"Pergi dari Kediaman ini. Kau sudah bukan lagi bagian dari Keluarga Viscount Avena!"
"Tuan Viscount, Hubungan Ayah dan Anak di antara Kita benar-benar sudah terputus seperti rambut ini." —Celestia
"Aku membantumu untuk menghilangkan hubungan yang ingin Kau putuskan itu. Sama seperti rambutmu yang sudah terbakar habis, menjadi abu dan diterbangkan oleh angin, begitulah hubungan kita. Benar-benar menghilang." —Viscount Avena
"...Selamat tinggal. Di masa depan, berhati-hatilah dengan bencana yang datang dari dendam yang kau tanam dan Kau pupuk subur di dalam diriku ini, Tuan Viscount." —Celestia
Apa yang terjadi sehingga menciptakan sosok yang menjalani kehidupan dengan kaki yang berpijak pada dendam ? Apakah balas dendam wanita itu berjalan lancar ? Atau terkendala dengan kekuatan yang ada pada dirinya? Saksikan selengkapnya, hanya di Noveltoon dengan judul "Balas Dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
Mengesampingkan Enzo maupun Ricard, ekspresi Charles saat ini sungguh datar. Padahal hatinya kembali berbunga-bunga saat bertemu kembali dengan wanita semalam.
“Dia tengah tersenyum di dalam hati nya!” Pekik Enzo dan Ricard di dalam Batin.
“Jadi Kau pemilik kekuatan suci yang menyelamatkan rombongan dalam keadaan sulit ? Siapa nama Mu ?”
“Benar Yang Mulia Putra Mahkota. Saya yang menyelamatkan para rombongan, nama saya Tia.” Jawab Celestia dengan penuh kejujuran. Tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan sistem kasta.
“Umm, tapi ada beberapa hal yang perlu Kau katakan dengan jujur. Apa Kau sungguh pemilik kekuatan suci level dua ?”
“...” Hening sesaat. Celestia memejamkan mata perlahan, dan menoleh sedetik ke arah Ricard. “Ya, benar Yang Mulia.”
“Aku tidak tahu apa yang Kau pikirkan, tetapi Tia. Jalur yang Kalian lewati masih terselimuti dengan kekuatan suci. Kau pasti tidak tahu bahwa ini bukan ciri-ciri dari ledakan kekuatan suci level dua kan ?”
“Y.. Ya.. Saya tidak tahu Yang Mulia.” "Apa ? Tapi Aku tidak merasakan perubahan apapun saat menyucikan hutan Jelyar juga setelah menghancurkan monster aneh di hutan.” Lanjut Celestia di dalam batin.
“Kau pasti kekurangan pengetahuan tentang kekuatan suci, tetapi Aku membutuhkan kekuatan suci besar di saat seperti ini, Tia. Kau berada di level berapa ?”
Suasana tiba-tiba menegang. Enzo dan Ricard cukup terpukau karena Charles tidak goyah di hadapan wanita yang membuat nya jatuh cinta.
“Le... Level lima Yang Mulia.” Jawab Celestia ragu, namun tidak ada niatan untuk berterus terang. Lagi pula level lima berkemampuan untuk terjun dalam pembasmian Monster.
“...” Charles terdiam dengan alis mata yang menukik tajam dengan perlahan. “...Sungguh?”
Sringg...
Dalam sedetik Charles langsung mengeluarkan pedang dan memotong pergelangan tangan kiri sampai putus.
“HAH ?!” Ketiga orang yang ada di ruangan itu memberikan reaksi yang sama.
“Bedebah!” Umpat Celestia yang langsung memotong jarak di antara kedua nya dan mengeluarkan cahaya dari tangan.
Dalam hitungan 10 detik, tangan kiri yang terpotong sudah tumbuh kembali dengan kondisi yang sama. Sekali jentikan jari, Enzo mengeluarkan api dan membakar hangus tangan Charles yang tergeletak di lantai.
“Dasar Sinting!” Umpat Enzo dan Ricard di dalam batin yang berusaha tidak mengeluarkan umpatan seperti Celestia barusan.
