Peradaban modern dengan peradaban kuno seperti berdampingan satu sama lain. April memakai kalung berbentuk kubus yang sudah dipakainya sejak masih bayi. April sering terjebak di dalam roh lubang hitam kubus yang tak dikenal asal-usulnya. Gejolak-gejolak yang dialami April saat umurnya masih sangat muda, membuatnya kehilangan arah. Jalan apa yang akan April ambil saat dirinya diambang dilema panjang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keypi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab XI : Sebenernya, dia siapa?
Taman Agen Angkasa
30 menit berlalu...
April menghentikkan teknik pedang dan benangnya yang membuat Aoren terpukau. Begitu juga dengan A Chengyou yang melihat dari kejauhan. Matanya tidak bergerak sekalipun ke arah lain, hanya tertuju pada April.
“Gimana, Aoren?”
April tersenyum ceria. Perasaan senang yang dirasakan April begitu hangat.
“April!”
April menoleh.
“Perkenalkan saya humas dari Tim Sound, pemberi pesan keputusan langsung dari para petinggi untuk April, yang akan menempuh di akademi ini,”
“Terimalah surat keputusan ini dan mohon untuk mengikuti aturan yang sudah ditetapkan. Mulai besok, April sudah bisa masuk kelas dan informasinya sudah ada di surat keputusan itu.”
April mengambil surat keputusan dan membuka surat keputusannya. Humas itu pergi meninggalkan April. Aoren yang melihat itu penasaran dan mendekati April.
“Meoong~~~” mengelus kakinya April.
April notice dan membawa Aoren ke bangku yang ada di taman Agen Angkasa. April mulai membaca surat keputusannya.
A Chengyou yang melihat April sedang membaca, ingin menghampirinya namun dirinya baru ingat ada kelas. Akhirnya, A Chengyou memutuskan untuk ke kelas dan meninggalkan tempatnya yang melihat April dari kejauhan.
“Eh? Aku ditempatkan di kelas pedang dan benang, ternyata murid yang berada di kelas benang sedikit sekali, hanya 6 orang saja bersamaku jadi 7 orang, hmm.”
“Kalo di kelas pedang ada sekitar 20 orang, kalo sama aku jadi 21 orang. Jumlahnya sedikit juga tapi lebih sedikit kelas benang,”
“Dan aku harus mulai kelasnya itu besok jam 7 pagi sampai jam 9 pagi untuk kelas benang dan jam 6 malam sampai jam 8 malam untuk kelas pedang,”
April berpikir sejenak.
“Aku harus bisa mengatur jadwal sih ini,” ujar April.
Aoren memandang April dan berpikir keras.
‘Kelas benang cuma 6 orang sama anak perempuan itu 7 orang, wah, anak perempuan itu sepertinya memiliki bakat yang sangat luar biasa, tidak heran teknik-teknik yang dia tunjukkan sangat ahli’
“YOSS! Aoren, ayo kita kembali ke kamar, aku harus persiapkan diri dan aku juga harus ke perpustakaan untuk mempelajari sedikit, biar aku ga kosong-kosong banget lah ya,”
April menggendong Aoren dan membawanya ke kamar April dahulu. Aoren merasakan rasa tekad yang kuat pada diri April.
\*\*\*
Kamar April
April mempersiapkan diri dari mental dan fisiknya untuk kelas besok. Semangatnya sangat membara, keaktifannya membuat Aoren lelah.
“Aduhh, aku ga sabar banget, please!”
“Aoren, ayo kita ke perpustakaan! Aku ingin baca banyak buku tentang teknik-teknik lainnya di senjata pedang dan benang!”
‘Astaga anak perempuan ini, tidak bisa apa membiarkanku untuk istirahat, sangat lelah'
Aoren menguap.
April paham bahwa Aoren mengantuk dan April memutuskan untuk ke perpustakaan sendirian.
“Yaudah kalo gitu, aku ke perpustakaan ya, kamu jaga kamarku!”
April secepatnya keluar dari kamarnya dan menuju perpustakaan Agen Angkasa.
Aoren berubah menjadi manusia dan memutuskan untuk tidur di ranjang April.
“Anak perempuan itu membuat tubuh ini sakit semua, mending tidur dulu ah,”
\*\*\*
Perpustakaan Agen Angkasa
April yang melihat gedung perpustakaan sangat bagus dan terlihat elegan. April pun masuk dan melihat pintu terbuka otomatis.
“Woahh!”
April melihat sekeliling aula dasar perpustakaan Agen Angkasa, dirinya tak percaya bahwa matanya akan melihat pemandangan sebagian ini sekali lagi. April segera menuju rak-rak buku yang dirinya cari.
