NovelToon NovelToon
Bukan Lagi Istri CEO

Bukan Lagi Istri CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Janda / Kehidupan di Kantor / Slice of Life
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Yazh

Cerita yang memberikan inspirasi untuk wanita diluar sana, yang merasa dunia sedang sangat mengecewakannya.
Dia kehilangan support system,nama baik dan harapan.

Beruntungnya gadis bernama Britania Jasmine ini menjadikan kekecewaan terbesar dalam hidupnya sebagai cambukan untuk meng-upgrade dirinya menjadi wanita yang jauh lebih baik.
Meski dalam prosesnya tidak lah mudah, label janda yang melekat dalam dirinya membuatnya kesulitan untuk mendapat tempat dihati masyarakat. Banyak yang memandangnya sebelah mata, padahal prestasi yang ia raih jauh lebih banyak dan bisa di katakan dia sudah bisa menjadi gadis yang sempurna.

Label buruk itu terus saja mengacaukan mental dan hidupnya,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehilangan banyak hal

“Minum dulu.”

Biru tidak langsung menanggapi. Ia hanya menarik kursi, lalu duduk di samping Briella. Menghela napas panjangnya, menyiratkan campuran marah dan prihatin.

“Nggak ada masalah, Brii. Lo di sini, semuanya pasti bakal baik-baik aja. Sekarang gue yang nanya… Lo sendiri, beneran baik-baik aja? Gue nggak kebayang gimana rasanya. Kok bisa ya wanita itu tiba-tiba gantiin lo? Tadi pas rapat aja… ngomongnya ngang-ngeng-ngong nggak jelas. Hufhh.” Biru mendengus, jelas-jelas kesal.

Britania tersenyum hambar, berusaha terlihat tenang. “Udahlah, Ru. Ikutin aja maunya gimana. Aku baik-baik aja kok. Dulu aku juga pernah ada di posisi kayak gini, kan? Jadi kamu nggak usah khawatir.”

Matanya sempat menatap Biru sebentar, seolah ingin memberi tahu ini bukanlah masalah besar untuknya.

Tanpa banyak kata, Biru menyentuh punggung tangan Briella, jemarinya bergerak pelan, menyalurkan ketulusan yang tak bisa ia ucapkan. “Sore nanti, semua anak-anak diajakin makan sama Vania. Lo nggak usah ikut, ya?”

Bri mengembuskan napas, menahan getir. “Aku nggak diajak, Ru. Jadi ya jelas aku nggak ikut. Kalian aja yang pergi.”

“Gue nggak bakal ikut.” tegas Biru, nyaris seperti janji. “Dia udah dengan gampangnya ngambil posisi yang lo perjuangin mati-matian. Kita semua tahu apa yang udah lo lakukan buat perusahaan ini, Bri. Tapi dia… dia datang-datang langsung duduk sebagai Manajer Operasional. Seenaknya.” Biru mendecak kesal, tangannya mengepal erat di atas meja menunjukkan betapa ia menolak kenyataan itu.

“Udah, Ru. Nggak apa-apa. Aku beneran baik-baik aja. Kamu ikut aja, nanti kalau kamu nggak ikut malah dicap rekan kerja yang buruk sama Vania. Aku nggak mau kamu kena imbas.”

'Chill, Brii... Kamu udah pernah melewati banyak badai sebelumnya dan sanggup melewati itu semua dengan baik. Ini hanya gerimis, oke... Pasti bisa menghadapinya dengan mudah.'

Britania menguatkan dirinya sendiri.

Sore hari, Chacha menjemput Britania. Mobilnya dipinjam Devanda untuk belanja kebutuhan rumah singgah, jadi kali ini ia mengandalkan sahabatnya. Tapi bukan Chacha yang pertama kali muncul di lobi kantor ketika ia keluar.

“Brii…”

Briitania menoleh. Nathan sudah berdiri beberapa langkah di depannya. Tatapannya ragu tapi jelas ingin mengutarakan sesuatu. “Sorry… gara-gara Bunda, semua jadi begini.” lirihnya.

Britania menampilkan senyum, tapi hasilnya hanya guratan lelah di bibirnya. “Nggak usah minta maaf, Mas. Ini bukan salah kamu.”

“Jelas salah aku, Brii. Kalau bukan karena aku, Bunda niatnya pasti pengin jauhin kita.” Nathan bersikeras, kini ia tahu apa yang dimaksud Britania kalau hubungan mereka akan sangat bisa merusak reputasi Britania. Bukan hanya perkara berjuang saja.