“...Kau gila ? Langsung memotong tangan Mu begitu saja ? Bagaimana Kau akan memimpin pasukan kalau saja—”
“Aku sangat yakin Kau menyembunyikan sesuatu. Walau banyak hal yang di pertaruhkan, Aku puas melihat hasil yang sepadan.” Potong Charles sambil mendekatkan wajah dan menyisakan jarak satu jengkal di antara wajah mereka berdua.
“Dia memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan!” Lagi, Enzo dan Ricard berteriak di dalam batin.
“Sebagai Putra Mahkota, Aku memerintah Mu untuk bergabung dengan unit pasukan Ku!” Lagi, Charles bersuara. Menyaksikan dengan jelas netra Celestia yang menyipit menahan amarah dan umpatan.
“Baik, Yang Mulia.” Jawab Celestia berusaha tidak membuat masalah dengan Putra Mahkota Kerajaan Eames. “...Aku selalu berandai-andai saat memikirkan strategi balas dendam. Tapi tidak sekali pun memasukan Putra Mahkota di dalamnya!”
“Berkemaslah. Kita akan berangkat beberapa jam lagi.”
“Baik, Yang Mulia. Saya pamit untuk membereskan barang bawaan.” Tutur Celestia dan melangkah keluar dari ruangan. Tak lupa, Dia memberi hormat pada Enzo selaku Putra Grand Duke dan lanjut memberikan tatapan tajam pada Ricard.
“Kau sungguh sinting!” Ucap Enzo yang tertahan sejak tadi. Dia tidak mungkin memberikan umpatan saat ada orang lain. Harga diri Putra Mahkota tidak bisa Dia hancurkan seperti itu. Tetapi beda cerita jika sudah tidak ada orang asing lagi.
“Aku tahu. Aku sering mendengar perkataan itu.” Jawab Charles sambil memasukkan kembali pedang ke tempat nya.
“Yang Mulia, jantung Saya hampir melompat keluar.” Sambung Ricard.
“Aku tidak ingin kehilangan pemilik Kekuatan Suci itu. Hubungan Diplomasi yang coba Ku bangun dengan Kerajaan Fern tidak kunjung menemui titik terang, lantaran sebagian Bangsawan yang Memihak Raja saat ini membuat situasi menjadi rumit. Jika ada hal yang bisa membantu meringankan beban para rakyat, Aku akan melakukannya. Tak masalah jika menciptakan kebencian dari Tia.”
“Hahh... Aku mengerti bagaimana posisi Mu saat ini, Charles. Tapi pikirkan badan Mu sedikit. Ayolah, hanya sedikit saja.”
“Akan Aku lakukan saat kedamaian muncul di Kerajaan Eames ini.”
“Hahh, lagi-lagi jawaban yang sama.”
“Ayo, Kita harus bersiap untuk berangkat.”
...***...
Disisi lain, Celestia tengah mengikuti langkah kaki Rupert yang mengarah ke ruang kerja Tuan Marquis Bloom. Dia sudah menunggu Celestia keluar dari ruangan yang ditempati oleh Putra Mahkota tadi.
Tok tok tok
“Tuan, Saya sudah membawa Nona Tia.”
“Masuk.”
Klek
“Tia, Kita bertemu lagi.”
“Saya memberi salam pada—”
“Mari singkirkan salam nya. Silahkan duduk.” Potong Marquis Bloom yang sudah berpindah dari kursi kerja nya ke sofa panjang yang ada di hadapan meja kerja. Celestia pun duduk berhadapan dengan marquis Blomm.
“Saya akan ambilkan teh,” pamit Rupert yang peka pada situasi.
“Maaf karena tidak langsung berbicara saat Kalian sampai kemarin. Ada beberapa hal yang harus di selesaikan.”
“Tidak masalah Tuan Marquis, tetapi apa yang ingin di bicarakan ?”
“Apa yang Kau inginkan ?” Pungkas Marquis Bloom langsung pada intinya.
“Apa Saya boleh meminta hal yang berlebihan ?” Tanpa berputar-putar, Celestia juga mengungkapkan apa yang ada di benak nya.
