NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Balas Dendam / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

PERINGATAN!!!! SELURUH ISI CERITA NOVEL INI HANYA FIKTIF DAN TIDAK RAMAH ANAK ANAK. PERINGATAN KERAS, SEMUA ADEGAN TAK BOLEH DITIRU APAPUN ALASANNYA.

Setelah membantu suaminya dalam perang saudara, dan mengotori tangannya dengan darah dari saudara-saudara suaminya, Fiona di bunuh oleh suaminya sendiri, dengan alasan sudah tak dibutuhkan. Fiona bangkit kembali, ke lima tahun sebelum kejadian itu, dengan tekad kuat untuk membalas Dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

"Aku tidak ingin nama yang terlalu ambisius atau puitis," jawab Fiona dengan nada datar, suaranya tenang tanpa emosi. "Gigantes adalah nama yang bagus, tapi nama itu milik Leo. Aku tidak mau mengambil hal yang sudah menjadi milik orang lain."

Vergil mengangkat alis, senyumnya melengkung tipis. "Oh? Tapi itu adalah pemberianku, Fiona," katanya, suaranya lebih lembut dari sebelumnya. "Jika itu pemberianku, bukankah wajar jika kau memberinya nama baru? Sesuai dengan dirimu."

"Tentu," Fiona mendongak, menatapnya dengan pandangan dingin yang membuat Vergil merasa ia tidak benar-benar berada di sisinya. "Karena itu pemberianmu, aku akan memberinya nama yang sesuai." Ia kemudian melangkah maju, membiarkan tubuhnya bergerak ke arah jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota di bawah, lalu menatapnya dengan tatapan kosong. "Kastil ini akan bernama 'Lament of Vengeance'."

"Lament of Vengeance?" ulang Vergil, suaranya sedikit terkejut. "Sebuah ratapan? Untuk siapa?"

"Untukku," jawab Fiona, lalu dia berbalik untuk menatapnya. "Untuk kehancuran yang telah aku derita. Untuk pengkhianatan yang telah aku alami. Semua itu akan menjadi kekuatanku untuk mencapai tujuanku. Aku akan menggunakan ratapan itu untuk membalas dendam."

Vergil menyunggingkan senyum lebar, matanya berbinar penuh minat. "Aku suka itu," katanya, dan dia merasakan sensasi geli di lehernya. "Sangat pas untukmu, Ratu. Nama itu sangat cocok."

Setelah percakapan tentang nama kastil selesai, mereka meninggalkan ruangan itu dan berjalan santai di sepanjang koridor, Vergil memimpin jalan menuju menara utama. Suasana di antara mereka dipenuhi keheningan, tetapi bukan keheningan yang canggung, melainkan keheningan yang penuh dengan perhitungan dan ketegangan yang tersembunyi. Vergil mengamatinya dari sudut matanya, bertanya-tanya apa yang sedang ia pikirkan.

Fiona tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat Vergil juga berhenti dan berbalik untuk menatapnya. Fiona menyilangkan tangannya di dada, tatapannya dingin dan lurus ke arahnya.

"Vergil," kata Fiona, suaranya pelan, "bagaimana rasanya membunuh saudara-saudaramu sendiri?"

Pertanyaan itu membuat Vergil terdiam, senyum liciknya hilang dari bibirnya. Ekspresi wajahnya mengeras, dan mata dinginnya menatap balik ke arah Fiona. "Kau bertanya tentang apa, Fiona?"

"Kau tahu betul apa yang aku tanyakan," balas Fiona, tidak terpengaruh oleh nada suara Vergil yang tiba-tiba berubah. "Kau membunuh Arthur. Dan kau membiarkan Damien mati di tangan Felix."

"Mereka bukan saudaraku," jawab Vergil, suaranya rendah dan penuh dengan kebencian. "Mereka adalah lawan, musuh yang harus disingkirkan dari jalanku."

Fiona menyeringai. "Begitu, ya?" gumamnya, lalu melanjutkan. "Kau tidak merasakan apa pun? Tidak ada penyesalan? Tidak ada keraguan? Mereka adalah darahmu sendiri, Vergil. Kau berbagi darah yang sama dengan mereka."

"Darah?" Vergil tertawa sinis. "Darah tidak berarti apa-apa di dunia ini. Darah hanya digunakan untuk mengotori tangan dan menyakiti hati. Kau tahu itu, Fiona."

Fiona hanya menatapnya, tidak terkejut sama sekali. Dia tahu bahwa Vergil adalah seseorang yang tidak bisa disentuh oleh emosi, seseorang yang tidak akan pernah menyesali perbuatannya, dan itulah sebabnya ia menganggap Vergil sangat berbahaya.

"Jadi, tidak ada lagi Pangeran Leo yang naif dan baik hati di antara saudara-saudaramu?" tanya Fiona, suaranya terdengar lembut, tapi ada nada ironi yang tersembunyi di dalamnya. "Atau mungkin kau adalah satu-satunya pangeran yang berbeda, Vergil? Yang tidak peduli dengan takhta, yang hanya ingin melihat orang lain hancur?"

