Kisah gadis ekstrover bertemu dengan dokter introvert..
Awal pertemuan mereka, sang gadis tidak sengaja melukai dokter itu. Namun siapa sangka, dari insiden itu keduanya semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
*******
Setelah kepergian pria paruh baya itu, kini mereka sedang duduk bersama di meja makan.
Kakeknya tidak lagi menyuruh Suina pergi, karena merasa tidak enak dengan Edo yang sudah menolongnya tadi.
" Silahkan. " ucap nenek yang menyajikan minuman untuk mereka.
" Terima kasih nek. " jawab Edo dan Suina secara bersamaan.
Suina langsung meneguknya, karena merasa senang di sajikan minuman tepat di depan sang kakek.
" Siapa namamu anak muda? " tanya sang kakek penasaran. walaupun Edo sudah menyebutkan nama sebelumnya.
" Nama saya Iqram Bintang Perwira kek. " jawab Edo sambil menyalaminya.
" Panjang banget kan kek? " ucap Suina tiba tiba.
" Ssstt!! " ucap kakeknya yang langsung menatapnya tajam.
" Suina kan cuma kasih tau, dan lebih anehnya lagi. nama panggilannya Edo, benar benar nggak ada kaitannya sama nama aslinya. " jawab Suina lagi.
" Kamu bisa diam nggak? kakek tanya kepemuda ini kenapa kamu yang cerewet. " ucap kakeknya yang mulai naik darah.
Namun Suina hanya tersenyum centil bukannya takut dengan omelan sang kakek.
Sementara Edo hanya bisa tersenyum melihat perdebatan mereka.
" Maaf nak, anak ini memang seperti ayam yang baru keluar dari telurnya. cerewetnya minta ampun. " ucap kakeknya pada Edo.
" Nggak apa apa kek, saya sudah biasa. " jawab Edo tertawa pelan.
" Di juga seorang dokter kek, dokter ahli yang hebat. " ucap Suina lagi.
" Yang tanya kamu siapa? " jawab kakeknya.
" Suina ngomongnya sama nenek kok. " jawab Suina sambil tersenyum lebar pada neneknya.
" Kamu sedang ngatai kakek ya? " tanya kakeknya curiga.
" Nggak kok, nggak sama sekali. bahkan Suina nggak pernah kepikiran hal itu. " jawab Suina sambil mengangat kedua tanganya.
Melihat perdebatan keduanya semakin panjang, neneknya langsung mengalihkan pembicaraan.
" Kamu seorang dokter ya nak? " tanya neneknya.
" Iya nek. " jawab Edo tersenyum.
" Waah.. pekerjaan yang mulia, kalau boleh nenek tau dokter di bidang apa. " ucap sang nenek sambil bertanya lagi.
" Saya ahli bedah jantung nek. " jawab Edo.
" Kamu memiliki pekerjaan dan kehidupan cukup baik, tapi kenapa malah pacaran dengan gadis ini? " Tanya kakeknya sambil melirik Suina.
Edo dan Suina pun hanya bisa saling memandang karena bingung.
" Dia gadis yang manis kok. " jawab Edo tersenyum menatap Suina.
" Kakek benar benar nggak habis fikir dengan seleramu, padahal kamu bisa mendapatkan gadis yang lebih baik di luar sana. " ucap kakeknya lagi, seolah olah Suina begitu buruk di matanya.
" Iih.. kakek, memangnya Suina seburuk itu. " ucap Suina kesal.
" Kakek benar, memang banyak gadis yang lebih cantik di luar sana. tapi yang seperti dia, tidak ada lagi. karena dia cantik dengan versi dirinya sendiri, tanpa campur tangan orang lain. dan itu yang membuat Edo merasa terkesan. " jawab Edo memuji.
Mendengar penuturan pria itu, Suina langsung terkejut dengan tatapan penuh tanya. karena ia tidak pernah membayangkan sebelumnya, akan ada orang yang berfikiran seperti itu tentangnya selain sang ayah.
" Ya udah jika itu memang penilaian mu terhadap gadis ini, tapi kakek sangat menyayangkan hal itu. " ucap sang kakek yang masih tidak terimah.
Edo hanya tersenyum saja mendengarnya, sementara Suina masih merasa terkejut dengan ucapannya tadi.
" Tapi kakek benar benar sangat berterima kasih, karena kamu sudah menolong kakek tadi. " lanjut kakeknya.
" Sama sama kek, sudah seharusnya. " jawab Edo.
