Devan kaget saat tiba-tiba seseorang masuk seenaknya ke dalam mobilnya, bahkan dengan berani duduk di pangkuannya. Ia bertekad untuk mengusir gadis itu, tapi... gadis itu tampak tidak normal. Lebih parah lagi, ciuman pertamanya malah di ambil oleh gadis aneh itu.
"Aku akan menikahi Gauri."
~ Devan Valtor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Foto itu ...
Gauri terus menggandeng tangan Devan sambil berjalan cepat menyusuri lorong sekolah. Setiap murid yang lewat berhenti dan menatap, sebagian menutupi mulut mereka sambil berbisik keras-keras, sebagian lagi merekam diam-diam. Devan tahu, gosip akan semakin liar setelah ini.
Namun ia tidak bisa melepaskan tangan Gauri karena gadis itu menggenggamnya seolah dunia akan runtuh bila Devan pergi. Ia hanya menatap para murid itu dengan raut tajam yang langsung membuat mereka mengerti arti tatapannya sampai mundur sendiri.
"Kita ke mana, Gauri?" tanya Devan, sedikit menunduk agar suaranya hanya terdengar gadis itu.
"Ke tante Vicky. Kakak ikut ajaaa," jawab Gauri ceria, seolah tak ada masalah di dunia ini.
Tante Vicky… Victoria, Kepala Sekolah. Devan menghela napas. Setidaknya itu bukan tujuan yang buruk. Dia tidak tahu siapa tante vicky yang Gauri masuk sampai mereka tiba di depan pintu ruang kepala sekolah, Gauri langsung mendorong pintu itu tanpa mengetuk. Devan refleks hendak menegur, namun urung ketika melihat Victoria sedang menatap mereka dengan ekspresi antara bingung dan pasrah.
"Gauri, masuk tanpa ketuk lagi ya sayang?" ujar Victoria lalu tersenyum pasrah. Biasanya Gauri akan datang padanya sesekali, buat nagih cokelat.
"Tante, cokelat!" seru Gauri riang, langsung mendekati meja kepala sekolah. Devan tidak heran Gauri kenal kepala sekolah, karena wanita itu adalah tantenya Agam dan Ares.
Victoria tertawa kecil.
"Iya, iya. Tante ingat. Tapi, kenapa kamu bisa sama ..."
Ia menatapi Devan bingung. Devan yang berdiri di belakang menyapa wanita itu.
"Maaf tante, aku tidak tahu ternyata dia mau ke sini." Devan terbiasa memanggil Victoria tante. Ia hanya akan memanggil wanita itu secara resmi kalau ada guru atau staf lain. Victoria bilang begitu juga.
"Ah, tidak apa-apa Devan, tante pikir kamu nggak kenap Gauri, ternyata kalian saling kenal." ucap Victoria sambil membuka laci.
"Tante sudah terbiasa dengan Gauri yang kalau mau sesuatu langsung masuk tanpa izin. Ini pertama kalinya dia akrab sama orang lain selain Ares atau Agam. Makanya tante heran."
Nada heran Victoria tidak luput dari telinga Devan. Dia sendiri pun masih tidak mengerti mengapa Gauri begitu melekat padanya.
Victoria mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru, isinya cokelat impor yang ia pesan khusus untuk Gauri. Gadis itu langsung bersinar dan memeluk kotak itu seakan itu harta karun.
"Terima kasih tanteee!" ujarnya sambil melompat-lompat kecil.
"Sama-sama, sayang." Victoria tersenyum sayang. Ia selalu kasihan melihat Gauri sakit begini, tapi ia yakin gadis itu pasti akan sembuh pada waktunya.
"Kalau sudah dapat cokelat, ayo kita keluar," kata Devan lembut sambil menyentuh bahu Gauri agar gadis itu tenang.
"Mm!" Gauri menggenggam tangan Devan lagi, siap menarik pria itu keluar.
Namun sebelum Devan sempat berbalik, sudut matanya menangkap sesuatu, sebuah bingkai kecil di rak kerja Victoria. Ia spontan berhenti.
