangi mama dan Icha tadi pagi masuk ke dalam garasi rumahnya. Seperti anak kecil yang sedang menunggu ibunya pulang.
Begitulah Zidan umurnya sudah genap 22 tahun tapi kalau di lihat kelakuannya suka berasa anak TK. Noh lihat seneng banget lihat mama Alin pulang, eh ralat lebih tepatnya Icha yang pulang karena ia akan langsung menagih surat balasan dari Anna.
"Cha..." Zidan langsung mengekori Icha masuk ke kamarnya.
"Apasih... kakak minggir deh, aku mau istirahat." Icha mendorong tubuh Zidan agar keluar dari kamarnya.
"Bentar Cha... itu yang tadi kakak nitip ada balasan nggak?" Icha mengeryit
"Surat Cha...?"
"Surat apa Dan." Mana yang menyahut
Mampus gue
"Bukan apa-apa Ma."
"Udah sana tidur besok acara padat, jangan begadang, Anna nya nggak usah di pikirin terus lusa juga udah sah jadi istri kamu."
"Ma, boleh nggak pinjam ponsel Zidan sebentar, sebentar aja Ma... please..."
"Nggak boleh Dan, istirahat sana tidur. Mama juga sudah ngantuk mau istirahat." Jawab mama cuek tanpa mau peduli anaknya yang sudah menggerutu panjang pendek.
"Duh... ngalamat nggak bisa tidur malam ini kalau kepikiran Anna terus. Mana foto nggak punya, ngenes banget sih nahan rindu. Kira-kira Anna udah baca surat dari aku belum ya... dia lagi spa?" Zidan bergumam-gumam dalam kamarnya.
Dan entah di jam berapa Zidan tidur karena yang iya rasakan pagi-pagi subuh tubuhnya sudah di guncang Mama untuk bangun dan sholat subuh.
"Bentar Ma... baru juga tidur."
Sumpah nih mama gue resek banget ngeselin. Nurut males nggak nurut di bilang kualat. Gimana coba?
Akhirnya Zidan bangun walaupun dengan mata yang masih mengantuk dan langkah malas.
"Mimpin diri sendiri aja masih males kok udah mau mimpin rumah tangga, ah payah. Nanti mama bilangin ke Anna."
"Zidan siap Mah." Anak itu langsung gesit melesat ke kamar mandi, Mama Alin tersenyum geli.