Menjadi Istri kedua atau menjadi madu dari Istri pertama sudah pasti bukan sebuah mimpi dan harapan, bahkan mungkin semua wanita menghindari pernikahan semacam itu.
Sama halnya dengan Claire yang sudah menyusun mimpi indah untuk sepanjang hidupnya, menikah dengan suami idaman dan menjadi satu-satunya Istri yang paling cintai.
Namun mimpi indah itu harus kandas karena hutang Papanya, uang miliaran yang harus didapatkan dalam dua bulan telah menjadi kan Claire korban.
Claire akhirnya menikah dengan pengusaha yang berhasil menjamin kebangkitan perusahaan papanya, Claire dinikahi hanya untuk diminta melahirkan keturunan pengusaha itu.
Segala pertentangan terus terjadi di dalam pernikahan mereka, Claire yang keras menolak hamil sedangkan jelas tujuan pernikahan mereka untuk keturunan.
Kisah yang sedikit rumit antara satu suami dan dua istri ini dialami Claire, Brian, dan Tania. Akan seperti apa akhirnya pernikahan itu, jika keturunan tak kunjung hadir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah
"Lepas!" Titah Claire seraya membanting tangan Brian.
"Kau fikir aku suka melakukan ini?"
"Munafik!"
Brian menoleh, seketika itu rahangnya mengeras setelah mendengar ucapan Claire. Tapi lihatlah respon Claire juga tidak sesuai dengan tebakan Brian, wanita itu justru menatapnya dengan penuh keberanian.
"Kau-"
"Mas Brian."
Suara Tania berhasil mengurungkan niat Brian untuk menyentuh Claire, begitu pun dengan Claire yang seketika berpaling.
"Mba, aku lupa kalau aku ada urusan sekarang. Jadi aku pamit dulu."
"Tunggulah beberapa saat lagi, biarkan Mas Brian istirahat sebentar ya biar nanti dia antar kamu."
"Tidak, itu tidak perlu!" Tolak Claire masih dengan sehalus mungkin.
Tania melirik Brian, tentu saja Brian paham dengan tatapan Istrinya itu yang selalu membuat Brian takluk. Sosok Tania bagaikan sihir yang selalu mampu membuat Brian tak berkutik, bahkan untuk hal yang tidak diinginkannya sekali pun.
"Diamlah, dan jadi wanita penurut mulai sekarang!" Tegas Brian yang menatap Claire.
Claire hanya menoleh sesaat saja tanpa berniat untuk menjawab, begitulah memang seharusnya. Tania merasa jika Claire dan Brian sama kerasnya, akan seperti apa mereka jika mereka menikah nanti.
"Baiklah, lebih baik sekarang kita makan dulu ya atau ngobrol santai dulu sambil menikmati teh." Ajak Tania seraya menarik keduanya bersamaan.
Tania membawa mereka ke meja makan, ada beberapa hidangan kecil di sana yang bisa mereka nikmati bersama. Tania membuatkan teh manis hangat untuk Brian, mulutnya sambil terus berbicara menjelaskan jika Brian sangat suka teh dari pada kopi.
Claire melihat kegiatan Tania itu tanpa berniat untuk berpaling, Tania melayani Brian memang selayaknya seorang istri. Hal itu membuat Claire semakin terjebak, bagaimana bisa Claire menjadi tersangka rusaknya kebahagiaan Tania bersama Brian.
"Claire, kamu memang masih muda tapi bukan berarti kamu tidak bisa menjadi seorang Istri yang baik."
"Mba sudah yang terbaik."
"Tidak, kamu bisa lebih baik dari ku."
Claire hanya tersenyum tipis tanpa berniat mendebat lagi, sudahlah terserah wanita itu saja mau bicara seperti apa. Tania menyuguhkan teh manis hangatnya dan disambut oleh Brian, Claire mendelik melihat sikap manis Brian pada Tania saat ini.
Niat Tania adalah mendekatkan mereka berdua saat ini, bukankah sebaiknya Tania membiarkan mereka berdua. Brian meraih tangan Tania dan memintanya untuk duduk juga, tapi Tania menolak dan memilih pergi dengan alasan ingin ke kamar mandi.
"Kalian ngobrol saja dulu ya, nanti aku kembali setelah perut ku enakan."
"Mba."
"Gak apa-apa Claire, Mas kamu jangan galak-galak ya."
Tania berlalu setelah sempat mengusap pundak Brian, lelaki itu tak merespon apa pun juga dan memilih menikmati teh manis hangatnya saja. Tak mau berbicara apa pun Claire memilih membuka ponselnya, jelas saja ia masih menunggu balasan pesannya dari Raja.
