NovelToon NovelToon
IDOL

IDOL

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Idola sekolah
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: vennyrosmalia

Felisha harus terjebak dengan kesepakatan yang tidak bisa ditolaknya demi membantu keluarganya di kampung.

" Ingat, kamu harus menutup mata, telinga bahkan mulutmu selama kesepakatan itu berlangsung." ucap alvino.

" Ya aku akan selalu mengingatnya." patuh felisha.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vennyrosmalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Kesan pertama yang ada di benak Felisha adalah canggung. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya Felisha masuk ke dalam kamar seorang laki-laki.

Terlebih laki-laki itu adalah idola dari sekian banyak nya kaum hawa saat ini. Felisha yang baru kali ini berinteraksi dekat dengan lawan jenis, membuatnya kesulitan untuk mengekspresikan apa yang di rasakannya sekarang.

"Kenapa diam saja, ayo kita mulai."

Ucapan Alvino membuat felisha kembali sadar jika saat ini mereka akan memulai pelajaran tambahan yang tertunda.

"I iya, sebentar."

Felisha mengeluarkan buku catatan yang sudah di persiapkan untuk membantu Alvino dalam pelajaran.

Kemudian Felisha mulai menjelaskan poin-poin penting pembahasan materi. Alvino kali ini benar-benar memperhatikan bagaimana telatennya Felisha menerangkan pelajarannya.

Tidak terasa waktu sudah sore hari, Alvino yang tadinya semangat pun mulai mengantuk.

"Kita akhiri dulu pelajaran hari ini." ucap Alvino. Dia sampai menguap di depan Felisha.

"Iya, hari juga sudah sore, aku harus segera pulang." jawab Felisha sambil merapikan buku-buku yang berserakan.

"Siapa yang mengizinkan kamu pulang?"

Pertanyaan Alvino membuat Felisha mengerutkan dahinya.

"Pelajaran hari inu kan sudah selesai Vino, jadi aku sudah bisa pulang." jelas Felisha.

"Hari ini tugasmu belum selesai."

"Tugas apalagi Vino, nanti malam aku harus bekerja." ucap Felisha dengan suara tertahan menahan kekesalan pada Alvino.

"Kamu tidak perlu bekerja hari ini." titah Alvino.

"Apa maksudmu Vino?" suara Felisha sedikit meninggi.

"Kamu berani sekali berteriak padaku!" suara Alvino pun tak kalah meninggi.

Felisha menghembuskan nafas untuk meredam emosi yang tiba-tiba saja muncul.

"Vino, tapi aku harus bekerja. Jika aku libur mendadak, bisa-bisa aku dipecat." tutur Felisha pelan agar Alvino mengerti.

"Aku akan bertanggung jawab." ucap Alvino.

"Apa, bertanggung jawab apa yang kamu maksud?"

"Tenang saja, itu biar jadi urusanku. Sekarang kamu tunggu saja dulu, aku mau mandi."

"Tapi Vino, Vino."

Ucapan Felisha tidak dihiraukan oleh Alvino yang sudah melangkah menuju kamar mandi di kamarnya.

Felisha memejamkan mata dan bersandar pada sofa. Kemudian dia ingat dengan sahabatnya Gina.

"Semoga Gina bisa membantuku." gumam Felisha.

Dia segera mencari ponselnya di dalam tas.

"Ya ampun, lowbet."

Felisha kembali lesu saat ponsel satu-satunya yang diharapkan bisa membantunya sedang dalam keadaan mati.

.....................

"Iya iya, ini aku udah sampai di tempat."

Hito kemudian memarkirkan mobilnya di depan minimarket yang di arahkan oleh Alvino ditelepon tadi.

"Kalau saja gajiku tidak besar, mana mau aku mengurusi hal seperti ini." gerutu Hito.

Kemudian dia turun dan segera masuk ke dalam minimarket.

"Selamat datang ka, silahkan." sapa salah satu pegawai minimarket itu.

Hito langsung menuju meja kasir dan menanyakan keberadaan bos pemilik minimarket tersebut.

......................

Tok.tok.tok

Pintu kamar Alvino di ketuk, tapi Felisha bingung apakah harus membuka pintu itu atau tidak.

Tok.tok.tok

"Ya ampun, Vino lama banget mandinya." gerutu Felisha.

Terpaksa dia beranjak untuk membukakan pintu kamar Alvino.

Begitu terbuka, Felisha melihat pria paruh baya yang masih gagah dan tampan berdiri di hadapannya.

"Kamu siapa?" tanya Papa Hendra.

Bukan hanya Felisha yang terkejut, tapi Hendra juga kaget saat melihat seorang gadis berada di kamar putranya.

"Dimana Alvino?" tanya Papa Hendra lagi.