Foto itu…
Foto seorang wanita tersenyum lembut, berdiri berdampingan dengan Victoria. Dia kenal. Devan cukup penasaran apa hubungan tante Victoria dengan sosok perempuan yang ada di dalam foto. Mereka tampak dekat.
Ia perlahan mendekat, matanya menajam. Tangannya terangkat ke arah bingkai itu namun ia tahan agar tidak terlihat lancang.
"Tante … wanita ini…" suaranya parau, hampir bergetar,
Victoria mengikuti arah pandang dan mengerjap.
"Oh, itu ..."
Ia tak sempat menjelaskan karena Gauri tiba-tiba sudah di samping Devan, meraih bingkai itu lebih cepat daripada siapa pun bisa cegah. Gauri memeluk bingkai tersebut, bahkan kotak cokelat langsung terlepas dari tangannya, jatuh ke meja kerja Victoria.
"Mamaaa…" bisik Gauri sambil mengusap lembut foto itu, seolah itu sosok hidup.
"Mama …"
Devan terpaku. Seluruh tubuhnya menegang.
"Mama?" ulangnya pelan, tidak percaya.
Ia melihat Gauri menatap foto itu penuh kerinduan.
"Mama Gauri … Cantik… baik … wangi… wangi susu kesukaan Gauri ..."
Victoria terdiam. Sedih melihat Gauri. Tapi ia juga bingung melihat perubahan di wajah Devan.
"Devan, kamu kenal mama Gauri?" tanyanya. Karena raut wajah Devan menunjukkan ia mengenali wanita itu. Devan belum menjawab, ia masih mencerna semuanya. Tentang seseorang yang pernah menolongnya dulu, sangat amat ia hargai dan ia anggap sebagai ibu di dunia ini, ternyata adalah mama kandung Gauri.
Kemudian mereka melihat Gauri menjauh ke sudut ruangan. Duduk di lantai sambil terus mengusap-usap dan memeluk bingkai foto yang ada mamanya. Victoria menghembuskan nafas panjang.
"Anak itu memang selalu seperti itu kalau liat foto mamanya. Biarkan saja, kalau bawa dia keluar sekarang dia akan tantrum." ucapnya.
Devan mengangguk. Victoria bicara lagi.
"Yang di foto itu adalah mama kandung Gauri, sahabat baik tante. Kamu pasti sudah dengar dari Agam tentang kejadian yang menimpa keluarga Gauri kan?"
Devan mengangguk lagi. Ia menelan ludah, tenggorokannya terasa mengering seketika. Ia tidak pernah menyangka pertemuannya dengan Gauri, penuh dengan kejutan.
Victoria memperhatikan perubahan halus di wajah pemuda itu.
"Kamu… kelihatannya sangat kenal dengan mamanya Gauri." gumamnya pelan.
Devan merapatkan rahangnya. Ia menunduk, mencoba menata pikirannya.
"Aku pernah di tolong olehnya dulu, waktu aku masih remaja. Aku selalu menghormatinya. Dia sudah seperti ibu kandungku sendiri." gumam Devan.
Victoria menatap Devan lama.
"Jadi seperti itu. Mama Gauri memang baik sekali. Hatinya seperti malaikat dan sangat keibuan. Sebelum kecelakaan fatal itu terjadi, keluarga mereka sangat bahagia. Agam bahkan hampir menikah dengan kakak Gauri. Victoria lihat sendiri bagaimana keponakannya itu depresi berat waktu kehilangan tunangannya, tapi jadi kuat karena keadaan Gauri jadi lebih parah darinya. Trauma yang Gauri alami, parah sekali."
Suasana hening. Tiba-tiba Gauri berlari ke Devan dan memeluk pria itu dari belakang.
"Wangi susu, kayak mama." ucap gadis itu.
Pelukan itu membuat Devan membeku. Lengan Gauri yang kecil namun begitu kuat melilit pinggangnya, seolah mencoba menahan sesuatu, entah rasa takut, rindu, atau kekosongan yang hanya bisa ia isi dengan kenangan samar tentang ibunya.
