NovelToon NovelToon
Sumpah Raja Duri

Sumpah Raja Duri

Status: tamat
Genre:Fantasi Isekai / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Peramal / Cinta Istana/Kuno / Tamat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: tanty rahayu bahari

Elara, seorang ahli herbal desa dengan sihir kehidupan yang sederhana, tidak pernah menyangka takdirnya akan berakhir di Shadowfall—kerajaan kelabu yang dipimpin oleh raja monster. Sebagai "upeti" terakhir, Elara memiliki satu tugas mustahil: menyembuhkan Raja Kaelen dalam waktu satu bulan, atau mati di tangan sang raja sendiri.
​Kaelen bukan sekadar raja yang dingin; ia adalah tawanan dari kutukan yang perlahan mengubah tubuhnya menjadi batu obsidian dan duri mematikan. Ia telah menutup hatinya, yakin bahwa sentuhannya hanya membawa kematian. Namun, kehadiran Elara yang keras kepala dan penuh cahaya mulai meretakkan dinding pertahanan Kaelen, mengungkap sisi heroik di balik wujud monsternya.


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Di Sisi Tempat Tidur

​Kaelen tidak pernah menyukai keheningan. Baginya, keheningan selalu berarti dua hal: kesepian atau kematian.

​Namun, selama tiga hari terakhir, dia duduk diam membatu di sebuah kursi beludru di samping tempat tidur raksasa, mendengarkan satu-satunya suara yang penting baginya saat ini: irama napas Elara.

​Naik. Turun. Naik. Turun.

​Pelan. Terlalu pelan untuk seleranya. Tapi stabil.

​Kaelen menatap wajah gadis itu. Elara terlihat sangat kecil di tengah tumpukan bantal sutra dan selimut bulu yang tebal. Wajahnya pucat pasi, nyaris sewarna dengan seprai. Lingkaran hitam samar terlihat di bawah matanya, dan ada goresan luka yang mulai mengering di pipi kirinya.

​Ini bukan kamar Elara yang lama. Kaelen telah memindahkannya ke Royal Guest Chamber—kamar tamu kerajaan yang terletak tepat di sebelah kamar pribadinya di Sayap Barat. Dia beralasan ini demi keamanan, agar dia bisa mengawasi kondisi "aset penyembuhnya".

​Vorian tidak bertanya. Vorian hanya mengangkat alis dan menurut.

​Kaelen mengulurkan tangan kirinya—tangan manusianya. Jari-jarinya melayang di atas kening Elara, ragu-ragu untuk menyentuh. Dia takut dingin tubuhnya akan membangunkan gadis itu, atau lebih buruk lagi, menyakitinya.

​"Kau bodoh," bisik Kaelen pada gadis yang sedang tidur itu. "Kau seharusnya lari. Kau seharusnya membiarkan aku menjadi batu."

​Tapi dalam hati, Kaelen tahu itu bohong.

Saat Elara memeluknya di medan perang, saat energi hangat kehidupan itu membanjiri tubuhnya yang membeku... itu adalah perasaan paling melegakan yang pernah dia rasakan seumur hidupnya. Seperti orang yang tenggelam akhirnya menembus permukaan air dan menghirup udara.

​Tiba-tiba, kelopak mata Elara bergerak.

​Kaelen menarik tangannya cepat-cepat, menegakkan punggungnya, memasang kembali topeng wajah datarnya yang biasa.

​Mata Elara terbuka perlahan. Cokelat matanya tampak kabur, bingung. Dia mengerjap beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya redup lampu kristal di ruangan itu.

​"Air..." suaranya keluar seperti bisikan parau, kering dan pecah.

​Kaelen bergerak instan. Dia menuangkan air dari teko perak ke dalam gelas, lalu membantu Elara sedikit mengangkat kepalanya.

​"Pelan-pelan," perintah Kaelen saat Elara meneguk air itu dengan rakus. "Kau bisa tersedak."

​Setelah gelas itu kosong, Elara menyandarkan kembali kepalanya ke bantal. Dia menatap langit-langit kamar yang dilukis dengan gambar awan dan kerub, lalu menatap Kaelen.

​"Saya... di mana?"

