Luna terjebak dalam pernikahan kakaknya dengan william, pria itu kerap disapa Tuan Liam. Liam adalah suami kakak perempuan Luna, bagaimana ceritanya? bagaimana nasib Luna?
silahkan dibaca....
jangan lupa like, komen dan vote
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11.
Luna mengambil bantal sofa dan memilih duduk di sofa yang berbeda dengan Liam.
Luna meneguk salivanya, dia baru menyadari Tuan Liam tidak memakai baju sama sekali. perut sixpack pria itu ternyata sangat menggoda.
Liam tahu Luna sedang memerhatikan perutnya dan dia sengaja tidak peduli dengan tatapan wanita itu.
"Tuan Liam, Kenapa kamu... tidak memakai baju?" Tanya Luna.
Liam meneguk tehnya, berusaha bersikap santai tapi sedikit kaku.
"Oh, ini karena... gerah." Jawab Liam.
"Gerah? tapi AC-nya kan sudah nyala Tuan, dan di luar juga sudah mau malam. Tuan kan baru pulang dari kantor kok penampilannya gitu. apa mau aku ambilkan baju ganti? nanti Tuan masuk angin kalau tidak memakai apa-apa." Ujar Luna.
Biar pria itu segera memakai baju sana, dia tidak tahu kalau penampilannya sedang menggoda begitu.
'Bagaimana kalau aku memikirkan yang aneh-aneh? salah siapa coba, dia kan yang mulai duluan, sengaja mau pamer badan yah... Tuan?'
Liam meletakkan cangkir teh, menatap Luna dengan pandangan menggoda yang Luna tidak sadari.
"Tidak perlu, aku butuh udara segar. apalagi setelah melihatmu tadi, rasanya jadi makin panas."
Luna berusaha berfikir keras dan menatap Liam dengan tatapan polos.
'Melihatku? Memangnya aku kenapa? Aku cuma pakai kemeja dan celana pendek ini, bagaimana denganmu yang lebih seksi dariku.'
Batin Luna sedikit heran dan tak mengerti maksud pria itu.
***
Liam dan Luna berada di kamar saat ini setelah pukul 07 malam mereka memilih menghabiskan makan bersama di meja makan yang ada di lantai satu.
Liam membuka jam tangannya, tanpa melihat Luna. dengan suara datarnya, "Siapkan air mandiku." Ucapnya pada Luna yang sedang mengetik entah apa di ponselnya.
Luna meletakkan ponselnya ke atas meja sofa dan berdiri, menuju kamar mandi sembari memerhatikan gerak gerik Tuan Liam yang sedang meletakkan jam tangannya ke atas nakas.
Sudah di dalam kamar mandi.
''Oh lihatlah penduduk bumi, ada yang baru saja selesai menjadi pekerja kantoran dan sekarang membutuhkan maid untuk urusan sarapan lah, teh lah, makan lah, bak mandi juga ini." Gumaman kecil Luna terdengar oleh Liam dan Ia tersenyum smirk.
Liam melipat tangan di dada, Ia sudah menekan tombol di salah satu remot dan kini suara kedap suara kamar mandi bisa Ia dengar jelas.
Bagaimana Luna mengumpat-umpat di dalam sana yang terdengar begitu manis di telinga Liam.
Dia tidak akan membiarkan umpatan Luna sia-sia, Liam senang membuat Luna kesal.
Karena saat wanita itu kesal, wajahnya jadi begitu menggemaskan.
"Aku tidak butuh maid, Luna. aku butuh istri pengangguran yang punya tangan 2 saja sudah cukup." Balas Liam membuat Luna heran, mengapa pria itu mengupingnya.
Luna berbalik untuk memastikan tidak ada pria itu di sekitarnya.
Luna mendengus pelan dan mengisi air di bak mandi dengan setengah panas yang artinya air hangat.
"Cik... kalau bisa memilih, tanganku lebih bermanfaat kalau mengurusi dedek bayi sekalian ketimbang pria berumur sepertinya. tapi tak apa, akan kupastikan suhu nya tepat untuk melembutkan sikap kerasnya itu." Umpatnya kemudian tetapi kali ini lebih pelan agar tidak ada yang mendengarnya.
"Oh yah? ternyata kamu ngebet punya anak denganku Luna?" Tanya Liam yang sudah berdiri di belakang Luna.
Luna tercengang, menatap Liam yang memakai boxer saja saat ini.
Otot-otot paha tercetak jelas, dada kekar dan tangan berotot pula. ternyata wajah Tuan Liam juga cukup tampan meski usianya sudah hampir punah batin Luna, memuji tanpa sadar.
"Tuan mendengar semua ucapanku?" Tanya Luna menggaruk bajunya yang tidak bersalah.
"Hemm.. Airnya tidak kamu kasih racun juga kan? awas saja kalau bak mandi ini penuh dengan drama sepertimu! awas sana.. aku mau mandi atau kau sengaja berdiri lama disini?" kata Liam mengejek.
"Katakan jika ingin melihatku telanjang."
"Ihh Tuan kok mesum gitu."
"Semua wanita menginginkan hal seperti ini Luna!"
"Tuan kalau salah jangan kelebihan, saya ini berbeda dengan semua wanita yang Tuan temui."
"Memang berbeda." Balas Liam mendekati Luna.
Tangannya mulai melepas boxernya.
"Tuan tidak senonoh!!!!" Luna mendorong dada Liam, pria itu tertawa bikin merinding saja.
Luna segera keluar secepat kilat ke kamar tanpa menoleh ke belakang, Liam menatapnya dengan senyum tipis yang hampir tak terlihat.
***
Suasana kamar didominasi lampu remang-remang, sepi dan dingin.
Luna sedang berkutat dengan ponselnya, Ia duduk di sofa, menarik ujung baju tidur di kaki dan tangan untuk menutupi rasa dingin karena cuaca sedang turun hujan diluar sana.
Luna berkirim pesan dengan Dea supaya tidak mengganggu Liam dengan laptopnya.
Tetapi Liam kini bersandar di headboard tempat tidur menghadap Luna, memerhatikan Luna, tidak dengan laptop, dia sudah menaruhnya setengah jam lalu dan Luna tidak menyadarinya sama sekali.
"Kamu yakin tidak ada yang perlu kamu lakukan selain berkutat dengan ponselmu itu Luna?" Suara bariton Liam menyadarkan Luna untuk menoleh padanya.
"Tuan sudah selesai? Tuan perlu apa?" Tanya Luna menaruh ponselnya.
Tatapan Liam berubah tajam dan dingin, dia mengingat Dion dan calon istrinya di taman siang tadi.
Dari setelan yang dikenakan wanita itu persis dengan foto pakaian Luna yang dikirimkan Dimitri padanya.
"Aku perlu tahu kegiatanmu di luar jam kerja, rutinitasmu selain di toko kuemu itu." Liam mengintimidasi Luna dan mendapat perubahan mencurigakan di wajah Luna.
Luna mencari akal, Tuan Liam tidak boleh curiga padanya dan menaruh mata-mata ataupun penjagaan. dia bisa ketahuan memiliki hubungan yang belum selesai dengan Dion.
Bersambung...