Devan tidak langsung menoleh. Ia menutup mata sebentar, menarik napas panjang, membiarkan dadanya yang sesak perlahan mereda. Bau shampo Gauri yang lembut, digabungkan dengan kata-katanya barusan, menghantamnya jauh lebih keras dari yang ia bayangkan.
Wangi susu… kayak mama…
Sekarang Devan mengerti kenapa Gauri mengenali bau itu, kenapa gadis itu melekat sekali padanya. Ia mencium wangi mamanya yang sama dengan wanginya. Pasti karena parfum yang ia berikan pada mama gadis ini.
Devan akhirnya menoleh, menunduk sedikit. Ia mengusap kepala Gauri perlahan. Tiba-tiba dalam hatinya muncul sebuah janji, janji untuk menjaga Gauri. Bukan rasa tanggung jawab semata karena merasa berhutang kepada mama gadis ini. Bukan, ada rasa lain yang muncul. Namun masih membuatnya kebingungan antara rasa empati atau rasa itu benar-benar telah tumbuh perlahan dalam hatinya. Satu hal yang pasti, Gauri bukan hanya seorang gadis sakit dan menyedihkan di matanya sekarang, tapi sosok penting, yang mulai hadir dalam hidupnya.
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Mandi paginya Gauri gimana tadi - mandi sendiri atau Devan yang memandikan 😄.
Di restoran hotel untuk sarapan - teman-teman alumni menyapa Devan dan Gauri.
Ada dua orang teman alumni yang sinis, tatapannya menilai, merendahkan Gauri yang menempel pada Devan.
Merupakan suatu hiburan bagi Gino - segala apa yang Gauri dan Devan lakukan. Sangat lucu terlihat dimatanya - seorang Devan akhirnya ketempelan perempuan. Gino selalu mengabadikan momen demi momen kebarsamaan Gauri dan Devan.
Gauri merasa masih kecil, mau naik perahu berbentuk gajah. Devan stok sabarnya masih full menghadapi keinginan Gauri 😄
Gauri sudah tidur. Devan mandi untuk meluruhkan ketegangan yang melanda, bahkan canggung juga panik dalam menghadapi Gauri yang Devan sama sekali tidak menduga.
Gauri mimpi buruk.
Benar-benar jadi Gauri sitter ini Devan - menjaga Gauri aman, memandikan, pakaiin baju - bra pula, memberi makan, dan menemani Gauri tidur.
Tahu begitu bawa suster perawatnya Gauri, Devan. Gak menyangka akan terjadi hal seperti itu - mandiin anak gadis yang berkelakuan anak-anak karena trauma akibat kecelakaan yang pernah dialami.
Benar-benar menguji iman dan kesabaran Devan - bra juga mesti Devan yang pakai-in 😄.
Diana ini maksud hati ingin cari perhatian Devan. Tak sesuai harapannya, tanggapan Devan tetap datar.
Diana - tak usah punya pikiran aneh-aneh tentang Gauri dan Devan yang berada di dalam satu kamar hotel.
Janganlah segala sesuatu itu d lihat dgn mata,, pakailah hatimu..., biar ad rasa simpati disana. Si nini2 itu,, kenal dekat sama Gauri sj...,, enggak. Sok2 an menilai...,, ga ad orang yang pingin sakit,, baik itu sakit d jiwa atw d fisik.
Lha,, d situ yg katanya orang dewasa...,, menilai orang lain seperti itu,, jangan2 d situ yg sakit jiwanya.
Diana tidak suka melihat kedekatan devan dan gauri, gauri terus nempel sm devan membuat diana iri dan cemburu...
Devan merasa nyaman semenjak kehadiran gauri tidak membuatnya terganggu sama skl, justru perasaan devan sll ingin menjaga dan melindungi gauri....
Semenjak kehadiran gauri hidup devan jadi berwarna ,tingkah laku gauri sangat lucu dan gemesin biasanya devan anti perempuan susah didekati sm perempuan memiliki trauma.....
tanpa sadar gauri lah yg membantu devan menyembuhkan traumanya....