​"Di istana," jawab Kaelen singkat. "Kamar tamu."

​"Perang...?"

​"Selesai. Kita menang. Void Lord hancur. Pasukan musuh mundur," Kaelen menjelaskan dengan nada monoton, seolah itu adalah laporan cuaca yang membosankan.

​Elara menghela napas lega. Dia mencoba duduk, tapi kepalanya langsung berputar hebat. Dia meringis dan memegangi pelipisnya.

​"Jangan bergerak," Kaelen menahan bahu Elara dengan lembut. "Kau mengalami Magical Depletion—kelelahan sihir akut. Tabib istana bilang kau menguras energimu sampai ke titik nol. Kau pingsan selama tiga hari."

​"Tiga hari?" mata Elara membelalak. "Tapi... tanaman saya! Rumah kaca! Siapa yang menyiramnya?"

​Kaelen menatapnya tak percaya. Gadis ini baru saja bangun dari koma sihir, dan hal pertama yang dia khawatirkan adalah bunga?

​"Brann dan Brom mengurusnya," jawab Kaelen, setengah jengkel. "Mereka menjaganya seolah itu anak mereka sendiri. Diamlah dan khawatirkan dirimu sendiri."

​Elara terdiam sejenak, lalu menatap tangan Kaelen yang masih memegang bahunya. Kaelen segera melepaskannya.

​"Dan Anda..." Elara menatap Kaelen dari ujung kepala sampai ujung kaki. Raja itu tidak memakai zirah perang lagi. Dia memakai kemeja linen putih longgar yang digulung sampai siku. Dia terlihat... lelah, tapi sehat. "Anda tidak membatu."

​"Tidak," kata Kaelen pelan. Dia melirik tangan kanannya yang tertutup sarung tangan. "Berkat kau. Kau mematahkan proses pembekuannya."

​"Bagus," Elara tersenyum lemah. "Berarti kontrak kita masih berlaku."

​Kaelen mendengus kasar. Dia berdiri, berjalan menjauh ke arah meja di sudut ruangan, mengambil mangkuk berisi bubur hangat.

​"Lupakan kontrak bodoh itu sebentar," gerutu Kaelen. Dia kembali duduk di kursi samping tempat tidur. "Makan. Tabib bilang kau butuh kaldu daging."

​Elara mencoba mengambil sendok itu, tapi tangannya gemetar hebat. Sendok itu berdenting melawan mangkuk, dan sedikit kuah tumpah.

​Kaelen menghela napas panjang—suara yang menyiratkan 'kenapa aku harus melakukan ini'—tapi dia mengambil alih mangkuk dan sendok itu dari tangan Elara.

​"Buka mulut," perintahnya.

​Pipi pucat Elara merona merah. "Saya bisa makan sendiri, Yang Mulia. Ini tidak pantas."

​"Yang tidak pantas adalah kau menumpahkan sup di seprai sutra mahal ini. Harganya lebih mahal dari desamu," kata Kaelen tajam, menyodorkan sendok ke bibir Elara. "Makan. Atau aku akan memanggil Vorian untuk memegangimu."

​Elara tidak punya pilihan. Dia membuka mulutnya.

​Suapan pertama terasa canggung. Suapan kedua terasa hangat dan nyaman. Bubur itu lezat, gurih dan kaya rasa.

​Kaelen menyuapinya dengan kesabaran yang mengejutkan. Dia menunggu Elara menelan, mengelap sudut bibir gadis itu dengan serbet jika ada tetesan, dan memastikan mangkuk itu habis tak bersisa.

​Selama proses itu, tidak ada yang bicara. Keheningan di antara mereka bukan lagi keheningan yang kosong. Itu adalah keheningan yang penuh dengan hal-hal yang tidak terucapkan. Rasa terima kasih. Rasa bersalah. Dan sesuatu yang baru, yang belum berani mereka namai.

​Setelah mangkuk kosong diletakkan, Kaelen kembali duduk bersandar.

​"Kenapa kau melakukannya?" tanya Kaelen tiba-tiba. Dia tidak menatap Elara, melainkan menatap api di perapian.

​"Melakukan apa?"