“Tentu. Selagi itu masih bisa Ku lakukan dengan kekuasaan Ku di situasi saat ini.”
“Apa Saya bisa mempercayai perkataan Anda, Tuan Marquis ?”
“Aku sudah membahas hal ini dengan Istri Ku. Kau tidak perlu ragu.”
“Sekalipun harus terlibat dalam aksi balas dendam Saya ?”
“Umm... Sekalipun seperti itu. Aku akan tetap melakukan apapun yang Kau pinta. Nyawa Putra Ku benar-benar selamat berkat Mu. Setelah menerima laporan dari Ricard, Aku sungguh berterimakasih karena Kau telah memusnahkan monster-monster aneh dengan wujud lain yang baru muncul.”
“Terimakasih. Saya akan memegang perkataan Anda, Tuan Marquis. Di masa depan, Saya akan kembali pada Anda saat Saya membutuhkan bantuan.”
“Jadi Aku seperti kartu berguna yang akan Kau gunakan di masa depan ?”
“Seharusnya Saya pakai saat ini, namun kehadiran Putra Mahkota membuat Saya harus menunda rencana Saya sementara.”
“Pasti permasalahan kekuatan suci kan ?”
“Benar Tuan Marquis. Saya tidak mungkin menolak perintah Putra Mahkota.”
“Tolong jangan membenci anak itu. Dia pasti membuat Mu kesal. Maklumi saja, Dia tidak pernah hidup untuk diri nya sendiri. Beban satu kekaisaran ada di pundak Nya.”
“Saya tahu hal itu, Tuan Marquis. Saya tahu... sehingga sekalipun kesal, Saya tidak bisa menolak Nya. Siapa yang tidak akan memihak pada Nya di tengah kekacauan ini ? Harapan semua orang lemah ada pada Nya.”
Marquis tersenyum dan berucap, “Tia, Kau tahu ? Sekalipun di masa depan Kau akan menjerumuskan keluarga Ku pada aksi balas dendam, Aku tidak akan keberatan.”
“Keyakinan dari mana itu, Tuan Marquis ?”
“Kau tidak mungkin menjadi bencana bagi keluarga Kami, Tia. Orang yang memikirkan nasib para rakyat lemah di luar sana, tidak mungkin memiliki niat jahat yang mengancam keluarga Ku.”
Celestia menarik garis senyum dengan halus, cukup merasa senang dengan kepercayaan yang Marquis Bloom berikan pada Nya.
“Terimakasih atas percakapan ini, Tuan Marquis. Saya pamit undur diri untuk berkemas—”
“Tidak minum teh dulu ?” Sela Marchioness yang baru masuk.
“Terimakasih atas tawarannya, Nyonya Marchioness. Tapi Saya harus berkemas. Saya akan mengikuti rombongan Putra Mahkota.”
“Baiklah. Akan Ku dengarkan penjelasan dari Elton tentang keputusan apa yang sudah Kalian buat.”
Celestia pun memberi hormat dan beranjak pergi dari ruang kerja Marquis Bloom. Barang-barang yang tidak banyak membuat waktu Celestia masih tersisa banyak. Dia pun memilih untuk menengok keadaan Rara, Kuda putih nya.
“Kau akan berangkat hari ini, Tia ?”
“Nona Esmeralda ? Dari mana Anda tahu ?”
“Tentu saja dari Enzo, si Tunangan brengs*k Ku itu.” Jawab Esmeralda yang langsung memeluk Celestia.
“Astaga... Jika hal ini diketahui Isidore, Aku tidak bisa pergi dengan normal—”
“Kak Tia~” Teriak Isidore menghentikan perkataannya.
“Astaga,” monolog Celestia yang sudah bisa menebak akan seperti apa percakapan yang akan terjadi.
...***...
...Tolong banget atuh ninggalin jejak 👣 kalian di kolom komentar 🫵😩 Neo juga butuh tenaga after up tauu😵💫 Jangan hening aja, Nanti Neo ngambek ini😩Jangan lupa nulis apa aja di kolom komentar, baru boleh lanjut ke Chapter selanjutnya....