" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pergi ke bank
...Antika pulang dengan rasa kesal, namun ia tahan dan berusaha membuang rasa kesalnya yang tak ingin dia bawa kerumah, sepanjang jalan ia memikirkan banyak hal, terutama kesembuhan suaminya....
...Saat berjalan pulang Antika bertemu dengan sepupu suaminya bernama adit dan istrinya meli , seperti biasa mereka akan menghina dan mencemooh Antika, Antika yang cuek bebek membuat Adit suami meli geram dan kesal pasalnya biasanya Antika menunduk dan takut, namun kali ini Antika malah pergi menjauh meninggalkan kedua orang yang mencemoohnya begitu saja....
..." Woii...Tika...dasar wanita miskin..." Adit berteriak geram, sebelum menghidupkan motornya kembali....
...Antika hanya diam aja tanpa membalas apapun, ia terus berjalan menjauh, pikirnya lebih baik cepat pulang dan bermain bersama anak-anak di rumah, dari pada mendengar cemoohan dan hinaan dari orang yang membencinya....
...Sesampainya di rumah Antika di sambut ke empat anak-anak dan suaminya yang berada di luar rumah, Antika tersenyum hangat di sambut mereka semua, Antika mendekat dan menerima pelukan ke empatnya....
" Hemmm, kenapa pada main di luar panas nak, " Tegur ku kepada ke empat anak-anak dengan lembut.
" Gak ada mainan." Jawab kita jujur, Antika dan Aldi reflek saling pandang, Antika menoleh ke empat anak-anak dengan senyum hangat.
" Mas... Bagaimana kalo kita belikan mereka mainan agar tidak mainan di tanah begini, apa lagi harinya panas." Ucap ku pada suamiku, dan di ngukin oleh Aldi.
" Yuk siapa yang mau ikut ibu jalan beli mainan." Celetukku menawari Anak-anak.
...Pikir Antika membelikan anak-anak mainan dari ada Mereka selalu main tanah, toh masih ada uang hasil panen tadi pagi dan insyaallah besok mereka akan panen juga dan menjualnya, uang yang di miliki lebih dari cukup untuk membahagiakan anak-anak saat ini....
" Ma...mas di rumah aja ya, mas gak mau merepotkan kamu nanti di jalan." ucap pelan mas Aldi menolak duluan.
..." Gak ada, mas harus ikut, mas kita beli ponsel ya, soalnya kata amang Ipan nanti jika ada barang panenan kita tinggal telpon beliau, biar beliau sendiri yang ambil ke rumah jadi kita gak perlu lagi ke pasar mengantarnya, ucapnya gitu tadi pagi." aku memberitahu keinginanku yang emang di sarankan oleh amang Ipan saat ingin pulang tadi pagi....
" Iya sudah sekalian kita ke bank ma, biar rekening mas bisa terpakai lagi, kita gak mungkin uang hasil panen kita simpan di rumah, mas khawatir pada nanti tak aman." Ucap usul mas Aldi aku berfikir sebentar, ada benarnya juga sih apa lagi berlian milik Adam dan panji lengkap dengan suratnya, ini yang membuat ku bingung mau ku simpan di mana harta kedua anak itu.
"' Mas...harta mereka berdua gimana?! Banyak loh? belum lagi uang hasil jual kemarin?!" kataku sedikit bingung, tak ku hiraukan teriakan heboh anak-anak yang mendengar beli mainan baru, Lita, rio dan Adam heboh, sedangkan panji yang lebih besar diam memperhatikan aku yang masih mengobrol dengan mas Aldi.
Aldi terdiam sesaat mendengar ucapan istrinya, ada benarnya juga, kedua anak itu membawa harta yang cukup banyak, dan saat ini rumah tak aman jika di tinggal tanpa pengamanan walau ada gembok, namun dari dapur pintu bisa di dobrak sedikit langsung roboh, tiang kayu itu yang sudah kropos termakan usia.
" Kita bawa bisa gak ma, sebagian kita simpan di bank kalo bisa, jujur mas juga khawatir, surat tanah rumah mu juga bawa aja, aku khawatir dengan adiknya ibu beberapa kali mas perhatikan dia sering mengintai rumah peninggalan ibu ma." Ucap mas aldi, ucapan terakhir membuatku terkejut, ya pasalnya mas Aldi gak pernah cerita.