​"Lari ke arahku. Menyerahkan nyawamu," Kaelen menoleh, tatapannya tajam menuntut jawaban. "Kau tahu risikonya. Jika Void Lord itu menembak lebih cepat satu detik saja, kita berdua akan jadi abu."

​"Saya tidak berpikir," jawab Elara jujur. "Saya hanya melihat Anda membutuhkan bantuan."

​"Aku adalah Raja yang mengurungmu. Monster yang mengancam desamu," tekan Kaelen. "Logikanya, kau seharusnya membiarkanku mati. Dengan begitu kau bebas."

​Elara menatap pria itu. Dia melihat kerentanan di balik mata abu-abunya. Kaelen tidak sedang marah; dia sedang bingung. Dia tidak terbiasa menerima kebaikan tanpa pamrih.

​"Anda bukan monster, Kaelen," kata Elara lembut. "Saya sudah bilang di taman malam itu, bukan? Anda hanya seseorang yang kesakitan. Dan saya penyembuh. Saya tidak bisa membiarkan pasien saya mati di depan mata saya, tidak peduli seberapa menyebalkannya pasien itu."

​Sudut bibir Kaelen terangkat sedikit. "Menyebalkan?"

​"Sangat," tegas Elara. "Terutama saat dia mencoba mengusir saya setiap lima menit."

​Kaelen tertawa kecil. Tawa yang terdengar lelah tapi tulus.

​"Baiklah," kata Kaelen. Dia bangkit berdiri. "Istirahatlah lagi. Jangan coba-coba bangun dari tempat tidur sebelum aku mengizinkan. Paham?"

​"Apakah itu perintah Raja?"

​"Itu perintah dokter gadunganmu," balas Kaelen.

​Dia berjalan menuju pintu. Sebelum keluar, dia berhenti dan menoleh tanpa membalikkan badan sepenuhnya.

​"Elara," panggilnya.

​"Ya?"

​"Terima kasih."

​Kata itu diucapkan begitu pelan hingga hampir tertelan suara derit pintu yang dibuka. Kaelen keluar dan menutup pintu dengan lembut.

​Elara berbaring di tempat tidur besar itu, menatap pintu yang tertutup. Jantungnya berdebar aneh. Bukan karena sisa adrenalin perang, tapi karena cara Kaelen menyebut namanya tadi.

​Dia menyentuh bibirnya sendiri, tersenyum kecil.

"Sama-sama, Yang Mulia."

​Di luar kamar, di lorong yang remang-remang, Kaelen bersandar pada dinding batu dingin. Dia memejamkan mata, membiarkan topeng ketenangannya runtuh sejenak. Tangannya gemetar.

​Bukan karena takut, tapi karena kesadaran yang menakutkan.

​Saat dia melihat Elara terbaring tak berdaya selama tiga hari ini, dia merasakan ketakutan yang lebih besar daripada saat menghadapi seribu pasukan Void.

​Dia peduli pada gadis itu.

Dan di Shadowfall, kepedulian adalah kelemahan yang mematikan.

​"Lord Vorian menunggumu di ruang strategi, Kaelen," suara bayangan berbisik dari ujung lorong. Bukan hantu, tapi salah satu mata-mata istana.

​Kaelen membuka matanya. Tatapan lembutnya lenyap, digantikan kembali oleh tatapan baja Sang Raja Duri.

​"Aku datang," katanya dingin.

​Perang fisik mungkin sudah selesai. Tapi perang sesungguhnya—perang melawan mereka yang menginginkan takhtanya dan nyawa gadis di dalam kamar itu—baru saja dimulai.

BERSAMBUNG ....

Terima kasih telah membaca💞

Jangan lupa bantu like komen dan share❣️

1
Alona Luna
wahhh akhirnya happy ending ☺️
Alona Luna: wahhhh ok. baik
total 2 replies
Alona Luna
semangat next kak☺️
Alona Luna: sama-sama kak.☺️
total 2 replies
Alona Luna
next kak.. makin seru ceritanya
Ara putri
semangat kak, jgn lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB
tanty rahayu: semangat juga ya ka.... wah kayanya seru tuh 😍nanti aku mampir baca ya
total 1 replies
Alona Luna
ceritanya bagus kak. next
Alona Luna: aku tunggu kak☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!