NovelToon NovelToon
Saat Mereka Memilihnya Aku Hampir Mati

Saat Mereka Memilihnya Aku Hampir Mati

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Bad Boy / Diam-Diam Cinta / Cintapertama / Enemy to Lovers / Cinta Murni
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: his wife jay

Dilarang keras menyalin, menjiplak, atau mempublikasikan ulang karya ini dalam bentuk apa pun tanpa izin penulis. Cerita ini merupakan karya orisinal dan dilindungi oleh hak cipta. Elara Nayendra Aksani tumbuh bersama lima sahabat laki-laki yang berjanji akan selalu menjaganya. Mereka adalah dunianya, rumahnya, dan alasan ia bertahan. Namun semuanya berubah ketika seorang gadis rapuh datang membawa luka dan kepalsuan. Perhatian yang dulu milik Elara perlahan berpindah. Kepercayaan berubah menjadi tuduhan. Kasih sayang menjadi pengabaian. Di saat Elara paling membutuhkan mereka, justru ia ditinggalkan. Sendiri. Kosong. Hampir kehilangan segalanya—termasuk hidupnya. Ketika penyesalan akhirnya datang, semuanya sudah terlambat. Karena ada luka yang tidak bisa disembuhkan hanya dengan kata maaf. Ini bukan kisah tentang cinta yang indah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon his wife jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

menangis dan kecewa

Pagi itu, langkah kaki Kairo terasa lebih berat dari biasanya.

Ia tiba di sekolah dengan tas sedikit merosot, mata sayu, dan ekspresi yang sama sekali tidak mencerminkan Kairo yang biasanya bar-bar, ceroboh, dan penuh tawa. rambutnya masih berantakan seolah semalaman tidak benar-benar tidur.

“Kai.”

Suara itu membuatnya mendongak.

Nayomi dan Keira berjalan ke arahnya, wajah mereka sama-sama menampilkan ekspresi heran.

“Tumben banget lo lesu gini,” ucap Nayomi sambil menyipitkan mata. “Biasanya juga lo udah ribut dari gerbang.”

Keira menimpali sambil nyengir, “Jangan-jangan lo lagi mikirin utang lo ke kantin, kan?”

Kairo berhenti melangkah.

“Stop, guys,” ucapnya lemah sambil mengangkat tangan. “Gue gak bisa meladeni omongan kalian dulu. Hati gue lagi remuk.”

Nayomi mendengus. “Drama banget sih lo. Emang kenapa?”

Kairo terdiam sesaat. Dadanya terasa sesak, seolah ada sesuatu yang menekan dari dalam. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya bicara.

“Gue… dijauhin sama sahabat-sahabat gue,” ucapnya pelan.

Keira mengernyit. “Hah? Maksud lo Arsen, Kaizen, Leo, Ezra, sama Elara?”

Kairo mengangguk lemah

"iyalah siapa lagi kalo bukan mereka."

“Gue gak bisa hidup tanpa mereka,” lanjutnya dengan suara bergetar, berusaha terdengar bercanda tapi tetap saja hatinya hancur. “Kalo mereka gak di sisi gue… gue ngerasa kayak—”

Ia terdiam, menelan ludah. “Kayak sendirian banget.”

Nayomi dan Keira saling pandang.

“Kok bisa dijauhin sih?” tanya Keira pelan. “Tapi… emang sih, gue liat kemarin mereka pulang bareng. tanpa lo.”

Kairo menunduk.

“Kayaknya mereka marah,” katanya lirih. “Gara-gara capek nyari gue… sama karena gue nyolong mangga.”

Nayomi menghela napas panjang. “Lo berarti biangnya,” katanya jujur. “Tapi… kok bisa berlebihan gitu, ya?”

“Iya kan?” Kairo mendongak cepat, matanya mulai memerah. “Biasanya juga gak gini. Leo juga sering ikut nyuri, tau! Tapi sekarang malah gue doang yang kena.”

Nayomi mendecak. “Pantesan sahabatan orang kalian. Sama tabiatnya.”

“Kecuali,” Kairo menyela pelan, “Elara, Arsen, sama Kaizen. Mereka gak pernah aneh-aneh kayak gue sama Leo, dan ezra”

Kalimat itu membuat dadanya makin sesak.

Bayangan wajah dingin Arsen, tatapan datar Kaizen, dan sikap Elara yang menjauh kembali terlintas di kepalanya. Tanpa sadar, matanya berkaca-kaca.

“Udahlah,” ucap Kairo akhirnya, suaranya nyaris pecah. “Gue mau ke kelas aja. Gue capek...letah… letih… lesu.”

Ia berbalik dan mulai berjalan pergi dengan langkah gontai.

Nayomi dan Keira menatap punggungnya, sama-sama terdiam.

Tidak ada yang menyadari, setetes air mata jatuh dari sudut mata Kairo dan cepat ia seka sebelum sempat dilihat orang lain.

★★★

Kairo menelungkupkan wajahnya di atas meja kelas.

Lengannya dilipat sebagai alas kepala, bahunya sedikit bergetar meski ia berusaha terlihat biasa saja. Suara murid lain yang ramai masuk kelas terasa jauh, seperti teredam. Kepalanya penuh, dadanya sesak, dan ia bahkan tidak tahu harus menyalahkan siapa.