Baru saja Felisha hendak menjawab, tiba-tiba Alvino datang dengan menggunakan kimono bathrobe.

"Dia temanku Pa." jawab Alvino santai.

Sementara Felisha kembali dibuat terkejut saat melihat penampilan Alvino yang sangat menggoda.

Rambut basahnya yang acak-acakan, serta wajahnya yang terlihat segar. Felisha menggelengkan kepala untuk menyadarkan diri di tengah situasi yang bisa membuat orang salah paham.

"Tapi kenapa kamu dan dia ada di kamar? Dan ini kamu?" tunjuk Papa Hendra pada penampilan putranya.

"Aku baru selesai mandi Pa." jelas Alvino santai.

"Iya tapi kalian."

"Begini om." Felisha menyela untuk memperjelas situasi mereka yang sebenarnya.

"Oh jadi kamu tutor belajar Alvino."

Felisha berhasil menjelaskan pada Papa Alvino mengenai dirinya yang berada di kamar Alvino.

Tidak lupa dia juga mengatakan jika mereka hanya sibuk belajar saja tanpa melakukan hal-hal yang bisa membuat Papa Hendra salah paham.

"Iya om, saya ditugaskan kepala sekolah untuk membantu Alvino memperbaiki nilai-nilai pelajaran." jelas Felisha.

Kini keduanya sudah duduk di ruang keluarga. Sedangkan Alvino sendiri masih berada di kamar untuk memakai pakaiannya.

"Apa Alvin bisa belajar dengan baik?" tanya Papa Hendra.

"Sejauh ini Vino tidak kesulitan saat saya memberinya tugas-tugas." jawab Felisha dengan senyumnya.

Hendra melihat gadis di hadapannya ini memang bisa membantu putranya. Buktinya Alvino mau melakukan pelajaran tambahan itu tanpa penolakan atau pemberontakan.

"Syukurlah kalau memang dia bisa melakukannya."

Tidak lama Alvino datang menghampiri keduanya. Hendra melihat penampilan putranya yang sudah rapi dan membawa ransel di pundaknya.

"Kamu mau kemana Alvin?" tanya Papa Hendra.

"Aku dan Felisha ada tugas sekolah Pa." jawab Alvino.

Felisha bingung, sejak kapan mereka ada tugas sekolah. Bukankah mereka berada di kelas yang berbeda.

"Benar Felisha?" kali ini Papa Hendra menanyakan kebenaran itu pada Felisha.

Alvino memberi kode melalu matanya agar Felisha membenarkan apa yang sudah di katakannya.

"I iya om, kami ada tugas sekolah bersama." jawab Felisha.

"Ya sudah kalau memang benar, kamu boleh pergi."

Alvino tersenyum dalam hati, tidak salah dirinya membawa Felisha ke rumahnya hari ini.

"Aku minta satu kunci motorku Pa."

"Kenapa tidak pakai mobil saja, Papa akan menyuruh supir mengantar kalian."

"Tidak bisa pa, ini weekend. Jalanan pasti macet kalau pakai mobil, iya kan Felis."

"Hah, i iya om."

Akhirnya Papa Hendra memberikan satu kunci motor kesayangan milik Alvino.

"Vino, kenapa kita berbohong?" tanya Felisha.

Mereka sudah berada di garasi motor dan Alvino sedang sibuk memanaskan salah satu motor sport kesayangannya.

"Blacky, akhirnya kita bersua lagi." bukannya menjawab Felisha, Alvino justru sibuk mengelus-elus motor hitamnya.

"Alvino." panggil Felisha.

"Ck berisik tahu gak, inget kan kesepakatan kita." ucap Alvino.

"Iya iya." Felisha tidak bisa membantah jika sudah seperti ini.

"Pokoknya kamu tenang aja, karena hari ini aku lagi seneng, nanti aku kasih kamu bonus." tutur Alvino.

"Yaudah kalau gitu ayo anter aku pulang, aku mau kerja."

Alvino memberikan helm untuk di pakai Felisha. Setelah memakai helm, Felisha kini kesulitan menaiki motor itu karena tinggi.

"Cepet naik." ucap Alvino.

"Gimana ini naiknya, tinggi banget tahu gak" keluh Felisha.

"Ya ampun." Alvino kembali turun dan dengan cepat mengangkat tubuh felisha untuk menaiki motornya.

"Aarghhh Vino."

Felisha terkejut saat Alvino tiba-tiba saja menggendongnya.

"Udah pegangan, aku mau ngebut."

"Apa, aaargghhh."

Alvino yang benar-benar melajukan motornya kencang membuat Felisha segera melingkarkan kedua tangannya di pinggang Alvino.

Di dalam helm full face nya Alvino tersenyum penuh arti.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!