Sekian hari lelaki itu menghilang, ada apa dengannya kenapa tidak ada kabar sama sekali. Claire menggeleng tipis, lebih kenapa lagi Claire yang begitu gelisah ketika tidak mendapatkan kabar Raja, apa benar alasan Claire selalu memikirkan Raja selama ini karena memang di hatinya menyimpan rasa untuk lelaki itu.
"Gak mungkin." Gumam Claire seraya menunduk.
"Kau begitu kehilangan dia?"
Claire mendongak dan menatap Brian, bukankah Brian memang sudah tahu Raja. Brian pernah marah karena tahu Claire bersama Raja, seketika itu Claire memicing karena tiba-tiba pikirannya menerka jika Brian sudah melakukan suatu hal pada Raja.
"Tidak perlu menatap ku seperti itu, apa pun yang kamu pikirkan sekarang itu adalah kebenarannya."
"Dimana Raja, apa yang kamu lakukan padanya?"
Brian tersenyum penuh arti namun tidak mengatakan apa pun, respon Brian membuat pemikiran Claire semakin kabur saja. Claire merebut gelas tehnya dan juga menjauhkan semua cemilan yang sedang dinikmati Brian, Claire tidak butuh senyuman karena Claire hanya butuh jawaban.
"Kau-"
"Diam!" Tegas Brian dengan nada rendah.
Brian juga menahan sebelah tangan Claire yang masih di depan matanya, Brian kembali menunjukan tatapan tajamnya kali ini. Memang menjengkelkan sekali lelaki dihadapan Claire saat ini, perangainya sangatlah buruk bagi Claire.
"Setelah dia tidak ada pun, kau masih saja mencarinya seperti ini. Aku sudah katakan jangan bermain-main dengan ku, aku bisa melakukan apa saja yang bahkan tidak pernah kamu bayangkan."
Claire menarik paksa tangannya hingga menyenggol gelas dan membuat isinya tumpah membasahi meja, Claire tak perduli meski mungkin Tania akan marah nantinya. Claire bangkit dan melawan tatapan tajam Brian dengan tatapan beraninya, kini sepertinya jelas jika menghilangnya Raja adalah ulah Brian.
"Mana Raja, apa yang kamu lakukan sama dia?"
"Aku hanya menyadarkan dia bahwa mengganggu dirimu adalah kesalahan besar."
"Katakan dengan jelas!"
"Dia cukup pintar untuk mengerti ucapan ku, tidak seperti dirimu yang terus saja bertanya bahkan setelah aku jelaskan!"
Brak....
Claire dengan kasar menggebrak meja hingga beberapa isinya terkoyak, Claire tidak bisa menyukai Brian. Semua yang ada pada Brian hanya membuat Claire muak, sebaiknya Claire pergi saja dan mencari Raja dengan kakinya sendiri.
"Diam di tempat mu!" Titah Brian ketika Claire hendak beranjak.
Claire hanya tersenyum acuh dan melanjutkan niatnya menginggalkan Brian, masa bodoh dengan Tania sekarang. Wanita itu tidak tahu apa-apa soal hidup Claire, sedikit pun Tania tidak boleh menyetir Claire hanya untuk kemaunnya yang aneh itu.
"Mas, kemana Claire?"
"Dia buru-buru pulang, Mamanya telepon katanya ada hal penting di rumahnya."
"Aku sudah bilang kalau kamu harus mengantarnya."
"Dia tidak mau, biarkan saja jangan terlalu memaksanya nanti dia malah kabur."
Tania merengut kesal, kenapa Brian tidak memperlakukannya dengan baik selama Tania tidak ada. Tania sejak tadi memang memperhatikan keduanya dari jauh, Brian terlalu dingin untuk bisa menarik perhatian Claire.
*
Sesuai niatnya Claire memilih mendatangi kediaman Raja, seharusnya Raja ada di rumah karena langit sudah gelap. Claire menekan belnya hingga pintu di hadapannya terbuka, beruntung yang membukanya adalah Raja sendiri.
"Claire."
"Apa yang dilakukan lelaki itu sama kamu?"
"Siapa?"
Claire menunduk, begitu saja bayangan masa kecilnya mencuat dimana Raja dipukuli oleh preman cilik itu. Apa Raja kembali lemah dan Brian yang pertama membuat Raja terluka, apa Claire yang jadi penyebabnya sekarang.
"Hei, kamu kenapa?" Tanya Raja seraya meremat kedua pundak Claire.
"Dia menyakiti mu?"
"Siapa?"
"Jangan pura-pura, kamu sengaja menghindari aku kan. Brian sudah melakukan apa sama kamu, dia membuatmu terluka?"
