NovelToon NovelToon
Istri Bar-bar Ustad Tampan

Istri Bar-bar Ustad Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Aku ingin kebebasan.

Aku ingin hidup di atas keputusanku sendiri. Tapi semua itu lenyap, hancur… hanya karena satu malam yang tak pernah kusangka.

“Kamu akan menikah, Kia,” kata Kakek, dengan suara berat yang tak bisa dibantah. “Besok pagi. Dengan Ustadz Damar.”

Aku tertawa. Sebodoh itu kah lelucon keluarga ini? Tapi tak ada satu pun wajah yang ikut tertawa. Bahkan Mamiku, wanita modern yang biasanya jadi pembelaku, hanya menunduk pasrah.

“Dia putra Kiyai Hisyam,” lanjut Kakek.
“Lulusan Kairo. Anak muda yang bersih namanya. Cermin yang tepat untuk membasuh aib keluargamu.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 27

Pondok cabang Al Firdaus di Bandung Barat disambut gerimis dan hawa dingin khas pegunungan. Aroma tanah basah dan suara serangga sore menambah syahdu suasana.

Dari kejauhan, beberapa santri menyambut dengan sopan, menunduk penuh hormat saat Ustadz Damar dan Kia turun dari mobil hitam berpelat Jakarta.

Kia merapatkan kerudungnya. Jilbab segi empat warna krem yang baru seminggu ini ia pelajari cara pemakaiannya.

Langkahnya ragu, tapi tangan Damar yang menuntunnya pelan membuatnya sedikit tenang.

"Ustadzah Azizah sudah di ruang tamu, Ustadz," ucap salah satu santri perempuan sambil menunduk sopan.

Ustadz Damar hanya mengangguk, "Terima kasih, Dek."

Kia sontak menoleh, "Azizah siapa?" tanyanya lirih.

"Teman lama," jawab Damar singkat senyum tipis muncul, entah untuk menenangkan atau menyembunyikan.

Langkah mereka terhenti di pelataran aula. Di sana, seorang perempuan dengan gamis abu dan khimar panjang sudah duduk anggun sambil membaca mushaf.

Tatapannya terangkat perlahan saat mendengar derap kaki. Mata bulat, hidung mancung, kulit bersih, senyumannya hangat tapi ada sesuatu yang menusuk di hati Kia.

"Assalamualaikum, Akhi Damar," ujar Azizah sambil berdiri, suaranya lembut namun tegas.

"Waalaikumsalam, Ukhti Azizah," sahut Damar tenang. "Kenalkan ini istri saya, Kia Eveline Kazehaya."

Azizah menoleh sekilas seperti seorang yang mengamati. Lalu senyum muncul.

"Masya Allah, cantik sekali. Campuran Jepang?" Tanyanya ramah Azizah.

Kia mengangguk kikuk. "Iya, saya mualaf," jawabnya cepat.

"Semoga Allah selalu bimbing, ya. Dunia Islam itu luas dan indah," kata Azizah sambil meraih tangan Kia, mencium punggungnya dengan anggun. Tapi Kia tahu, sorot matanya tidak sesederhana itu.

Dalam hati Kia berkata, "Kenapa dia begitu anggun, begitu tenang, dan aku? Aku cuma mantan atlet yang baru ngerti arti wudhu seminggu lalu."

Azizah duduk lagi, lalu memandang Damar, "Alhamdulillah akhirnya antum menikah juga. Aku kira tidak jadi, seperti tahun lalu."

Kia menoleh tajam. "Tahun lalu?" ulangnya spontan.

Damar cepat menyela, "Azizah dulu pernah dijodohkan dengan saya oleh guru kami di Yaman. Tapi saya menolak dengan baik. Itu sebelum saya kenal kamu, Kia."

Azizah menimpali, "Aku tidak menyesal, hanya mungkin waktu itu belum rezekiku. Tapi sekarang, aku datang bukan untuk masa lalu. Aku ingin buka cabang usaha percetakan kitab tafsir dan ingin kerja sama dengan Al Firdaus."

Ustadz Damar mengangguk sopan. "Insya Allah, kita bantu. Nanti Kia bisa bantu juga. Dia CEO MK CORP, punya bidang distribusi."

Kia langsung merasa tidak nyaman. Ia menunduk, merasa kaku. "Saya belum paham apa-apa soal kitab. Saya cuma biasa ngurus logistik barang."

Azizah hanya tersenyum, "Tapi setidaknya kamu sudah punya Damar."

Kata-kata itu bagai luka kecil yang menganga. Kia tahu, hatinya sedang diuji. Lagi.

Di lorong menuju kamar tamu, Kia menarik tangan suaminya. Suaranya pelan, nyaris tak terdengar.

"Mas, kamu pernah suka dia?"

Damar menatap istrinya, lalu menyentuh pipinya. "Pernah. Tapi itu sebelum aku tahu arti cinta yang sebenarnya."

