Seorang wanita muda bernama Lydia dipaksa menikah dengan mafia kejam dan misterius, Luis Figo, setelah kakaknya menolak perjodohan itu. Semua orang mengira Lydia hanyalah gadis lemah lembut, penurut, dan polos, sehingga cocok dijadikan tumbal. Namun di balik wajah manis dan tutur katanya yang halus, Lydia menyimpan sisi gelap: ia adalah seorang ahli bela diri, peretas jenius, dan terbiasa memainkan senjata.
Di hari pernikahan, Luis Figo hanya menuntaskan akad lalu meninggalkan istrinya di sebuah rumah mewah, penuh pengawal dan pelayan. Tidak ada kasih sayang, hanya dinginnya status. Salah satu pelayan cantik yang terobsesi dengan Luis mulai menindas Lydia, menganggap sang nyonya hanyalah penghalang.
Namun, dunia tidak tahu siapa sebenarnya Lydia. Ia bisa menjadi wanita penurut di siang hari, tapi di malam hari menjelma sosok yang menakutkan. Saat rahasia itu perlahan terbongkar, hubungan antara Lydia dan luis yang bertopeng pun mulai berubah. Siapa sebenarnya pria di balik topeng
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Pesawat pribadi itu menembus awan kelabu, hingga akhirnya roda rodanya menyentuh landasan bandara internasional di Swiss. Kota itu tertutup salju tipis, langit pucat, udara dingin menembus jendela kaca kabin.
Lydia duduk tenang, meski di balik mantel hitamnya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Entah mengapa, dadanya terasa sesak, seolah ada sesuatu yang akan pecah. Luis yang duduk di sampingnya menoleh, memperhatikan perubahan samar di wajah istrinya.
“Kau tampak… tegang,” gumamnya.
Lydia menghela napas, menatap lurus ke depan. “Bukan tegang. Lebih seperti… takut. Ada sesuatu di Eropa yang tidak bisa aku kendalikan.”
Luis menatapnya lama, ingin bertanya lebih jauh, tapi suara pilot memecah ketegangan. “Nyonya, Tuan, kita sudah tiba.”
Tangga pesawat diturunkan. Angin dingin segera menyambut, menusuk tulang. Rafael turun lebih dulu, diikuti Luis. Lydia melangkah terakhir, mantel panjangnya berkibar ditiup angin. Para bodyguard Black Orchid membentuk barisan di bawah, namun pandangan Lydia tertumbuk pada sosok-sosok yang berdiri sedikit lebih jauh di depan.
Seorang pria berambut perak, gagah meski usianya sudah lanjut, mengenakan mantel wol tebal. Wajahnya teduh namun tegas, sorot matanya tajam sekaligus hangat. Di sampingnya berdiri seorang wanita anggun bergaun biru tua, senyumnya lembut penuh kerinduan. Dan di sisi lain, seorang pria muda berusia sekitar 30-an, dengan tubuh tegap dan sorot mata penuh kewaspadaan mirip sekali dengan ayahnya.
Langkah Lydia terhenti. Bibirnya bergetar, matanya membesar.
“Pa… Papa…?”
Alessandro Moretti tersenyum tipis, lalu membuka kedua lengannya. “Putriku.”
Tanpa pikir panjang, Lydia berlari. Bukan Lydia yang dingin, bukan pemimpin Black Orchid, bukan nyonya Figo yang penuh kuasa. Tapi seorang anak perempuan yang akhirnya menemukan kembali rumahnya. Ia jatuh dalam pelukan ayah angkatnya, air matanya pecah tanpa bisa ia tahan.
“Papa… aku… aku merindukanmu,” isaknya, suara pecah di bahu pria itu.
Alessandro mengusap rambut hitam putrinya dengan lembut. “Aku tahu, Lydia. Aku juga merindukanmu setiap hari. Dan aku bangga padamu… sangat bangga.”
Wanita di sampingnya ikut mendekat, meraih bahu Lydia. “Sayang… lihat aku. Kau masih ingat Mama?”
Lydia menoleh, air matanya jatuh semakin deras. Ia segera memeluk wanita itu, aroma harum lembut membuatnya semakin hanyut. “Mama… aku… aku kira aku tak akan pernah bertemu kalian lagi.”