April melihat ada satu buku yang sesuai yang dirinya cari, April mengambilnya dan segera mencari tempat duduk.
April membuka halaman pertama dari buku itu, berusaha untuk memahaminya walaupun banyak kalimat atau kata yang masih belum April tahu.
3 jam berlalu...
April masih belum selesai membaca satu buku yang dirinya ambil. Perutnya keroncongan, tapi April acuh dan terus melanjutkan bacaan bukunya. Sampai tiba...
Bubble dengan Kika memasuki perpustakaan Agen Angkasa.
“Bub, judul bukunya apa? Aku lupa,”
“Judulnya..”
“Kita cari aja, nanti juga ketemu.”
Bubble melangkah maju dan mencari buku di rak-rak yang banyak sekali kumpulan buku-buku tersusun rapih. Kika pun mengikuti Bubble.
April yang sangat fokus sambil mempraktekkan yang dirinya baca membuat Bubble melirik kearahnya.
“Hm?”
Kika melihat ke arah Bubble dan melihat ke arah Bubble lihat.
‘Sangat jarang sekali Bubble begitu peduli dengan anak-anak random yang bertingkah'
Bubble melanjutkan langkahnya dan mencari buku yang dirinya cari. Kika pun mengejar langkah Bubble.
April benar-benar fokus sekali, sampai perutnya yang keroncongan tak diurusi. Rasa semangatnya benar-benar tak tertandingi. Bacaan yang April baca sudah di halaman terakhir. April memutuskan untuk mencari buku lain lagi yang sejenis. April ingin mengkombinasikan teknik-teknik yang sudah dipelajari dan baru dirinya baca dengan teknik lainnya.
Tak sengaja, April, Bubble dan Kika saling berpas-pasan saat April melewati lorong rak yang Bubble cari. Aura yang dipancarkan oleh April saat melewati Bubble, rasanya sangat berbeda dari aura yang sudah Bubble rasakan. Bubble terkejut saat April melewatinya.
'Dia...'
Kika peka dan paham atas reaksi dari Bubble yang tidak pernah diekspresikan oleh Bubble.
April tidak melihat ada Bubble maupun Kika, dirinya hanya fokus pada buku yang ingin dibaca dan dipraktekkan.
“Bub, kamu sepertinya pertama kali seperti ini, ya?”
“Ada yang aneh, aku belum pernah merasakan aura yang begitu rumit seperti ini,”
Bubble benar-benar kesulitan untuk merasakan aura milik April.
“Ka, kamu tahu siapa anak perempuan itu?”
“Ga, aku gatau sama sekali, baru pertama kali ini aku lihat dia,”
Bubble terdiam.
“Sebenarnya, dia siapa?”
Bubble dan Kika melihat ke arah April yang sedang mencari-cari buku di rak.
“Ketemu!”
Senyuman terpancar pada wajahnya. April pun bergegas kembali ke bangkunya dan melanjutkan untuk membaca buku pilihannya. Bubble dan Kika yang melihat April ingin menuju ke arahnya, keduanya berpura-pura untuk mencari buku.
April melewati keduanya dan lagi lagi Bubble merasakan aura aneh nan rumit. Rasa penasarannya meningkat namun dirinya harus mencari buku itu terlebih dahulu.
“Ka, fokus cari bukunya, urusan itu, jika kita berdua ditakdirkan untuk bertemu dengan anak perempuan itu, pasti akan terjadi.”
Kika terkejut dengan ucapannya Bubble. Kika pun mengangguk.
Keduanya pun melanjutkan mencari buku. April hanya fokus pada urusannya sendiri dan benar-benar sangat semangat.
April membuka halaman pertama, dirinya pahami, cermati dan untuk membayangkan dari setiap kata dan kalimat di dalam buku ini. April berlanjut membuka halaman kedua dan melihat ilustrasi.
“Oh! Aku paham.”
April melanjutkan bacaannya.
Bubble dan Kika pun menemukan buku yang dicari.
“Yuk, balik dan kita pelajari. Ada 6 bulan lagi ujian itu, kalo ga disiapin dari sekarang, mana bisa?”
“Bener, kamu bener, Bub,”
Keduanya pergi dari perpustakaan Agen Angkasa. April masih hanyut dalam bacaan dan ilustrasi di buku itu. April berencana mempraktekkan dan membuat gerakannya sendiri.
“Aku ingin tahu, apakah aku bisa membuat gerakan baru lagi?”
April berpikir dan melanjutkan bacaannya itu.
TO BE CONTINUED...