Sahara, si arwah penasaran yang sekarang sudah menjadi pendamping keluarga Darmawan masih harus terus berperang melawan para jin dan manusia yang masih ingin mengganggu keluarga itu.
Tapi sekarang dia tidak hanya di temani Rukmini atau Gandra saja, ada dua anaknya yang merupakan algojo yang mendampingi Dimas dan Kania yang terikat perjodohan darah. mereka adalah Argadana dan Anggadana.
Bintang dan Galuh juga masih terus membantu anak anak mereka agar bisa hidup dengan tenang dalam masa penyatuan perjodohan itu.
mampukah Sahara dan kedua anaknya melindungi keluarga Darmawan terutama Dimas dan Kania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buhul
Di pesantren
Soleh sudah mulai kembali ke pesantren dan mengajar kembali, dia sudah benar benar lupa dengan perasaannya pada Kania, bahkan dia sudah melamar teman Kania yang bernama Aqilah pada Adrian dan sudah di terima juga.
Adrian juga memastikan Soleh tidak melakukan kebohongan lagi dengan meminta Soleh terus menyibukkan dirinya dengan kegiatan pesantren dan juga mengajar para murid di sana.
"Iya kak, Kania sekarang sedang di jam istirahat, sedang di rumah nyai karena di panggil nyai tadi" jawab Kania yang sedang di telepon Dimas
"Kak Dimas juga sedang di bengkel, ini hari kedua setelah pembukaan, Alhamdulillah ada pelanggan yang ingin servis motornya di sini" ucap Dimas di seberang sana
"Apa ustadz Soleh mengganggu kamu?" tanya Dimas lagi
"Tidak kak, ustadz Soleh justru melamar Aqilah teman Kania, mereka katanya akan menikah bulan depan setelah orang tua Aqilah berkunjung ke pesantren" jawab Kania
"Alhamdulilah, kamu jaga diri di sana ya, kak Dimas rindu sekali dengan Kania" ungkap Dimas
"Kania juga sama kak"
Dimas pamit dan menutup panggilan teleponnya karena Kania harus segera masuk ke kelasnya kembali, sedangkan Dimas juga melanjutkan pekerjaannya dengan perasaan tenang setelah tahu Soleh benar benar menjauhi Kania.
"Sedang senang nih kayanya pak bos kita ini" ledek Gibran
"Kania bilang, ustadz Soleh sudah tidak menggangu dia lagi" jawab Dimas
"Ada Abah Adrian yang menjaganya di sana, kamu tenang saja" ucap Gibran
Setelah selesai dengan motor pertama, tak lama datang lagi satu motor yang di dorong seorang siswa sekolah, bannya terlihat kempes dan juga katanya tidak bisa di starter.
"Ini sepertinya sudah lama tidak di servis ya, terus olinya kapan terakhir di ganti?" tanya Dimas setelah melihat kondisi mesin motor dan juga onderdilnya yang sudah harus di ganti.
"Aku nggak tahu kak, biasanya bapak yang urus, aku nggak ngerti masalah motor" jawabnya
"Dek, kalau kamu punya barang itu, kamu harus rawat dengan baik, orang tua kamu sudah susah susah kerja cari uang untuk beli motor ini, tapi kamu tidak merawatnya dengan baik, ban nya saja sampai sudah gundul seperti itu, ini berbahaya dan banyak yang harus di ganti" ungkap Gibran
"Kira kira berapa ya kak, kalau sampai beres semuanya, catat saja yang rusak sama yang perlu di ganti, nanti aku bilang bapak" ucap anak itu membuat Dimas menghela nafasnya
Meski dia kesal dengan anak anak sekarang yang tidak bisa menghargai barang, tapi dia di sana sebagai montir, jadi harus melayani pelanggan dengan baik.
"Ini catatannya, dan total ongkos yang harus kamu bayar" ucap Dimas memberikan catatan yang lumayan panjang pada anak itu
"Satu setengah juta kak? Aduh, ini banyak sekali, bapak pasti nggak akan kasih" keluhnya
"Terus kamu bawa uang berapa?" tanya Gibran
"Saya cuma di kasih lima ratus ribu kak" jawab anak itu
"Kalau begitu, kami akan ganti yang penting dulu ya, supaya motor kamu lebih nyaman saat di pakai, ban, oli, sama perbaikan yang sesuai sama budget kamu" ucap Dimas
"Iya kak, terima kasih nanti kalau uangnya sudah ada, aku ke sini lagi" jawabnya senang
Dimas mulai memperbaiki motor itu, dia juga memberikan bonus gear baru untuk anak itu sebagai promosi hari pertama buka. Anak itu langsung berterima kasih karena memang motornya sudah tidak nyaman saat di pakai.