Vergil menghela napas, tatapannya menyiratkan kelelahan, dan ia kembali menyunggingkan senyum tipis. "Aku hanyalah diriku sendiri," katanya, suaranya terdengar pelan, "dan kau... kau juga sama denganku. Jangan berpura-pura kau lebih baik dariku, Fiona."

Tiba-tiba, ekspresi Vergil berubah, senyumnya menghilang, dan ia maju selangkah, menempatkan wajahnya tepat di depan wajah Fiona. Gerakannya yang tiba-tiba membuatnya terkejut, namun ia tidak mundur. Vergil mengangkat tangannya, lalu mencengkeram bahu Fiona, jari-jarinya yang panjang mencengkeram erat. "Jangan pernah lagi bertanya tentang itu," desis Vergil, suaranya terdengar seperti raungan binatang. "Jangan pernah lagi bertanya tentang saudara-saudaraku yang sudah mati."

Fiona menatapnya dengan pandangan tanpa ekspresi. "Maafkan aku," katanya, suaranya terdengar begitu datar, kata-kata itu tidak memiliki arti apa pun.

Vergil terdiam, cengkeramannya pada bahu Fiona perlahan-lahan mengendur. Ia menatapnya, kebingungan tercetak di matanya. "Kau... meminta maaf?" tanyanya, suaranya terdengar aneh, seolah ia belum pernah mendengar kata itu sebelumnya.

Fiona hanya mengangguk, masih dengan ekspresi dingin di wajahnya. "Aku seharusnya tahu," bisiknya, "bahwa hal itu menyakitimu."

Tiba-tiba, Vergil menarik Fiona ke dalam pelukannya. Fiona terkejut, matanya terbelalak, namun ia tidak melawan. Vergil mendekapnya, dagunya bertumpu di atas kepala Fiona, dan ia merasakan jantungnya berdebar kencang. "Fiona..." bisiknya, suaranya bergetar, "Kau adalah asetku yang berharga. Kau adalah partnerku. Jangan pernah meminta maaf lagi padaku."

Vergil melepaskan pelukannya, menatap mata Fiona dengan intens. "Kau memintaku untuk tidak menanyakan hal itu lagi?" tanya Fiona, suaranya begitu datar, seolah-olah ia sedang memesan makanan. "Aku tidak tertarik pada masa lalu, Vergil. Yang aku pedulikan hanyalah masa depan."

Vergil mengangguk, senyum tipis kembali ke bibirnya. "Aku tahu itu, Fiona," katanya, suaranya terdengar tenang dan lembut. "Aku tahu kau adalah seseorang yang hanya hidup untuk masa depan. Itulah mengapa aku menyukaimu."

Fiona menatapnya, matanya tanpa emosi. "Aku butuh sesuatu," kata Fiona. "Sesuatu yang akan membantuku mencapai tujuanku. Aku butuh kepala Felix."

Vergil terdiam, senyumnya membeku di bibirnya. Matanya menatap Fiona dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kau memintanya padaku?"

"Ya," jawab Fiona, suaranya terdengar begitu datar. "Kau adalah satu-satunya orang yang bisa membunuh Felix."

Vergil menghela napas, lalu ia tersenyum lebar. "Tentu saja," katanya, suaranya terdengar seperti senandung, ia sangat bahagia. "Kau adalah asetku. Apa pun yang kau inginkan, akan aku berikan."

"Kau tidak takut aku akan mengkhianatimu?" tanya Fiona, suaranya terdengar monoton, matanya menatap lurus ke dalam mata Vergil. Tidak ada sedikit pun keraguan atau emosi dalam pertanyaannya.

Vergil tersenyum sinis, senyum yang tidak sampai ke matanya. "Mengkhianatiku?" ulangnya, suaranya terdengar geli. "Kenapa aku harus takut? Aku sudah melewati banyak pengkhianatan dalam hidupku. Aku sudah terbiasa." Dia mengalihkan pandangannya dari Fiona, lalu menyisir rambut hitamnya dengan jari-jarinya. "Jika kau mengkhianatiku, aku akan membunuhmu, Fiona," katanya, suaranya terdengar begitu santai. "Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri. Aku akan memastikan kau mati dalam penderitaan yang paling menyakitkan."

Fiona tidak bereaksi sama sekali, wajahnya tetap datar, ancaman itu tidak berarti apa pun baginya. "Kalau begitu, bunuh saja aku sekarang," katanya, suaranya begitu dingin dan tegas.

Vergil menolehkan kepalanya, matanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Apa?" tanyanya, suaranya terdengar tidak percaya. "Kau tidak takut mati?"

"Tidak," jawab Fiona, tanpa ragu sedikit pun. "Lagipula, aku akan mengkhianatimu. Jadi, bunuh saja aku sekarang. Itu akan menghemat waktu kita berdua."

1
Cha Sumuk
kurang menarik krna mc ceweknya lemah,, biasa' nya klo setelah kelahiran jd kuat tp ini mlh lemah hemmm
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!