"Ma, Papa Anin masih hidup atau sudah pergi ke Sur_ga?" tanya bocah cantik bermata sayu yang kini berusia 5 tahun.
"Papa masih hidup, Nak."
"Papa tinggal di mana, Ma?"
"Papa selalu tinggal di dalam hati kita. Selamanya," jawab wanita bersurai panjang dengan warna hitam pekat, sepekat hidupnya usai pergi dari suaminya lima tahun yang lalu.
"Kenapa papa enggak mau tinggal sama kita, Ma? Apa papa gak sayang sama Anin karena cuma anak penyakitan? Jadi beban buat papa?" cecar Anindita Khalifa.
Air mata yang sejak tadi ditahan Kirana, akhirnya luruh dan membasahi pipinya. Buru-buru ia menyeka air matanya yang jatuh karena tak ingin sang putri melihat dirinya menangis.
Mendorong rasa sebah di hatinya dalam-dalam, Kirana berusaha tetap tersenyum di depan Anin.
Sekuat tenaga Kirana menahan tangisnya. Sungguh, ia tak ingin kehilangan Anin. Kirana hanya berharap sebuah keajaiban dari Tuhan agar putrinya itu sembuh dari penyakitnya.
Bagian dari Novel : Jodoh Di Tapal Batas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Anindita Khalifa
Namun, sudut hatinya yang lain menolak untuk menjual cincin berharga tersebut.
Sebab, seluruh hatinya sudah dipenuhi satu nama pria yang menyematkan cincin itu di jarinya sebagai simbol pernikahan mereka.
Pria yang hingga kini masih berstatus sebagai suami sahnya, Aldo Bimantara Pamungkas. Ya, Kirana dan Aldo belum bercerai hingga detik ini.
Seketika bayangan masa lalunya yang pahit itu muncul sepintas di benaknya. Sangat perih, bagai tersayat sembilu tajam ke jantungnya.
Cinta Kirana untuk Aldo terlambat datang. Kebencian Aldo pada Kirana terlanjur membumbung tinggi karena kebohongan fatal yang dilakukannya dalam biduk rumah tangga poligami mereka. Hal ini otomatis meluluhlantakan segalanya, terutama kepercayaan yang ada.
"Ka_mu masih pera_wan, Ki?"
Aldo terkejut mendapati da_rah suci Kirana di atas ranjang setelah keduanya melakukan hubungan suami-istri untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan menikah. Penyatuan tubuh dan segel pun terbuka.
Dominan para suami akan senang mendapati istrinya masih suci setelah menikah. Namun, berbeda dengan Aldo.
Dikarenakan pernikahan poligami antara Aldo dengan Kirana sebagai istri kedua, terjadi lantaran Kirana mengaku hamil setelah one night stand yang terjadi di Jepang beberapa bulan sebelumnya.
Faktanya, kehamilan palsu.
Sebenarnya kejadian di Jepang tak ada penyatuan tubuh antara Aldo dengan Kirana. Sebuah rekayasa.
Kejadian satu malam di Jepang sudah direncanakan secara sistematis oleh Kirana dengan Lettu Purba Dongkowijoyo, sepupu Kirana yang berasal dari militer. Purba adalah musuh bebuyutan Aldo ketika menempuh pendidikan di Akmil.
Namun pada akhirnya Aldo memilih untuk mengundurkan diri karena sebenarnya cita-citanya bukan menjadi tentara seperti sang ayah, Kolonel (Purn) Seno Pradipta Pamungkas.
Kirana yang awalnya terbuai di atas awang-awang dengan kemesraan in_tim nya bersama Aldo, otomatis tersadar jika hal indah yang baru saja dilakukannya justru membawa peta_ka di hidupnya. Kedoknya pun terbongkar.
"Al, maafin aku."
"Maaf? Apa maksudmu?" cecar Aldo dengan tatapan tajam.
"Malam itu di Jepang sebenarnya kita enggak melakukannya," jawab Kirana secara jujur.
Ia tau tak ada gunanya berbohong lagi saat ini. Aldo sudah menangkap basah kebohongannya maka ia hanya bisa menjawab jujur pada sang suami.
"Kamu menipuku, Ki ??" bentak Aldo sekaligus memojokkan Kirana.
Punggung Kirana refleks bergetar ketakutan usai mendengar bentakan dari Aldo.
"Bukan begitu, Al. Aku_" ucapan Kirana pun seketika terpotong.
"Kalau bukan menipuku lantas sebutan apa yang pantas buatmu? Apa sebegitu murahannya dirimu sampai berniat merusak rumah tanggaku dengan Hana?"
Nyess...
Hati Kirana semakin tak karuan. Segala caci maki yang keluar dari bibir Aldo malam itu, ia terima dengan rintihan tangis penyesalannya.
"AKU BENCI KAMU, KI !! JANGAN PERNAH MUNCUL DI HADAPANKU LAGI !!"
Kirana pun tersadar, ia memilih untuk mundur.
Saat akan pergi dari pernikahan poligami yang dijalaninya, Tuhan justru menitipkan benih di rahimnya. Buah cintanya bersama Aldo. Namun diragukan oleh sang pemilik benih.
Kirana tetap pergi setelah melahirkan. Ia merelakan separuh bagian dirinya untuk Aldo dan Hana. Ia pun membawa sebagian yang lain tanpa sepengetahuan mereka.