Tiga jam kemudian.
"Gimana?" tanya Gibran saat motor itu sudah selesai di perbaiki dan meminta anak itu untuk mengetes motornya di sekitar halaman Bintang.
"Nyaman kak, mesinnya juga sekarang tidak berisik, stang nya juga nggak berat lagi" jawab anak itu
"Alhamdulillah, di catat tanggal ganti olinya ya, supaya kamu tahu jadwal ganti olinya, dan jangan di bawa ngebut dulu" ucap Dimas
"Iya kak, terima kasih" jawabnya lalu pamit setelah memberikan ongkosnya pada Gibran
Sepuluh menit kemudian.
"Kak, ada kap motor untuk motor lama nggak kak?" tanya seorang pemuda berhenti di depan bengkel Dimas
"Merk apa?"
"Supra X kak" jawabnya
"Oh kalau itu harus pesan, tapi ada ko yang polos, kamu mau?" tanya Dimas
"Bagus nggak kak?" tanyanya
"Bisa di cek sendiri"
Orang itu turun, tapi saat dia masuk tiba tiba saja dia seperti kepanasan dan terus berkeringat. Dimas dan Gibran yang melihat itu merasa aneh, karena itu pertama kalinya ada pelanggan yang kegerahan padahal di sana sejuk karena ada kipas.
"Kamu kenapa?" tanya Dimas
"Ah.. Tidak apa apa" jawabnya tapi matanya terus melihat ke sekitar bengkel Dimas
"Jangan macam macam di sini, di sini itu tempat bermain kami" celetuk Anggadana tiba tiba saja sudah berada di belakang pemuda itu.
"Kamu anak siapa?"
"Kami anak papa Dimas, bilang pada majikan kamu, jangan ganggu keluarga kami" ucap Anggadana menggenggam pergelangan tangan pemuda itu hingga dia memekik kesakitan dengan tangan yang sudah memerah seperti terbakar.
"Aakkhhh ampuni aku!" pekiknya kesakitan
"Arga, Angga, apa yang kalian lakukan?" tanya Dimas memisahkan kedua anak angkatnya itu dari pemuda yang mereka serang.
Bruk.
"Ampun, aku tidak akan macam macam lagi di sini" ucapnya bersujud di depan kedua anak Sahara
"Bangun! Apa yang kamu lakukan! Dan apa maksudnya ini!" bentak Dimas kebingungan
"Papa, dia Itu berniat untuk berbuat jahat, dia orang suruhan Samad, dia anak buahnya, mau simpan guna guna di sini" jawab Argadana
"Apa benar?" tanya Gibran mencengkram kerah baju pemuda itu
"I.. Iya maafkan aku" jawabnya mengeluarkan lima buhul berbentuk pocong kecil
"Kenapa orang itu terus saja menggangu keluarga kita" gerutu Gibran
"Sampaikan pada majikan kamu, saya tidak takut, dan kembalikan buhul yang hendak kamu sebar di tempat ini pada Samad" ucap Dimas meremas buhul buhul itu sampai terbakar
Pemuda itu ketakutan, dia tidak tahu kalau Dimas itu bukanlah orang biasa, Dimas punya bekal ilmu yang cukup tinggi. Tapi pemuda itu tidak tahu, buhul itu terbakar bukan karena ilmu Dimas, tapi karena cincin milik Bintang yang sekarang di turunkan pada Dimas, cincin yang punya energi negatif tinggi itulah yang membakar buhul buhul itu.
"Kirim abu ini pada majikanmu, dan katakan juga, satu kali lagi dia melakukan ini, akan aku kirim hal yang lebih mengerikan dari hanya kepala kuda yang saat itu sudah kami kirimkan padanya" bisik Dimas membuat pemuda itu merinding ketakutan bahkan sampai lemas terjatuh.
"Kami tidak main main dengan ucapan kami, jangan kalian pikir kami diam karena takut, kami diam karena kami memberikan kalian kesempatan untuk berhenti" ancam Gibran