NovelToon NovelToon
Jodohku Teman Mama

Jodohku Teman Mama

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Julia And'Marian

Raisa tak pernah mengira hidupnya akan berubah drastis setelah ulang tahunnya yang ke-23. Gadis ceria itu terkejut ketika sang mama mengenalkannya pada seorang pria—bukan untuk dijodohkan dengan lelaki muda seperti biasanya, melainkan dengan teman dekat mamanya sendiri, seorang pria dewasa bernama Ardan yang berusia hampir dua kali lipat darinya.

Ardan, seorang duda mapan berwibawa, awalnya tak berniat menerima tawaran perjodohan itu. Namun, kepribadian Raisa yang hangat dan polos perlahan membuatnya goyah. Raisa pun dilanda dilema: bagaimana bisa ia jatuh hati pada seseorang yang selama ini ia kenal sebagai “Om Ardan”, sosok yang sering datang ke rumah sebagai sahabat mamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 4

Udara di kampus siang itu terasa panas bukan hanya karena matahari, tapi karena kepala Raisa yang mendidih. Sepanjang jalan dari tempat parkir ke fakultas, ia bisa merasakan tatapan orang-orang.

Bisik-bisik terdengar.

“Eh itu Raisa, ya? Katanya sekarang jalan sama pengusaha? Pantesan…”

“Yang datang pakai mobil gede itu siapa? Om-nya? Pacarnya? Kok beda banget umurnya.”

“Anak psikologi memang gitu, suka eksperimen.”

Raisa menggertakkan gigi. Ya Allah, gosip dari mana lagi ini?!

Ia berjalan cepat ke kelas, mengabaikan tatapan teman-temannya. Begitu masuk, sahabatnya, Dina, langsung menghampiri dengan ekspresi penuh drama.

“RAIIIII!!!” serunya sambil menarik lengan Raisa. “Cerita sini, cepat!”

“Apa?” Raisa memelototinya.

“Jangan pura-pura bego. Semua orang udah lihat. Kamu diantar pria paruh baya, pake SUV hitam, ganteng pula. Siapa dia? Sugar daddy?!”

Raisa menepuk kening keras-keras. “Dina. Demi Tuhan. Dia itu—”

“Oh my God, jangan bilang itu dosen!”

“DINA!” Raisa nyaris berteriak. “Dia itu… teman Mama.”

Dina mengerutkan kening. “Teman Mama? Trus ngapain anterin kamu segala?!”

“Karena mobilku mogok. Dia kebetulan lewat.”

Dina melipat tangan, tatapannya seperti detektif. “Kebetulan? Ini udah kebetulan keberapa dalam seminggu?!”

Raisa mendengus keras. “Jangan mulai.”

 

Pelajaran berlangsung, tapi pikiran Raisa tak bisa fokus. Kata-kata gosip itu terus menggema di kepalanya. Sejak kapan hidupnya jadi drama telenovela murahan?

Dan seakan belum cukup, ponselnya bergetar. Satu pesan masuk.

> Ardan: Mobilmu sudah selesai. Sudah Om cek. Aman dipakai.

Raisa menatap layar ponselnya lama. Jemarinya gatal ingin membalas dengan “terima kasih” tapi egonya menolak. Ia akhirnya hanya mengunci layar ponsel tanpa membalas.

 

Sepulang kuliah, ia langsung menuju rumah. Begitu masuk, Mama sedang duduk di ruang tamu sambil menyeruput teh.

“Rai,” sapa Mama, seolah sudah menunggunya.

Raisa menghela napas. “Apa lagi, Ma?”

Mama mengamati wajah putrinya. “Kok kamu cemberut? Capek, ya?”

“Enggak. Cuma… banyak gosip aneh di kampus. Tentang aku.”

Mama menaruh cangkirnya. “Gosip? Tentang apa?”

“Ya… tentang aku sama Om Ardan.”

Mama terdiam sebentar. “Oh… ya wajar.”

“Wajar?!” Raisa membelalak. “MA, mereka ngegosipin aku aneh-aneh. Dibilang sugar baby lah, dibilang pacaran sama om-om lah. Itu wajar?!”

Mama menghela napas panjang. “Rai… kamu nggak bisa atur mulut orang. Kalau kamu yakin nggak ada apa-apa, biarin aja.”

Raisa mendengus. “Gampang banget ngomong gitu. Yang jadi bahan omongan kan aku.”

 

Mama menatap putrinya lama. “Kamu benci banget ya sama Ardan?”

