Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesona Wajahmu
Maira membuka pintu hotel, ia menemukan Sofia telah berdiri di depan pintu dengan membawa baju untuk kuliah juga buku-buku dan tasnya.
Maira masih memakai handuk hotel. Bara sudah pergi duluan berangkat ke luar negeri untuk perjalanan bisnis dengan pesawat pribadinya.
Saat terbangun, Maira tidak lagi menemukan Bara. Ia memberengut kesal. Meski semalam Bara telah mengatakan ia akan pergi ke luar negeri hari ini.
"Bibi Sofia, tidak bisakah aku pergi sendiri saja ke kampusku?" tanya Maira sambil menyisir rambut. Ia telah berpakaian rapi.
"Tidak, Nona. Saya yang akan mengantar jemput anda sekarang."
Maira menghentikan kegiatannya menyisir rambut, ia menoleh menatap Sofia yang sedang berdiri tak jauh darinya.
"Bibi Sofia, kau sama saja menyebalkannya dengan tuanmu," ujar Maira dengan raut wajah kesal.
"Mari, Nona. Anda akan terlambat karena terlalu banyak membuang waktu untuk mengumpat," sahut Sofia.
"Dan selain menyebalkan, kau juga suka mengatur, sama dengan mas Bara," kata Maira lagi sambil memakai tas dan meraih bukunya. Ia berjalan di depan Sofia dengan kesal yang masih ada.
Maira turun dari mobil lalu langsung melangkah menuju kelasnya setiba ia di kampus bernuansa putih itu. Saat melewati fakultas bisnis, ia melihat Rangga yang juga sedang melihatnya.
"Cantik banget ya dia," gumam Rangga tanpa sadar.
"Nah, ketahuan nih anak naksir sama Maira," celetuk Reno yang langsung disambut antusias oleh Mahendra.
Rangga hanya nyengir menanggapi kedua teman baiknya itu. Sekian lama menjomblo dan menolak banyak gadis yang datang padanya, Rangga kini seperti memiliki perasaan yang lain pada gadis bernama Maira itu. Ia suka pada Maira. Rasanya juga ingin mengenalnya lebih dekat lagi.
Maka pada saat Maira sudah menyelesaikan perkuliahannya, saat ia kembali melangkah riang menuju gerbang kampus, Rangga menghampirinya.
"Hai, Maira." Rangga menyapa Maira yang seketika jadi menghentikan langkahnya.
"Iya, ngapain kamu di situ?" tanya Maira sambil mengerutkan kening melihat Rangga yang tiba-tiba keluar dari balik pohon besar.
"Aku Rangga." Ia mengulurkan tangan.
"Maira." Gadis itu menjabat tangannya.
"Hmmmm, boleh minta nomor handphonenya, Mai?" tanya Rangga langsung.
"Buat apa?" Maira balik tanya.
"Yeee ni anak, pake acara di tanyain lagi buat apaan."
Sudah banyak pemuda kampus yang meminta nomor teleponnya namun tak satu pun yang mendapatkannya.
"Hmmmm buat apaan ya? Buat dongengin kamu entar kalo susah tidur." Rangga menjawab asal, Maira jadi tergelak dan tertawa. Rangga terpesona dengan wajah galak yang seketika menjadi ramah dengan tawa renyahnya itu.
"Nih ... " Maira mengeluarkan ponselnya menunjukkan nomor ponselnya di sana. Tapi di detik berikutnya, ia jadi terkenang Bara. Kalau Bara tahu, ia pasti akan sangat marah besar.
Sepertinya tidak akan masalah, dia juga tidak akan macam-macam. Pikir Maira meyakinkan diri sendiri. Maira berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Makasih ya, ntar aku telepon kamu bolehkan?" tanya Rangga sambil tersenyum senang karena telah mendapatkan nomor telepon gadis itu.
Tanpa Maira sadari, pemandangan antara ia dan Rangga saat ini sedang disaksikan oleh Sofia yang telah menunggu di dalam mobil.
Maira kembali berjalan menuju mobil dimana Sofia telah menunggu.
"Nona, lebih baik Nona menjaga jarak dari laki-laki lain," ujar Sofia dingin saat ia telah menjalankan mesin mobil.
"Kenapa, Bi? aku tidak macam-macam." Maira melengos, malas menanggapi Sofia.