Tak lama kemudian, pintu kelas terbuka.

Arsen masuk lebih dulu dengan langkah santai, disusul Kaizen, Leo, dan Ezra. Mereka tertawa kecil, membicarakan hal sepele seolah hari itu tidak terjadi apa-apa. Namun beberapa kali, pandangan mereka melirik ke arah Kairo.

Terutama Leo.

Cowok itu menatap punggung Kairo cukup lama sebelum akhirnya duduk di bangkunya sendiri.

“Gue liat-liat kok kasihan ya si Kai,” gumam Leo pelan sambil menaruh tasnya.

Kaizen melirik tajam. “Udah, diemin aja dulu. Lo mau rencana kita gagal?”

Leo mendecak pelan. “Ckk… iya deh.”

Arsen tidak ikut menimpali. Ia hanya duduk tenang, membuka buku, tapi tatapannya sempat berhenti sejenak di punggung Kairo sebelum akhirnya dialihkan. Ezra sendiri terlihat gelisah, jarinya mengetuk-ngetuk meja, tapi ia juga memilih diam.

Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi. Guru datang dan pembelajaran dimulai.

Dan selama satu jam itu, Kairo tidak mencatat apa pun.

Matanya kosong menatap papan tulis, pikirannya ke mana-mana. Setiap kali ia sedikit menoleh ke belakang, ia bisa merasakan jarak itu—jarak yang tidak pernah ada sebelumnya antara dirinya dan mereka.

★★★

Saat bel istirahat berbunyi, Kairo langsung bangkit.

Ia melangkah menuju kantin dan duduk di salah satu meja dekat pintu masuk. Dari sana, ia bisa melihat siapa pun yang datang. Tangannya menopang dagu, matanya menatap kosong ke arah pintu.

“Mereka pasti ke sini,” gumamnya pelan.

Beberapa menit berlalu.

Dan akhirnya, ia melihat mereka.

Arsen, Kaizen, Ezra, Leo—dan Elara. Bersama Nayomi dan Keira.

Delapan orang masuk ke kantin dengan tawa ringan. Pemandangan yang biasanya membuat Kairo ikut tersenyum, kini justru membuat dadanya menegang.

“haii!”

Dalam hatinya, ia hampir memanggil nama mereka.

Ia melambaikan tangan, cukup tinggi, berharap diperhatikan. Tangannya bahkan sempat bergerak lebih cepat, seperti takut mereka tidak melihatnya.

Namun harapan itu runtuh dalam hitungan detik.

Mereka tidak mendekat.

Delapan orang itu justru berjalan ke arah meja lain, agak jauh dari tempat Kairo duduk. Tanpa ragu. Tanpa menoleh. Tanpa berhenti.

Senyum di wajah Kairo perlahan memudar.

“yah…”

Tangannya jatuh pelan ke meja.

“Kok gue jadi tukang nangis sih,” gumamnya sambil mengusap sudut matanya dengan punggung tangan.

Tawaan dari meja sebelah terdengar jelas sekarang. Dan yang paling menyakitkan—Nayomi dan Keira juga ikut tertawa di sana. Padahal tadi pagi, mereka masih mendengarkan ceritanya.

“Tadi mereka dengerin cerita gue,” ucap Kairo lirih, nadanya kesal dan terluka. “Kok tiba-tiba ikutan marah sih…”

Matanya kembali melirik ke meja itu.

Lalu ia mendengar suara Elara.

“Heiii, sini.”

Elara memanggil seorang murid berkacamata yang kebetulan lewat sambil membawa nampan. Cowok itu tampak bingung, tapi mendekat.

“Lo mau gabung gak di meja?” ucap Elara cukup keras. “Soalnya kursi satu lagi kosong. Biasanya juga ada yang isi, tapi sekarang dia kayaknya bikin kita kecewa deh.”

Kalimat itu seperti tamparan.

Kairo membeku.

Matanya melebar, napasnya tercekat.

“Jadi…” suaranya bergetar, “itu cowok mau gantiin gue sebagai sahabat kecil?”

Darahnya naik ke kepala.

BRAK!

Kairo memukul meja dengan keras hingga beberapa siswa di kantin terkejut dan menoleh. Tangannya gemetar, napasnya memburu, dadanya naik turun tidak beraturan.

Ia berdiri tiba-tiba.

Tanpa menoleh lagi, Kairo pergi dari kantin dengan langkah cepat, hampir berlari. Kepalanya menunduk, bahunya tegang, dan tidak ada yang tahu air mata sudah jatuh lebih dulu.

Di meja itu, suasana mendadak hening.

Ezra menggigit bibirnya. “Gue agak kasihan sama tuh anak…”

“Diem deh, Ez,” potong Nayomi pelan. “Sebentar lagi kok.”

Leo menghela napas. “Eh… kita jadi pergi ke mall, kan?”

Arsen akhirnya angkat bicara. “Jadi.”

Dan di tempat lain, Kairo berjalan sendirian, dengan perasaan seolah seluruh dunianya sedang menjauh darinya— tanpa tahu bahwa semuanya belum berakhir.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!