NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Tuan Mafia

Jerat Cinta Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Qwan in

Dewi, seorang pelayan klub malam, tak sengaja menyaksikan pembunuhan brutal oleh mafia paling ditakuti di kotanya. Saat mencoba melarikan diri, ia tertangkap dan diculik oleh sang pemimpin mafia. Rafael, pria dingin dengan masa lalu kelam. Bukannya dibunuh, Dewi justru dijadikan tawanan. Namun di balik dinginnya Rafael, tersimpan luka dan rahasia yang bisa mengubah segalanya. Akankah Dewi bisa melarikan diri, atau justru terperangkap dalam pesona sang Tuan Mafia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 35

Di sebuah ruangan rumah sakit yang sunyi dan diterangi cahaya lampu redup, tubuh Dewi terbaring lemah di atas ranjang dengan selang infus tertancap di tangan dan alat bantu napas yang menutupi sebagian wajahnya. Monitor detak jantung berdetak pelan dan stabil, memberikan suara monoton yang menjadi satu-satunya tanda bahwa ia masih hidup, masih berjuang di antara batas sadar dan tak sadar.

Rafael duduk di sisi tempat tidur, diam, memandangi wajah Dewi yang pucat namun tetap memancarkan ketenangan. Tangannya menggenggam erat tangan Dewi yang terasa dingin. Jari-jarinya sedikit gemetar, bukan karena takut… tetapi karena beban rasa bersalah yang menyesakkan dadanya.

Tatapan mata Rafael tak lagi seganas seperti saat di lorong bawah tanah. Sorot matanya redup, seperti api yang tinggal bara. Di hadapan wanita yang kini tengah tertidur panjang itu, ia bukan lagi sosok bengis yang tak kenal ampun. melainkan seseorang yang tersesat di antara kebencian dan cinta.

“Maafkan aku...” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar, “...aku terlalu lama membiarkanmu terluka. Terlalu lama membiarkan dunia ini menyakitimu.”

Pintu ruangan terbuka pelan. Sosok Bastian masuk dengan jas dokter yang sedikit berantakan. Di tangannya ada map berisi hasil pemeriksaan, namun ekspresinya jauh dari kaku dan profesional seperti biasanya. Ia menghampiri Rafael, lalu menepuk pundaknya dengan lembut.

“Dia akan baik-baik saja,” ujar Bastian dengan suara tenang.

“Kau tidak perlu khawatir.”

Rafael tidak menoleh, hanya memejamkan matanya sejenak. Tangannya masih menggenggam tangan Dewi, enggan melepas.

“Operasi pembersihan luka internalnya berhasil. Dia masih koma, tapi tubuhnya merespons positif terhadap pengobatan. Kau hanya perlu bersabar…”

Hening sejenak.

Bastian menarik napas panjang, lalu melanjutkan dengan nada yang lebih personal.

“Kau tahu, semenjak kau bertemu dengannya… kau berubah, Rafael.”

Kata-kata itu membuat Rafael akhirnya mengangkat kepalanya, menatap Bastian dengan mata kelam yang samar menyimpan emosi.

“Berubah?” gumamnya pelan.

Bastian mengangguk. “Ya. Sisi manusia yang dulu hilang darimu, kini mulai kembali… walau hanya sedikit. Walau mungkin belum sepenuhnya kau sadari.”

Rafael tertawa kecil. Bukan tawa bahagia, melainkan tawa getir. seolah kata-kata itu adalah ironi yang menyakitkan.

“Manusia?” ulangnya, pahit. “Apa yang manusiawi dari semua yang sudah kulakukan, Bastian?”

Ia menatap Dewi lagi, menyentuh rambut gadis itu dengan jemari yang lembut.

“Aku menyiksa orang, membiarkan harimau mencabik tubuh mereka… dan kau bilang aku mulai jadi manusia hanya karena aku duduk di sini, menggenggam tangannya?”

Bastian mendekat, kini berdiri di sisi Rafael. Ia menatap wajah sahabat lamanya itu, melihat luka yang tak tampak di kulit, tetapi jelas menganga di hati.

“Justru karena kau masih bisa merasakan itu, Raf,” jawab Bastian.

“Penyesalan… rasa bersalah… itu yang membedakanmu dengan monster sejati.”

Rafael terdiam.

Hening membungkus mereka berdua, hanya suara mesin medis dan napas lemah Dewi yang mengisi ruangan.

Bastian menghela napas, lalu memutuskan untuk memberi Rafael ruang. Ia meletakkan map di meja kecil, dan sebelum keluar ruangan, ia menoleh sekali lagi.

“Jaga dia. Karena mungkin… dia satu-satunya yang bisa menyelamatkanmu dari dirimu sendiri.”

Pintu menutup perlahan di belakangnya.

Rafael masih duduk di sana, tak bergerak. Ia menyentuh pipi Dewi perlahan, lalu mengecup punggung tangannya. Rasa sesak itu kian menjadi-jadi di dadanya.