"Saya harap memang begitu, Nona!" tandas Sofia singkat. Ia tidak perlu melanjutkan perkataan apapun setelah itu sebab harusnya, Maira mengerti apa yang ia maksud.
***
Di dalam kamarnya, Maira mendapatkan satu panggilan telepon dari nomor baru. Ia mengangkat telepon itu cepat.
"Mai." Suara itu menyapa riang. Maira mengerutkan kening lalu ia tersenyum setelah merasa tahu siapa peneleponnya ini.
"Rangga?"
"Iya, aku. Seneng deh kamu ingat." Rangga terkekeh.
"Hmmmm, kenapa telepon?" tanya Maira sambil berbaring tertelungkup.
"Gak papa, mau ajak ngobrol aja. Abis kalo di kampus kamu gak bisa lama sih ngobrolnya," keluh Rangga di ujung telepon.
Maira tersenyum, ia mulai terlibat obrolan panjang dengan Rangga. Ia juga terlihat seru menanggapi setiap candaan dari Rangga yang akhirnya membuatnya tertawa. Tanpa terasa satu jam berlalu.
Maira merasa sudah cukup dan ingin menyudahi perbincangan itu. Ia takut nanti Sofia mendengar ia yang sedang asyik bertelepon ria dengan Rangga.
"Udah dulu ya, Ngga, aku mesti latihan nari."
"Kamu bisa nari? Wah, pantas badan kamu bagus sekali. Ya sudah, sampai ketemu besok ya, Mai."
"Iya, Ngga." Maira mematikan sambungan telepon. Ia kemudian menuju ruangan menari. Maira rindu tiang tari diatas podium itu.
Ia mulai mencari lingerie lalu mulai bergerak menyatu pada tiang. Gerakan tubuhnya gemulai sekali. Maira menyadari, sekian sering ia dan Bara bercinta selama ini, membuat tubuhnya menjadi berbentuk sempurna. Berlekuk bak jam pasir.
Di tempat lain, tepatnya di kamar Rangga, pemuda itu sedang menatap langit-langit kamar. Ia mengingat satu wajah. Maira terbayang-bayang dalam pikirannya.
"Maira, sepertinya aku suka kamu," desis Rangga pelan. Ia terpesona pada wajah gadis itu. Senyumnya yang merekah, matanya yang membulat sempurna.
Rangga tidak tahu, dengan siapa dia akan berhadapan.
Di tempat lain, di dalam kamar hotel di Meksiko, Bara mengerang kesal. Berkali-kali ia menghubungi Maira tapi tidak ada jawaban dari gadis itu.
Ia jadi tidak sabar ingin segera menyelesaikan urusannya di Meksiko secepatnya. Bara resah setiap kali Maira luput dari pandangan.
"Sofia, dimana Maira sekarang?" tanya Bara cepat saat Sofia mengangkat teleponnya.
"Nona sedang menari, Tuan."
Bara menghembuskan nafas lega.
"Sofia, ambilkan selimut, dia pasti sudah tertidur sekarang di atas podium itu," ujar Bara dengan suara yang sudah lebih tenang.
Ia tahu kebiasaan baru gadis kesayangannya itu. Dan benar saja, saat Sofia membuka pintu, ia menemukan Maira sudah tidur meringkuk di samping tiang tari dengan lingerie merah muda di tubuhnya.
Sofia segera meletakkan bantal di bawah kepala Maira, juga menyelimutinya. Sofia menatap dalam wajah yang sedang terlelap itu.
"Kau pasti lelah sekarang, Nona. Tapi, bersabarlah. Tuan Bara juga sedang berusaha menyiapkan dirinya untuk anda," gumam Sofia pelan, lalu ia melangkah keluar membiarkan Maira tenang dalam tidurnya.
"Sofia, pastikan tidak ada satu orang lelaki pun mendekati Maira saat aku tidak ada," ujar Bara sesaat sebelum ia mematikan sambungan telepon.
"Baik, Tuan, semua akan saya pastikan aman," sahut Sofia patuh.
Sofia rasanya memang harus menemui pemuda yang siang tadi dilihatnya bersama Maira. Itu lebih baik, daripada nanti Bara sendiri yang akan menemui pemuda itu. Bara tidak akan membiarkan Maira jatuh ke pelukan lelaki lain selain dirinya. Ia akan murka bila tahu Maira ada yang mendekati.
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