Sang ibu angkat mengecup keningnya, suaranya bergetar. “Tidak ada yang bisa memisahkan kita selamanya, nak. Kau adalah anakku, apa pun yang terjadi.”
Pria muda di samping mereka akhirnya melangkah maju. Ia tidak berkata apa-apa, hanya membuka pelukan. Lydia terdiam sejenak, lalu tersenyum samar di sela air matanya. “Kak…”
Mereka berpelukan erat, tanpa kata-kata. Hanya detak jantung yang berpadu, kerinduan panjang yang akhirnya menemukan ujung.
Luis berdiri agak jauh, menyaksikan pemandangan itu dengan sorot mata takjub. Baru kali ini ia melihat Lydia benar-benar melepaskan semua topengnya bukan wanita dingin yang ia kenal, melainkan seorang putri kecil yang akhirnya pulang.
Rafael menepuk bahunya pelan. “Sekarang kau tahu, Tuan. Inilah alasan kenapa dia begitu kuat.”
Luis mengangguk pelan, hatinya terasa hangat sekaligus berat. Ia akhirnya sadar, Lydia bukan hanya miliknya, tapi juga bagian dari keluarga besar yang telah membentuknya.
Setelah beberapa saat, Lydia melepaskan pelukan, menyeka air matanya. Senyumnya tipis namun nyata. “Aku… aku pulang.”
Alessandro menatap putrinya penuh arti. “Dan kau pulang bukan sebagai anak kecil yang dulu aku selamatkan… tapi sebagai ratu yang dunia kenal sekarang. Namun, Lydia… meski dunia melihatmu sebagai penguasa, bagi kami, kau tetap putri kecil kami.”
Lydia menunduk, berusaha menguasai emosi. “Terima kasih… Papa, Mama, Kak. Aku… aku benar-benar merindukan rumah ini.”
Mereka bertiga tersenyum, lalu Alessandro meraih bahu Luis dan Rafael. “Terima kasih telah menjaganya. Mulai hari ini, kalian bagian dari keluarga ini juga.”
Luis sedikit kaku, tapi kemudian menunduk hormat. “Merupakan kehormatan bagi saya, Tuan Moretti.”
Senyum Alessandro melebar. “Panggil aku Papa. Karena jika kau mencintai Lydia, maka kau juga anakku.”
Luis menoleh sekilas ke arah Lydia, yang tersipu dan menunduk. Untuk pertama kalinya, ia merasakan sesuatu yang berbeda sebuah rasa memiliki, bukan hanya sebagai pasangan, tapi sebagai bagian dari keluarga yang utuh.
Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Dari kejauhan, Rafael melihat kilatan lensa. Ia segera menegangkan tubuh. “Tuan, Nyonya… kita harus pergi. Mata-mata Ventresca sudah ada di sekitar sini.”
Wajah Lydia berubah dingin kembali. Ia menghela napas, menatap ayah angkatnya. “Sepertinya reuni ini tidak akan berlangsung damai, Papa.”
Alessandro mengangguk. “Aku tahu. Ventresca sudah lama menunggu kepulanganmu. Tapi jangan khawatir, Lydia… kali ini kita akan melawan bersama.”
Lydia menatap mereka semua satu per satu ayah, ibu, kakak, suami, dan Rafael. Dadanya penuh emosi, tapi tatapannya kini mantap.
“Aku tidak peduli siapa yang mencoba menghalangi kita. Aku sudah kehilangan kalian sekali, dan aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi lagi.”
Mobil-mobil hitam segera bergerak, membawa mereka keluar dari bandara menuju markas keluarga Moretti. Dan di balik kegelapan malam Eropa, mata-mata Ventresca melaporkan,
“Sasaran sudah tiba. Dan dia tidak sendirian.”
Bersambung…
tp kl bnrn,aku orng prtma yg bkln kabooorrrr.....😁😁😁
bingung eike 🤔🤔🤔😁
lope2 sekebon buat author /Determined//Determined//Kiss//Kiss//Rose//Rose/
Smngtttt...😘😘😘