Kia menarik napas, mencoba menelan kalimat itu baik-baik. Tapi tetap saja, rasanya seperti tamparan pelan. Ia berjalan ke kamar, menatap bayangannya sendiri di cermin gantung di dinding. Lalu berkata lirih:

"Ya Allah... kalau memang ini jalanku, kuatkan aku untuk bersanding dengan lelaki yang dicintai banyak perempuan, tapi hanya aku yang Kau pilih jadi istrinya."

Malam itu, aula utama pondok cabang Al Firdaus di Bandung Barat penuh sesak. Para santri dan jamaah dari desa sekitar datang karena mendengar kabar ustadz Damar Faiz Alfarez akan memberikan kajian perdana bersama istrinya yang baru dinikahi, CEO muda MK CORP, Kia Eveline Kazehaya.

Namun, alih-alih disambut dengan hangat, atmosfernya sedikit berubah dingin sejak kedatangan satu sosok perempuan anggun berjilbab syar’i dengan wajah teduh dan suara lembut.

Dialah Azizah Khairunisa, 28 tahun, alumni Universitas Al-Azhar Kairo, yang dulu pernah menjadi calon istri pilihan keluarga besar ustadz Damar sebelum pria itu dijodohkan dengan Kia.

Para ibu-ibu dan jemaah perempuan pun mulai berbisik-bisik.

“Itu, Azizah. Dengar-dengar dia udah kenal Ustadz Damar sejak di Mesir. Sama-sama belajar di Kairo.”

“Cantik banget ya, lembut, pintar agama lagi...”

“Jauh beda sama istri barunya, si Kia itu, yang dulu katanya rambutnya merah terang kayak lampu rem motor balap. Masa istri ustadz begitu?”

Ucapan-ucapan lirih itu menyusup ke telinga Kia. Ia menggigit bibirnya pelan, berusaha menenangkan diri. Tangannya menggenggam erat sajadah kecil yang ia bawa.

Baru seminggu belajar memakai hijab. Bahkan surat Al-Fatihah pun masih terbata-bata dibacanya.

Di sampingnya, ustadz Damar menyadari perubahan raut wajah istrinya. Ia membisik pelan.

“Jangan hiraukan omongan mereka, Sayang. Aku memilihmu bukan karena masa lalumu, tapi karena masa depan yang kita bangun bareng.”

Kia menatap suaminya. Di matanya, ada campuran rasa kagum dan luka. Ia masih merasa kalah jauh dari Azizah. Bukan hanya dalam penampilan luar, tapi dalam ilmu, ibadah, dan juga penerimaan publik.

Sesaat kemudian, Azizah menghampiri mereka. Dengan senyum sopan, ia menyapa.

“Assalamualaikum, ustadz... mbak Kia.”

Kia membalas sedikit ragu,“Waalaikumsalam...”

Azizah menatap Kia dengan tatapan yang sulit ditebak. Hangat, tapi ada gurat getir di dalamnya.

“Alhamdulillah, senang akhirnya bisa ketemu langsung. Semoga kita bisa saling belajar ya. Dunia ini luas, dan setiap orang punya jalan hijrahnya masing-masing.”

Kia hanya tersenyum tipis. Ingin membalas dengan bijak, tapi hatinya masih digayuti perasaan rendah diri dan cemburu.

Ustadz Damar menengahi, “Azizah, terima kasih sudah datang. Semoga kehadiranmu memberi keberkahan malam ini. Aku tahu, Allah punya rencana yang lebih indah dari rencana kita.”

Azizah mengangguk pelan, meski sorot matanya sekilas tampak menyimpan luka lama yang belum sembuh sepenuhnya.

Suasana malam itu begitu syahdu.

Langit Bandung Barat mendung tipis. Suara gemericik air dari kolam kecil di samping aula pengajian berpadu dengan lantunan ayat suci yang dibacakan oleh santri putri.

Aula sudah dipenuhi ibu-ibu jemaah, santri, dan beberapa tamu undangan dari cabang Jakarta.

Kia duduk di barisan depan, di samping Ustadzah Marwah, pembimbing perempuan di cabang pesantren itu. Matanya sesekali melirik ke arah perempuan berkerudung putih bersih yang duduk anggun di seberang aula.

Azizah Khairunisa. Lulusan Al Azhar Kairo, dikenal lembut, santun, dan katanya dulu pernah hampir dilamar oleh Ustadz Damar sebelum muncul nama Kia Kazehaya.

Kia menunduk. Jilbab polos yang baru seminggu ia kenakan terasa asing di kulitnya. Bukan tak nyaman, tapi… seolah semua mata di ruangan ini terus memelototinya.

“Yang rambutnya dulu merah katanya ya itu? Kayak karakter anime,” bisik seorang ibu di belakang, pelan tapi cukup untuk Kia dengar.

“Iya, yang sempat viral adu sparing sama ustadz Damar katanya dulu preman dojo.”

“Masya Allah… sekarang duduk di pengajian. Tapi ya, masih keliatan beda sih auranya. Nggak kayak Mbak Azizah.”

Jantung Kia berdegup kencang.