“Aku akan membuat mereka membayar semua ini,” bisiknya.

“Satu per satu…”

Namun kali ini, bukan karena kebencian.

Tapi karena cinta.

Karena ketakutan akan kehilangan.

Dan karena satu harapan rapuh, bahwa jika Dewi bangun nanti… ia masih bisa diselamatkan.

...

Kelopak mata Dewi perlahan bergerak. Napasnya mulai berubah. lebih berat, seperti seseorang yang sedang ditarik dari dasar laut, kembali ke permukaan, terengah mencari cahaya. Tangan kirinya bergerak lemah di atas selimut putih rumah sakit, mencari pegangan, sesuatu yang nyata.

Rafael yang duduk di sampingnya sontak bangkit dari duduknya, mencondongkan tubuhnya mendekati wajah Dewi.

“Dewi…? Kau dengar aku?” bisiknya lembut, namun penuh tekanan emosi yang tak terucapkan.

Kelopak mata itu akhirnya terbuka. Perlahan. Mata yang buram dan kosong menatap ke arah langit-langit ruangan, lalu bergerak ke kanan, ke arah suara yang familiar namun masih asing baginya.

“Ra…fael…?” suara itu nyaris tak terdengar. Serak dan pecah.

“Iya, aku di sini,” ucap Rafael cepat, menggenggam tangannya erat.

“Kau aman sekarang. Tolong… tetap bersamaku.”

Namun, kesadaran yang kembali tidak serta-merta membawa ketenangan.

Karena seiring dengan cahaya yang kembali menyentuh pikirannya, datang pula bayangan gelap… yang memburu dan menyayat.

Wajah itu. wajah hancur dan penuh luka dari pria yang menyerangnya. muncul sekejap seperti kilatan petir. Suara napasnya yang berat, lenguhan kasar, dan tawa rendah yang dingin menggema di benaknya. Tangan-tangan itu… meraih tubuhnya dengan paksa.

Dewi menggigil.

“Tidak… tidak…” bisiknya, mulai tangan nya menepis-nepis udara kosong di depannya, seolah ingin menyingkirkan sesuatu yang mengerikan. “Jangan sentuh aku… jangan… kumohon…”

Rafael terkejut. “Dewi, ini aku. Lihat aku. Kau aman...”

Namun Dewi tidak mendengar. Matanya membelalak, dan seketika tubuhnya menegang. Ia mengerang pelan, lalu mulai menangis. Tangan kanannya turun perlahan ke arah perutnya. Menyentuhnya. Mencari sesuatu.

Dan saat jemarinya meraba bekas jahitan kasar di bawah perutnya, tubuhnya mulai gemetar hebat.

“A…anakku…” lirihnya, suara yang lahir dari ketakutan mendalam.

“Di mana… anakku…?”

Rafael menunduk, matanya memerah. Ia menggenggam tangan Dewi erat, seolah ingin memindahkan kekuatannya ke dalam tubuh rapuh itu.

“Dewi… dengarkan aku…”

Namun Dewi terus mengulang, kini dengan tangis yang pecah.

“Anakku… bagaimana anakku… apa… dia masih hidup…? Aku tak bisa...aku tak bisa kehilangannya… dia satu-satunya yang kupunya…”

Tubuhnya terguncang hebat, suara isak tertahan membuat wajahnya semakin pucat.

Rafael menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara pelan namun sangat jelas.

“Anak kita… dia masih hidup.”

Dewi mendongak, matanya penuh air mata dan ketakutan.

Rafael melanjutkan, “Dia ada di ruang inkubator. Tubuhnya sangat kecil… sangat lemah. Tapi dia juga berjuang. Sama seperti kau.”

“Dia bertahan… setiap detik… sama seperti ibunya. Dia juga sedang berjuang untuk hidup.”

Dewi menangis makin keras, tapi kali ini bukan hanya karena takut. melainkan karena harapan kecil itu… masih ada. Di balik segala luka dan kegelapan, sesuatu dalam dirinya masih hidup: cinta, naluri, dan kekuatan untuk bertahan.

Ia menggenggam tangan Rafael balik, walau sangat lemah. “Aku… harus melihatnya…”

Rafael mengangguk, menundukkan wajahnya di dekat kening Dewi dan berbisik,

“Kau akan melihatnya. Aku janji. Tapi untuk itu… kau harus kuat. Demi dia. Demi kita.”

Dewi menutup mata kembali, tubuhnya masih gemetar. Tapi kini, meski ketakutan belum pergi, di balik air mata dan luka, ada cahaya kecil yang mulai menyala.

Cahaya seorang ibu.

1
Myōjin Yahiko
Bikin nagih bacanya 😍
Silvia Gonzalez
Gokil abis!
HitNRUN
Bingung mau ngapain setelah baca cerita ini, bener-bener seru!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!