Britania memberanikan diri menatap lurus ke matanya. “Kalau gitu… berarti makin jelas kan, Mas? Kita nggak mungkin bersama. Jadi sebelum aku bener-bener kehilangan pekerjaan, lebih baik kita saling menjauh. Sama seperti waktu pertama kali kita ketemu. Kamu ingat kan gimana anak-anak singgah itu bertahan? Dan itu semua bergantung sama aku.”

Nathan menegakkan tubuh, berkacak pinggang, seakan hendak membantah. Tapi suara dering ponselnya memotong momen itu.

“Halo…”

“Natthaaaannn, kamu kok belum sampai juga? Aku udah pesenin banyak makanan mahal nih buat semuaaanyaaa…” suara perempuan melengking dari seberang terdengar sampai ke telinga Britania. Nathan buru-buru menjauhkan ponsel dari telinganya, wajahnya makin jengkel. Dengan enggan, ia mengiyakan.

“Brii, ikut sama aku, ya.” ajaknya.

Britania menggeleng, tersenyum kecut. “Aku nggak diundang, Mas. Kamu aja yang pergi.”

Nathan menggerutu, “Gila tuh anak. Katanya undang semua staf kita.” Tapi Britania sudah melangkah pergi begitu melihat Chacha tiba di depan.

Di perjalanan, Britania meminta Chacha langsung ke rumah singgah setelah membeli makanan. Ia tidak ingin pulang ke apartemen dulu. Pikirannya butuh untuk dialihkan,

“Sorry ya, gue nggak ikut masuk. Ayang udah ngoceh minta dijemput. Katanya stres seharian ngurusin Nathan,” ujar Chacha sambil nyengir.

Britania terkekeh kecil. “Santai, Cha. Kamu samperin aja. Aku tahu gimana kalau dia udah kena ‘siksaan’ si Nathan… hahaha.” Meski bercanda, ada sedikit rasa iba terselip di hatinya.

Britania turun dari mobil dengan beberapa kantong besar berisi banyak makanan di tangan. Rumah Singgah terdengar sangat berisik dari luar, ini sudah lewat Magrib pasti mereka sedang bersiap untuk makan malam.

“Haiii, semuanya! Tebak aku bawa apaaaan?” seru Britania.

“Kak Briiii!” Zetta dan Cherry langsung berlari, membantu membawa dua kantong besar berisi makanan. “Belum makan kan, kalian?”

“Belum, Kak. Tadi gue sama Dev baru mau masak, soalnya pulang sore abis ekskul,” sahut Zetta.

“Ya udah, siapin dulu buat semua. Dev mana?” tanya Britania.

“Gue di sini, Kak Brii,” sahut Dev yang baru keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah.

“Kirain lagi ngelayap kamu. Sini, makan dulu.”

Britania membiarkan mereka semua duduk melingkar menikmati makanan. Membiarkan mereka makan lebih dulu sambil duduk di teras. Cahaya redup dari lampu teras dan angin yang berhembus pelan membuatnya nyaman duduk di sana berlama-lama. Dulu pun Britania sempat tinggal di sana, saat ia benar-benar baru memulai meniti karier.

Pikirannya melayang. 'Kalau aku egois mempertahankan Nathan, lalu kehilangan pekerjaan, gimana nasib mereka semua di dalam? Mereka masih tanggung jawabku. Aku nggak bisa egois demi cinta yang jelas-jelas bikin aku kehilangan banyak hal.'

Entah bagaimana hidup banyak orang begitu bahagia karena adanya cinta dalam diri mereka. Sementara aku selalu saja semesta tak merestui cinta untuk berdamai denganku.

1
Roxanne MA
ceritanya bagus
Yazh: Terima kasih kak, nanti aku mampir ceritamu juga/Smile/
total 1 replies
Roxanne MA
semangat ka
Yazh: Iyaa, semangat buat kamu jugaa😊
total 1 replies
Roxanne MA
haii kak aku mampir nih, janluo mampir juga di karya ku yg "THE ROCK GHOST"
Yazh: siap kak, terima kasihh💙
total 1 replies
Eliana_story sad
bagus tapi gue kurang ngerti ingres
Yazh: hehehe,, cuma sedikit kak kasih bahasa inggrisnya buat selingan.
total 1 replies
Eliana_story sad
hay mampir ya
Yazh: hai juga kak,, siap mampir,,
total 1 replies
KnuckleDuster
Menarik dari setiap sudut
Yazh: terimakasih kakk
total 1 replies
Yazh
ok kak,, terima kasih.. gass mampir 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!