Kirana pikir setelah bertaubat menjadi pela_kor dalam pernikahan Aldo dan Hana karena obsesi balas dendamnya atas perkara masa lalu ayahnya, cobaan akan berhenti menghampirinya. Namun, ia salah.
Cobaan yang menerpa hidupnya tak berhenti hanya karena masalah ekonomi semata.
Anindita Khalifa, putri kandung Kirana dengan Aldo yang biasa dipanggil Anin tersebut harus mengidap penyakit yang sangat serius. Bahkan mengancam nyawa bocah cantik itu.
☘️☘️
Saat sudah berada di depan pintu rawat inap Anin, Kirana menghapus sisa jejak air mata di pipinya. Ia melihat sepintas penampilannya agar tidak terlihat sedih di depan Anin nantinya.
Ceklek...
Derit pintu Kirana dorong perlahan. berjalan mencari ranjang Anin di antara gorden penyekat di ruangan kelas tiga tersebut.
Sepasang netranya menangkap keberadaan Aisha dan Anin. Ternyata ranjang putrinya itu berada di paling pojok kamar tersebut dekat kamar mandi. Satu kamar kelas tiga berisikan enam pasien dengan satu kamar mandi dalam.
"Mama," panggil Anin saat melihat ibunya sudah datang.
Grepp...
Cup...cup...cup...
Pelukan dan ciuman seketika memenuhi wajah Anin dari Kirana.
"Apa ada sakit yang Anin rasa saat ini? Coba bilang pada mama," bisik hangat penuh kasih sayang Kirana di telinga Anin.
Kirana pun melepaskan pelukan hangat dari tubuh Anin. Lalu, ia mengecek sendiri dengan mata kepalanya kondisi tubuh Anin dari ujung rambut sampai kaki bocah mungil tersebut.
"Apa kaki atau tangan Anin yang sakit?" tanya Kirana kembali.
Hanya gelengan kepala dari malaikat kecilnya itu yang didapat tanpa suara.
"Bilang sama mama ya, Sayang. Anin sakit di mana atau pengin apa?"
"Anin pengin ketemu papa," cicit Anin lirih.
Nyesss...
Hati Kirana seketika perih mendengar permintaan Anin yang sangat ia tau bahwa hal itu tak mungkin bisa dilakukannya.
"Apa ada yang lain?"
Lagi-lagi gelengan kepala Anin sebagai jawabannya.
"Anin cuma pengin peluk papa," rengeknya dengan mata yang sudah mulai dipenuhi riak-riak kristal bening yang perlahan menggenang.
Kirana hanya mampu membisu dan terdiam. Pertanyaan yang sama yang selalu ditanyakan oleh Anin sejak putrinya itu bisa berbicara.
☘️☘️
"Ma, Papa Anin masih hidup atau sudah pergi ke Sur_ga?" tanya bocah cantik bermata sayu yang kini berusia 5 tahun.
"Papa masih hidup, Nak."
"Papa tinggal di mana, Ma?"
"Papa selalu tinggal di dalam hati kita. Selamanya," jawab wanita bersurai panjang dengan warna hitam pekat, sepekat hidupnya usai pergi dari suaminya lima tahun yang lalu.
"Kenapa papa enggak mau tinggal sama kita, Ma? Apa papa gak sayang sama Anin karena cuma anak penyakitan? Jadi beban buat papa?" cecar Anindita Khalifa.
Air mata yang sejak tadi ditahan Kirana, akhirnya luruh dan membasahi pipinya. Buru-buru ia menyeka air matanya yang jatuh karena tak ingin sang putri melihat dirinya menangis.
Mendorong rasa sebah di hatinya dalam-dalam, Kirana berusaha tetap tersenyum di depan Anin.
Sekuat tenaga Kirana menahan tangisnya. Sungguh, ia tak ingin kehilangan Anin. Kirana hanya berharap sebuah keajaiban dari Tuhan agar putrinya itu sembuh dari penyakitnya.
"Anin, papa adalah orang yang sangat baik di dunia ini. Anin tak boleh benci sama papa. Semua salah mama, bukan papa. Maafkan mama ya, Sayang."
Berusaha untuk selalu tegar di depan Anin, namun untuk pertama kalinya Kirana rapuh di depan putrinya.
Anin sangat jelas melihat kesedihan di mata ibunya. Wanita yang ia tau pontang-panting berjuang keras mencari uang hanya demi kesembuhan dirinya untuk terus hidup di dunia ini. Wanita yang selalu tersenyum di depannya, walaupun di belakangnya selalu menangis sendirian.
Grepp...
Pelukan hangat secara tiba-tiba datang dari Anin pada tubuh Kirana.
"Anin sayang mama. Anin akan selalu sayang mama. Sampai kapan pun. Sampai Anin dipanggil Tuhan," bisik Anin di sela isak tangisnya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
astagfirullah, cmn bisa inhale exhale
Pen jambak Aldo boleh gak sih?? Tapi takut dimarahin pak Komandan...
Do, bnr² lu yee, suami gak bertanggung jawab!!! Pantes kmrn nangis sesunggukan, merasa berdosa yak... Tanggung Jawab!!! Kudu dibwt bahagia ntu si Kirana sama anak²nya sekarang!!!
lanjutkan.....
Hamil 1 ajah berat, apalagi ini hamil kembar dah gt gak ada support system... hebat kamu Kirana, mana cobaan datang bertubi² 👍👍👍 saLut
alasanya jelas karena dia merasa kecewa karena Kirana tidak lagi bisa digunakan sebagai boneka balas dendamnya pada Aldo