Mulutnya kering. Matanya panas. Tangannya mengepal di balik kerudung panjang yang ia pakai dengan ragu-ragu sejak beberapa hari lalu.

Tiba-tiba…

“Kita minta istri dari Ustadz Damar Faiz Alfarez, Mbak Kia Kazehaya, untuk memberikan sedikit sambutan malam ini. Sekadar perkenalan sebagai keluarga baru di cabang Bandung Barat,” ujar Ustadzah Marwah dengan suara lembut, namun tajam memanggil keberanian Kia ke permukaan.

Kia menoleh cepat. “Saya?” tanyanya, nyaris tak percaya.

“Iya, Mbak. Sebentar saja. Silakan berdiri di depan, bicara santai saja,” sambung Ustadzah Marwah.

Semua mata langsung tertuju padanya. Termasuk mata dingin beberapa jemaah yang tadi membicarakannya. Dan mata… Azizah, yang tetap tenang dan tersenyum kecil senyum yang entah tulus atau penuh penilaian.

Kia berdiri, langkahnya gemetar. Namun dalam hatinya, terdengar suara lain. Suara masa lalu. Suara dirinya yang dulu tak pernah gentar berdiri di ruang rapat besar, menghadapi direksi asing, mengatur perusahaan besar.

Tapi sekarang? Dia hanya seorang perempuan yang baru belajar wudhu dengan benar, yang bahkan tak hapal surat Al-Fatihah secara sempurna. Namun dia tahu satu hal niatnya tulus.

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…”

Suaranya terdengar lembut tapi tegas. Beberapa orang di aula spontan berhenti bisik-bisik.

“Saya tahu mungkin bukan sosok ideal yang kalian harapkan mendampingi seorang ustadz. Saya bukan lulusan Kairo. Saya bahkan baru belajar baca Qur’an dari awal lagi.”

“Tapi saya di sini bukan karena saya sempurna. Saya di sini karena saya ingin berubah. Saya ingin mengenal Allah lebih dekat. Saya ingin belajar menjadi perempuan yang layak untuk suami saya dan untuk agama ini.”

Ia menarik napas. “Kalau ada masa lalu saya yang belum pantas maka biarlah itu menjadi jalan Allah menunjukkan kuasanya. Karena bahkan saya sendiri tidak menyangka bahwa seseorang seperti saya, bisa diberi kesempatan seperti ini.”

Matanya menatap sekeliling.

“Saya memang bukan siapa-siapa. Tapi saya juga bukan pencitraan. Saya hanya Kia, seorang mualaf, CEO yang sedang belajar jadi hamba. Dan saya harap malam ini kita bisa saling mendoakan, bukan saling menilai.”

Terjadi keheningan, aula yang tadi dipenuhi bisik-bisik kini sunyi. Bahkan suara jangkrik terdengar lebih nyaring daripada detak jantung beberapa jemaah yang mulai tertunduk malu.

Ustadz Damar, yang duduk agak jauh di belakang, tersenyum kecil. Ia tahu, inilah alasannya mengiyakan perjodohan itu. Bukan karena masa lalu Kia tapi karena keberaniannya hari ini.

1
Purnama Pasedu
ustadz bisa ae
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pintar gombal yah 🤭🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
iya kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
tapi kadang tempat kerja ngelarang pakai hijab ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: iya kakak tergantung dari peraturan perusahaan
total 1 replies
Purnama Pasedu
bisa ae pak ustadz
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pak ustadz gaul 😂
total 1 replies
Purnama Pasedu
masih galau ya kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
aamiin
Purnama Pasedu
pasangan yg kocak
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak masih setia baca 🙏🏻🥰
total 1 replies
Purnama Pasedu
kia terlalu keras ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ujian sang ustadz tapi nanti dapat hidayah kok 🤣🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
si kakek
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ulah kakeknya akhirnya gol 🤭🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
kia jadi diri sendiri aj,perlahan aj
Eva Karmita
semangat otor 🔥💪🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak
total 1 replies
Eva Karmita
semangat ustadz... yakinlah Allah selalu ada untuk umatnya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: betul kak
total 1 replies
Purnama Pasedu
nyimak
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: semoga suka
total 1 replies
Purnama Pasedu
koq sedih ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: jangan sedih kak 🤭🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
Thor bisa ngk bahasa kia kalau ngomong sama yg lebih tua sopan sedikit jgn pakai bahasa Lo gue , maaf sebelumnya bukan mengkritik otor cuma gak ngk enak aja di baca bahasanya bisa diganti aku atau apalah ... sebelum mohon maaf ya ,, ceritanya bagus tetapi semangat Otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: belum saatnya kak kan gadis bar-bar tomboy liar dan pembangkang 🤭🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
keren pak ustadz 😍😍😍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ustadz idaman yah kakak 🤭
total 1 replies
Eva Karmita
langsung kena mental si Kia 😩👻🙈
kia ni ustadz bukan kaleng" kia jdi ngk udah banyak drama 🤣🤣🤣🤣
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
Eva Karmita
❤️
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak... karena aku di tetangga juga nulis di sana ☺️🥰
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!