Sesaat Raja terdiam hingga akhirnya ia tersenyum dan merengkuh tubuh Claire, jujur saja Raja sangat merindukan Claire meski ia sendiri yang memutuskan menjauh. Tanpa disangka Claire justru terisak seraya membalas pelukan Raja, kenapa hatinya mendadak takut jika saja Claire jadi penyebab masalah untuk Raja.
"Aku gak apa-apa, kamu berpikir terlalu berlebihan Claire. Tidak ada yang berani menyakitiku lagi sekarang, kamu sudah lihat sendiri perubahan aku."
"Tapi dia menemui mu, bukan?"
"Tidak sengaja, bukan menemui."
Claire mengurai pelukannya, jadi benar Brian sudah bertemu dengan Raja. Tidak akan salah lagi pasti lelaki itu juga yang membuat Raja menjauhinya, jadi sebenarnya Raja belum seberani itu untuk melawan orang yang berniat tidak baik padanya.
Raja kembali tersenyum dan mengusap air mata Claire, ini sedikit membingungkan karena tiba-tiba Claire datang dan menangis. Tapi yang terpenting Raja senang karena bisa melihat Claire lagi, semoga saja kedatangannya saat ini tidak jadi bumerang untuk Claire sendiri.
"Ayo masuk, ini sudah malam seharusnya kamu istirahat di rumah."
"Kamu menghilang, apa kamu pikir aku tidak khawatir?"
"Jadi kamu sangat mengkhawatirkan aku?"
Claire mendengus kesal dengan lontaran kalimat Raja, memang lelaki bodoh dia itu. Raja membawa Claire agar duduk dan memberinya minum yang ada di meja, Raja baru saja mengambil air tersebut dan tiba-tiba bel rumahnya berbunyi jadi air itu belum sempat diminumnya.
"Apa yang dia lakukan sama kamu?"
"Gak ada."
"Lalu apa yang kalian bicarakan sampai kamu menghindar seperti ini?"
Raja diam seraya menyimpan gelasnya kembali, rasanya terlalu sulit untuk menyimpan rahasia dari Claire sekarang. Raja sempat menghela nafasnya dan membenarkan posisi duduknya, Raja ingin kenyamanannya tersendiri sekarang.
"Kamu akan diam saja?"
Raja menoleh lantas menggeleng, perlahan Raja menceritakan semuanya tentang pertemuan tidak sengajanya itu. Raja juga menceritakan pertemuan dengan orang tua Claire, sebelum akhirnya ia bertemu Brian juga.
Claire mengangkat kedua alisnya, berarti kalau bukan Brian yang membuat Raja berubah sudah pasti orang tua Claire sendiri. Tapi kenapa orang tua Claire tidak mengatakan apa pun, seharusnya mereka cerita sesuatu jika sudah bertemu dengan Raja.
"Ternyata aku tidak bisa Claire, mereka terlalu kompak untuk pernikahan kamu dan Brian."
"Orang tua aku melukaimu?"
"Tidak, tidak ada yang melukai aku. Kamu lihat sendiri kalau aku baik-baik saja, tidak ada apa pun kan?"
"Lalu kenapa kamu menghindari aku, pesan aku kemana, panggilan aku?"
Raja kembali diam untuk sesaat, hingga Raja menjelaskan alasannya menghindari Claire. Raja khawatir dengan kebaikan Claire, Raja mengaku jika ia yakin Brian bisa melakukan apa saja untuk apa yang diinginkannya.
Claire tak berniat mencela kalimat Raja karena itu juga yang dipikirkan Claire selama ini, Claire hanya fokus mendengarkan Raja saja. Lelaki itu mengaku memilih menghindar demi kebaikan Claire, sosok Raja yang terlalu asing sudah pasti hanya akan menyusahkan Claire saja nantinya.
"Tapi kamu bilang kalau kamu menginginkan aku."
"Itu benar, tapi keadaannya tidak memungkinkan Claire. Kamu yang cerita sendiri alasan pernikahan kamu harus dilakukan, kalau aku mengacaukan semuanya berarti bukan hanya kamu yang akan terluka, tapi keluarga kamu juga."
"Kamu akan biarkan aku menikah dengan orang lain?"
Raja diam, sebenarnya itu bukan keinginannya, Raja masih ingin berjuang untuk perasaannya sendiri hanya saja pemikirannya terlalu buntu untuk melakukan itu semua. Claire mengangguk melihat diamnya Raja, baiklah mungkin memang Claire yang terlalu berharap jika akan ada orang yang bisa membantunya bebas dari perjodohan bodoh itu.
"Claire, aku akan-"
"Diamlah, kamu jalani hidup kamu dengan tenang. Karir kamu belum sepenuhnya besar kan, jadi fokuslah pada masa depan mu sendiri, aku bisa mengurus diriku sendiri jadi maaf kalau aku sempat berniat merepotkan mu."