“YA IYALAH!” Raisa spontan menjawab. “Om Ardan itu… udah tua, Ma! Lagian anaknya aja seumuran aku. Apa nggak aneh?”

Mama menghela napas. “Kenapa kamu selalu lihat dari usianya, Rai? Om Ardan itu baik. Kamu tahu sendiri dia orang seperti apa.”

“Baik? Jadi karena dia baik, aku harus nikah sama dia? Nggak, Ma!”

Mama terdiam, lalu berkata pelan. “Rai… Mama cuma mau kamu pertimbangkan. Ardan itu—”

Raisa langsung memotong, suaranya meninggi. “MA! Aku nggak mau! Sekali pun!”

 

Hening.

Mama menatap Raisa dengan sorot mata kecewa. “Kamu bahkan belum mau kenal lebih jauh. Kamu cuma menolak karena dia tua. Kamu sadar nggak? Kamu terdengar… kekanak-kanakan.”

Raisa merasa darahnya mendidih. “Jadi sekarang aku salah, Ma? Karena aku nggak mau nikah sama orang yang nggak aku suka?”

Mama memejamkan mata. “Mama nggak bilang gitu. Tapi kamu juga jangan menutup semua kemungkinan.”

Raisa mendengus, matanya panas. “Kalau Mama suka sama Om Ardan, Mama aja yang nikah sama dia!”

Mama sontak berdiri. “RAISA!”

Raisa langsung menyesal mengucapkannya, tapi egonya membuatnya tetap berdiri tegak. “Aku serius, Ma. Jangan paksa aku!”

 

Raisa berlari ke kamarnya, menutup pintu keras-keras.

Ia duduk di lantai, memeluk lutut. Dadanya naik-turun cepat. Kenapa semuanya jadi gini?

 

Malam itu, ponselnya bergetar. Nomor Ardan. Panggilan masuk.

Raisa menatap layar lama. Jarinya bergetar. Ia ingin mengangkat hanya untuk melampiaskan kemarahannya. Tapi pada akhirnya… ia membiarkannya berdering sampai mati.

Beberapa detik kemudian, pesan masuk.

> Ardan: Kalau kamu butuh bicara, Om di sini. Jangan pendam sendiri.

Raisa melempar ponselnya ke kasur. “Kenapa sih dia selalu muncul di saat yang salah?!”

 

Keesokan harinya, di kampus, gosip semakin panas. Dina bahkan bilang ada yang mengira Raisa akan segera dilamar.

Raisa mendengus, melangkah cepat ke parkiran. “Aku harus ketemu Om itu. Harus!”

 

Ia tak perlu menunggu lama. Di parkiran, SUV hitam itu sudah menunggu. Ardan berdiri di sampingnya, mengenakan kemeja abu-abu. Seakan semesta memang sengaja mengatur pertemuan itu.

“Raisa,” sapa Ardan.

Raisa melangkah cepat mendekat, wajahnya merah. “Om! Aku capek banget! Kenapa sih Om nggak pergi aja dari hidupku?!”

Ardan terdiam sebentar. “Kalau itu maumu, Om pergi. Tapi jawab dulu satu hal: kamu benar-benar benci Om? Atau kamu cuma marah karena Om terlalu sering ada di hidupmu?”

Raisa tertegun. Kata-kata itu menamparnya.

Ia membuka mulut, ingin membalas, tapi tak ada suara yang keluar.

 

Ardan mendekat perlahan. “Om nggak akan memaksa. Tapi Om nggak akan berhenti peduli. Kalau kamu mau benci Om, bencilah. Tapi Om akan tetap ada.”

Raisa memalingkan wajah, tak tahan menatapnya. “Kenapa sih Om begini? Kenapa sih… nggak bisa berhenti?”

“Karena Om benar-benar serius, Raisa.”

 

Kata-kata itu membuat dadanya semakin sesak. Ia berbalik cepat, masuk ke mobilnya, dan pergi tanpa menoleh lagi.

Tapi sepanjang perjalanan pulang, satu kalimat terus berulang di kepalanya.

Om akan tetap ada.

Dan entah kenapa… itu membuat Raisa takut.

1
Nurminah
manusia terkadang menilai sesuatu berdasarkan sudut pandang mereka tanpa tabayun dulu sehina itu menikah beda usia tapi laki-laki yg memiliki sugarbaby dianggap wajar zina dinormalisasi pernikahan dianggap aib
Aliya Awina
siapa yg gak sok baru datang langsung lamaran,,,
Julia and'Marian: 🤭🤭🤭,,
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!