" Ya udah, kakek mau istirahat. kepala kakek sakit, kalian kalau masih mau ngobrol, silahkan. " ucapnya yang langsung beranjak pergi masuk kedalam kamar.
" Jangan pedulikan orang tua itu, dia memang seperti itu. jangan di masukin kehati. " ucap sang nenek yang menangkan keduanya.
" Nggak kok nek, Suina bisa mengerti. " jawab Suina yang tidak pernah merasa keberatan, walaupun sang kakek selalu judes padanya.
Setelah mengobrol ngobrol cukup lama, akhirnya Suina dan Edo langsung berpamitan pulang.
Hari mulai menjelang malam, barulah Suina tiba di rumah.
Dengan cepat ia turun dari mobil Edo tidak lupa mengucapkan terima kasih.
" Terima kasih untuk hari ini dok, dan juga terima kasih untuk kuenya. " ucap Suina tersenyum manis.
" Em! " jawab Edo singkat sambil tersenyum.
Namun begitu gadis itu ingin membuka gerbang rumahnya, tiba tiba Edo turun dan langsung memegang tanganya menghentikannya.
Hal itu langsung membuat Suina terkejut sekaligus bingung.
" Kenapa dok? apa ada yang ingin dokter sampaikan? " tanya Suina penasaran.
Edo terlihat kebingungan harus menjawab apa, karena ia juga secara tidak sadar memegang tangan gadis itu.
" Ma-maaf. " ucap Edo yang langsung melepaskannya.
" Saya hanya ingin memberikan ini. " lanjutnya sambil memberikan kotak kue.
" Ohh.. aku lupa, terima dok. " jawab Suina yang langsung menerimanya.
" Ya udah, aku masuk dulu. bye! bye! " lanjut gadis itu sambil melambaikan tanganya.
Edo hanya tersenyum sambil menunggu gadis itu hingga masuk kedalam rumahnya.
Setelah melihat Suina masuk, barulah ia masuk kedalam mobilnya kemudian pulang.
Selama perjalanan pulang, Edo terus terus saja tersenyum sambil memikirkan gadis itu.
***
Keesokan harinya, di rumah sakit. Edo mulai di sibukkan dengan pekerjaanya.
Kini dokter tampan itu sedang berada di ruang rapat, untuk membahas beberapa kasus kesehatan dengan rekan rekan kerjanya.
" Untuk operasi pembuluh darah besok, lakukan saja sesuai pertemuan kita hari ini. " ucap Edo memberi arahan.
" Baik dok. " jawab rekan rekannya.
" Baiklah, hari ini sampai di sini dulu, terima kasih banyak atas kehadirannya. " ucap Edo menutup pertemuan mereka.
" Terima kasih dok. " jawab mereka kemudian beranjak pergi untuk melakukan pekerjaan masing masing.
Tiba tiba Sus Mia dan Iyan pun datang menghampirinya.
" Selamat pagi dok! " sapa Iyan sambil terkekeh.
" Pagi dok! " sapa sus Mia juga.
" Pagi Yan! pagi Sus. " jawab Edo sambil merapikan barang barangnya.
" Hari ini kita makan siang bareng yuk, keluar kerestoran mana gitu, bosan dengan makanan kantin mulu. " ajak Iyan.
" Aku nggak bisa. " jawab Edo.
" Kenapa? kamu ada jadwal operasi hari ini? tapi aku lihat di jadwal tadi, kayaknya nggak ada deh. " tanya Iyan penasaran.
" Aku sibuk. " Jawab Edo.
" Sibuk apaan? perasaan setiap pulang kerja kamu di rumah saja. " tanya Iyan heran.
" Atau gini aja, setelah pulang kerja kita mampir kerumahmu, gimana? " lanjutnya lagi.
" Setuju dok, saya juga penasaran dengan rumah dokter Edo. " imbuh sus Mia.
" Nggak bisa. " jawab Edo.
" Kenapa sih? apa kamu menyembunyikan sesuatu di rumahmu? " tanya Iyan menyelidik.
" Nggak ada. " jawab Edo.
" Kalau nggak ada, terus kenapa kita nggak boleh mampir? " tanya Iyan penasaran.
" Pokoknya nggak bisa. " jawab Edo yang langsung keluar kembali keruang kerjanya.
" Eh Do! Edo! " panggil Iyan yang masih belum selesai bicara.
Namun sahabatnya itu tidak menghiraukannya, dan malah mempercepat langkahnya.