" Om Tohir mengintai rumah ini untuk apa?" tanyaku heran.
" Mas pernah dengar, jika istri dan pak Tohir ingin membeli rumah peninggalan orang tuamu ini, dan itu mas dengar pas mas kerumah ibu dulu om meminta ibu untuk ngomong sama kamu, tapi ibu gak mau ikut campur." Mas Aldi menceritakan kannya, kali ini aku yang khawatir, pantas mas Aldi pernah memintaku menyimpan sertifikat rumah ini di tempat aman, dan benar surat tanah itu ku simpan di bawah lemari kamar Reyhan.
"Iya sudah kalo gitu, mama ambil berkas-berkasnya dulu, dan harta kedua anak itu sekalian." Ucapku, dan berdiri meninggalkan anak dan suamiku dulu di luar sebentar, tak lama aku keluar membawa tas kain punggung milik kakek panji, tak lupa berkas dan sertifikat tanah yang ku taruh di bawah dudukan mas Aldi agar lebih aman dan gak ada yang mencurigai mereka mau kemana.
Setelah selesai menggembok semua pintu, Menganti baju anak-anak dan suami yang lebih baik, Antika mendorong kursi suaminya menjauh dari rumah, di depan Antika ada rio dan Adam yang bergandengan sedangkan Lita di samping ibunya sedangkan panji di samping kanan mas Aldi.
Saat Antika dan kelurganya sudah menjauh dan tak terlihat lagi, ternyata benar om Tohir mengintai rumah itu dan mendekat, namun jarak 15 meter dia terpental, seperti ada tembok yang menghalanginya, karena kesal mengelilingi rumah itu tak bisa masuk Tohir pergi dengan kesal dan rasa heran.
Di Bank Antika masuk bersama suaminya anak-anak sudah anteng ada cemilan di tangan mereka, Antika duduk bersebelahan dengan anak-anak serta suaminya di luar, karena nomor antrian cukup panjang.
Satu jam Antika dan Aldi menunggu di luar hingga petugas bank memanggil nama Aldi dan Antika, anak-anak diam di kursi di dalam dengan Snack di tangan mereka, Antika sudah berpesan untuk menunggu hingga mereka selesai.
"Anak-anak Diam di sini ya ibu dan bapak kesana dulu ,jangan jalan -jalan mengerti." pesanku dengan lembut dan anak-anak mengeri dengan serempak menjawab ( Iya )
Buat buku baru untuk antika dan mengaktifkan kembali rekening mas aldi, Aldi juga bertanya untuk menyimpan harta dan sertifikat kemana, Aldi sudah selesai dan di arahkan ke outlet yang kusus tempat penyimpanan, Antika menyusul dan ikut pergi bersama Aldi, setelah urusan mereka selesai Antika juga sudah memasukan uang cash yang dia bawa sebagian, harta dan sertifikat pun sudah aman di tempat yang lebih aman.
" Sekarang kita ke toko mainan atau ke toko ponsel?" Tanyaku pada anak-anaknya dan suamiku.
" Toko mainan aja dulu ma, soalnya mereka sudah tidak sabar tuh lihat Rio dan Adam sepertinya tidak sabar." Ucap mas Aldi dan benar saja, saat melihat toko mainan di pasar besar itu mereka ke girangan.
Mereka semua masuk, namun pandangan tak enak terlihat jelas, meremehkan iya, namun Aldi yang menggenggam tangannya Antika membuat Antika ada kekuatan, Antika cuek pada pandangan orang-orang yang melihat mereka dengan sorot mata tak enak.
" Pilih lah kalian mau nanti mama yang bayar ok, " Ucap Antika.
" Oke gas...." jawab Lita entah dapat dari mana kata ( Gas ) yang sering ku dengar, aku hanya bengok terkejut.
" Bu,...Boleh kah panji meminta ibu belikan buku aja dan buku gambar?" Panji menari ujuk bajuku dengan pelan, dan berucap.
" Boleh, apakah panji mau mainan juga, ambil lah untukmu bermain bersama saudaramu yang lain, ibu yang akan membayarnya, oke." Jawabku, aku menawarkan juga pada panji agar sama.
" Terimakasih Bu," ucapnya tulus, setelah itu mereka berjalan mencari mainan yang mereka mau, kali ini Antika gak mikir lagi, dia ingin membahagiakan anak-anak, toh hanya sesekali jika ada rezeki lagi Antika akan utamakan lagi anak dan suaminya.
":Jangan di hambur...kalo mau yang itu aja, kalian. Belum tentu bisa membeli ini." Ucap gadis penjaga toko itu dengan nada ketus memarahi Lita dan Adam.
Antika yang mendengar keributan ia dan suaminya mencari sumber suara, takut akan anak-anak.
" Lita,Adam ada apa nak?!" tanyaku saat sudah dekat mereka.
" Lita mau mainan masak-masakan itu ma, Adam mau mainan mobil itu." adu Lita dengan wajah sedihnya menunjuk barang yang mereka mau.
" Mba, kenapa anak saya gak di ambilkan mainan itu." Tanyaku Ramah.
" Belum tentu ibu bisa bayar, itu mainan mahal, kalo lecet gimana , cari aja yang murah sebelah sana." ucapnya dengan ketus sambil menunjuk arah deretan mainan yang terbungkus plastik bukan box.
" Adam, Lita mau yang mana biar ibu yang ambilkan." Ucapku lembut pada dua anak yang sudah terlihat dengan wajah sedih mereka.
":Yang itu ma, itu Bu." Jawab berbarengan Adam dan Lita.
" Oke...ibu ambilkan." ucap ku dengan lembut, aku memanggil penjaga lain karena gadis tadi hanya diam mematung dan malah cuek bersandar di tiang.
" Ada yang bisa di bantu Bu, " Jawab ramah petugas toko lelaki muda itu, ternyata dia datang bersama panji dan Rio yang sudah memegang mainan.
" Mas tolong ambilkan itu dan itu bisa, " Ucapku menunjuk beberapa mainan yang di inginkan anak-anaknya.
" Awas Bu kalo gak bisa bayar, itu mahal." celetuk jutek gadis tadi setelah berucap dia pergi meninggalkan teman kerjanya bersama kami.
" Maaf ya Bu, atas perlakuan teman saya, Maria Bu saya bantu bawakan, apa ada yang lain?" ucap pria muda itu.
Mataku memindai semua anak-anakdengan bergantian, akhirnya ku putuskan menambahkan lagi.
" Mas tolong, mobil-mobilan Yang itu dan boneka berbi nya juga tambah tiga lagi ya yang itu ada anaknya serta rumah berbi." Ucapku menunjuk semua yang di butuhkan oleh ke empat anak itu, boros ya terlihat boros namun aku mikir untuk sesekali gak apa, apa lagi banyak anak biar gak rebutan dan anak gadisnya gak kelahi dengan anak-anak lelakinya saat main.
" Baik Bu, ini semua sudah mari saya bantu bawakan ke kasir, " ucap pria muda itu dengan ramah, terlihat ada rasa keraguan di wajah pria muda itu dan ada rasa berharap jika Antika bener borong maka Dia akan mendapat bonus yang lumayan dari penjualannya hari ini.
" Total semua dua juta enam ratus delapan ribu, Bu, mau bayar chas atau pakai kartu debit?! " Ucap kasir itu, pria muda di sampingnya setia berdiri, tak jauh dari kasir ada gadis jutek itu dengan sorot mata mencemooh.
" Debit aja mba, " Bukan Antika yang jawab melainkan Aldi, dan menyerahkan debit miliknya.
" Terima kasih atas kunjungannya, " Ucap pria muda itu dan kasir, kasir pun dapat bonus juga dari penjualan setiap konsumen berhasil melakukan transaksi, senyum keduanya mengembang sempurna dan ramah.
" Gilang,...ibu itu beneran borong?" Gadis jutek itu bertanya pada Gilang dengan penasaran , pria muda yang ramah pada keluarga Antika dan melayaninya hingga transaksi berhasil.
"'Iya...kamu tau mereka belanja lumayan hampir tiga juta, andai ibu itu mengambil dua barbi dan satu mobil lagi totalnya genap tiga juta." Jawab senang Gilang, senyumnya sampai tak luntur, gadis itu mencebik kesal karena gagal dapat bonus, pelanggan yang dia layani malah hanya lihat-lihat tidak membeli apa pun.
Antika dan keluarganya pergi ke toko ponsel, semua mainan di bawa oleh Aldi dengan kursi rodanya, setelah berhasil berdebat dengan Antika.
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰
lanjuttt