Di rumahnya, Suina tengah sibuk dengan pekerjaanya.
Namun tiba tiba gadis itu teringat dengan omongan Edo kemari.
----- flashback on -----
" Terima kasih ya dok, karena sudah pura-pura menjadi pacar aku. jadi om-om yang tadi itu pergi karena takut. " ucap Suina.
" Tapi dokter nggak harus berpura pura juga di depan kakek tadi, kan kakek jadi salah faham. " lanjut Suina.
" Nggak apa apa kok, sepertinya kakekmu suka sama saya juga. " jawab Edo.
Suina langsung tersenyum mendengarnya, walaupun ia sedikit merasa kaget namun tetap bersikap santai saja.
------ flashback off ------
Suina langsung senyum senyum sendiri mengingat kejadian itu.
" Ah! fokus Suina. " ucap Suina yang langsung kembali sibuk dengan pekerjaanya.
Sore menjelang, Cindi datang kekediaman Edo.
Gadis itu membawa beberapa bingkisan, karena ingin berterima kasih sudah mendapatkan kue kering dari ibunya.
Sebelum datang berkunjung, Cindi sempat menelpon ibunya Edo untuk menanyakan alamat rumahnya.
Cindi berhentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah Edo, kemudian turun.
Di lihatnya rumah itu suasananya sangat sepi.
Tidak berselang lama, Suina datang karena sudah janji dengan Edo ingin berkonsultasi beberapa masalah kesehatannya.
" Halo mbak. " sapa Suina begitu datang melihat Cindi tengah berdiri di depan gerbang rumah Edo.
" Mbak kesini kamu ketemu dokter Edo ya? " tanya Suina.
" Iya. " jawab Cindi kebingungan, karena gadis itu tiba tiba datang menghampirinya.
" Oh.. dokter Edo tadi bilang dia udah di jalan kok mbak, paling bentar lagi sampai. mbak nggak sedang buru buru kan? " ucap Suina sambil bertanya.
" Nggak, maaf kamu siapa ya? " jawab Cindi sambil bertanya.
" Oh aku Suina, salah satu pasien dan teman dokter Edo. " jawab Suina.
" Kalian sudah lama saling kenal? " tanya Cindi penasaran.
" Mm.. belum terlalu lama sih, karena aku juga baru pindah kedaerah sini. " jawab Suina.
" Jadi kamu datang kesini untuk.. " tanya Cindi lagi namun tidak melanjutkan kata katanya.
" Aku kesini karena ingin berkonsultasi beberapa masalah kesehatan. " jawab Suina sambil tersenyum.
Tidak berselang lama, Edo pun tiba.
Pria itu terkejut karena melihat Cindi ada di depan rumahnya.
" Prof! " ucap Edo kaget sambil menghampiri keduanya.
" Selamat sore dok. " jawab Cindi.
" Kok Prof bisa di sini? " tanya Edo penasaran.
" Aku datang kesini karena ingin memberikan ini. " jawab Cindi sambil memberikan satu paper bag berukuran cukup besar.
Sementara Suina langsung merasa canggung, karena melihat penampilan Cindi yang begitu elegan dan sangat sepadan dengan Edo.
" Tadi aku sudah telpon ibumu untuk menanyakan alamat rumamu, sekalian dia minta kita untuk makan malam bersama. " ucap Cindi sambil melihat Suina.
" Ouh! kalau gitu aku permisi pulang dulu, maaf kalau udah ganggu kalian. " ucap Suina yang langsung hendak bergegas pergi meninggalkan mereka.
" Suina tunggu! " ucap Edo yang langsung menahan tanganya.
" Bukanya kamu mau konsultasi kesehatan hari ini? " tanya Edo.
" Lain kali aja dok, dokter kan sedang ada tamu juga, jadi saya nggak enak. " jawab Suina yang tiba tiba bicara formal padanya.
" Saya permisi dulu, mari mbak. " lanjut Suina sambil tersenyum kepada Cindi.
Kemudian dengan cepat gadis itu pergi tanpa menengok kemereka.
Edo terlihat merasa tidak enak dengan Suina, karena ia yang sudah menghubungi gadis itu untuk datang membahas masalah kesehatannya.
" Ya udah, kalau gitu aku pamit. sepertinya aku datang di waktu kurang tepat. " ucap Cindi.
" Nggak kok, saya hanya terkejut saja tiba tiba melihat prof ada di depan rumah saya. " jawab Edo.
" Jadi, aku bisa masuk kedalam? " tanya Cindi memastikan.
" Rumahku cukup berantakan karena kucing, sebaiknya kita kesuatu tempat saja. " jawab Edo.
" Baiklah. " jawab Cindi walaupun ia merasa kesal, karena Edo tidak membiarkannya untuk masuk dan melihat rumahnya.
" Sebentar, saya parkir mobil di tempat lain dulu. " ucap Edo yang langsung masuk kedalam mobilnya.
Sementara di rumah, Suina tiba di kamarnya.
Gadis itu terlihat tampak kecewa dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
" Huufff.. " gumamnya menghela nafas panjang.
Kemudian ia mengeluarkan beberapa baju kucing yang khusus ia buat sendiri.
" Sudahlah. " gumamnya lagi yang langsung memasukan benda itu kedalam laci.
Di restoran, Edo dan Cindi tengah menikmati makan malam mereka.
Cindi tampak sesekali memperhatikan cara pria itu makan.
Karena Edo makan dengan cukup cepat tanpa bersuara sama sekali.
Tiba tiba ponsel Cindi berdering, namun dengan cepat ia mematikannya.
" Kenapa tidak di angkat? " tanya Edo penasaran.
" Nggak terlalu penting, hanya asisten aku saja. " jawab Cindi.
Namun tidak berselang lama, ponsel Edo yang berdering.
Ia pun menghentikan makannya, kemudian melihat siapa yang menelpon.
" Maaf, saya harus mengangkat panggilannya, ini dari rumah sakit. " ucap Edo.
" Silahkan. " jawab Cindi yang tidak mempermasalahkannya.
Edo pun langsung mengangatnya.
" Halo. " jawab Edo.
Rupanya sus Mia yang menelpon, karena ingin bertanya beberapa kasus kesehatan yang sedang Edo tangani.
Edo pun menjelaskan satu persatu, karena itu sangat penting untuk rumah sakit.
Tanpa Edo sadari, diam diam Cindi pengambil gambarnya kemudian mengirimkannya pada seseorang.
Beberapa menit kemudian, Edo selesai mengangat panggilannya.
" Oh ya, gadis yang aku temui tadi, sepertinya sangat dekat dengan dokter. " ucap Cindi yang mulai membuka topik pembicaraan.
" Em! " jawab Edo mengangguk singkat.
" Gadis itu bilang punya beberapa masalah kesehatan, apa kalian sudah kenal cukup lama? " lanjut Cindi bertanya lagi.
Edo diam sejenak sambil berfikir.
" Saya bertemu denganya belum lama ini, karena dia baru pindah kekota ini sebulan yang lalu. dan tentang kesehatannya, memang dia memiliki bebeapa masalah kesehatan. jadi saya menawarkan untuk mengobatinya perlahan lahan, makanya kita bisa sering bertemu. " jelas Edo.
Ponsel Cindi pun kembali berdering, di lihatnya Rey kembali menelponnya.
" Sepertinya aku harus pergi sekarang. " ucap Cindi.
" Silahkan. " jawab Edo.
" Terima kasih untuk makan malamnya. " ucap gadis itu yang langsung beranjak pergi.
Edo hanya tersenyum sambil mengangguk mempersilahkan gadis itu pergi.
Setelah itu, ia langsung mengambil ponselnya kemudian mengirim pesan pada Suina.
" Mandilah dengan air hangat sebelum tidur. " isi pesan Edo.
Di rumah, Suina tengah berendam di dalam BUT UP.
Tiba tiba ponselnya berbunyi tanda pesan masuk.
Dengan cepat gadis itu mengambilnya kemudian melihat pesan yang masuk.
" Iya! Terima kasih atas sarannya, selamat malam. " balas Suina kemudian ia langsung meletakan kembali ponselnya.
Edo yang mendapatkan pesan seperti itu, langsung merasa bingung. karena Suina membalas pesannya dengan bahasa formal, tidak seperti biasanya.
Pukul 10 malam, pria itu tiba di rumahnya.
Namun ia tidak langsung masuk kedalam, melainkan duduk di teras menikmati pemandangan langit malam sambil di temani si putih.
Edo terlihat melamun seperti memikirkan sesuatu, balasan pesan Suina yang menggunakan bahasa formal membuatnya benar benar kefikiran.
Malam semakin larut, namun pria itu enggan beranjak dari tempat duduknya dan malah semakin larut dengan fikirannya.
###NEXT###