NovelToon NovelToon
The End: Urban Legend Jepang

The End: Urban Legend Jepang

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Horror Thriller-Horror / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:80
Nilai: 5
Nama Author: SkyMoon

Urban legend bukan sekadar dongeng tidur atau kisah iseng untuk menakuti. Bagi Klub Voli SMA Higashizaka, urban legend adalah tantangan ritual yang harus dicoba, misteri yang harus dibuktikan.

Kazoi Hikori, pemuda kelahiran Jepang yang besar di Jerman. masuk SMA keluarganya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, namun tak pernah menyangka bergabung dengan klub voli berarti memasuki dunia gelap tentang legenda-legenda Jepang. Mulai dari puisi terkutuk Tomino no jigoku, pemainan Hitori Kakurenbo, menanyakan masa depan di Tsuji ura, bertemu roh Gozu yang mengancam nyawa, hingga Elevator game, satu per satu ritual mereka jalani. Hingga batas nalar mulai tergerus oleh kenyataan yang mengerikan.

Namun, ketika batas antara dunia nyata dan dunia roh mulai kabur, pertanyaannya berubah:
Apakah semua ini hanya permainan? Atau memang ada harga yang harus dibayar?

maka lihat, lakukan dan tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkyMoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

teke-teke

"Senpai bagaimana dengan nasib ku kedepannya?" Hikori menatap Yasuhiro menuntut jawaban.

Minggu pagi Hikori pergi ke rumah Yasuhiro dengan sepedanya. Tapi sepertinya sang tuan rumah tidak memedulikan keberadaannya. Yasuhiro fokus pada game yang dia mainkan sesekali tangannya mengambil kripik kentang didepannya.

"Senpai!"

"Diam lah Hikori kau sangat berisik aku tak bisa fokus pada game ku," Sudah Hikori bilang Yasuhiro itu menyebalkan. Dia yang menyuruh Hikori untuk membaca legenda tentang Teke-teke dia sendiri juga yang mengabaikan Hikori saat butuh bantuan.

Sudahlah Hikori malas dengan sifat Yasuhiro berbicara dengannya sama saja seperti mencari jarum ditumpukan jerami, sia-sia.

Hikori memutuskan untuk pergi dari rumah Yasuhiro lebih baik dia tanyakan masalah ini pada Ichi. Sahabatnya itu memang selalu bisa diandalkan.

Yasuhiro yang ditinggalkan Hikori mendelik tak suka, "cih merajuk," Hanya sebentar sebelum dia kembali fokus kepada gamenya.

Ting tong

Tak lama setelah Hikori menekan bel rumah Ichi dia segera keluar mempersiapkan Hikori masuk. Dari arah dapur Mikan datang dengan mapan yang berisi jus dan beberapa cemilan menghampiri Hikori yang duduk di kasur miliknya.

"Hikori tumben sekali kau kesini," Ichi meletakan minuman dan cemilan di atas meja belajarnya.

"Kau tahu tentang Teke-teke?" Ucap Hikori to the point.

"Tidak semua aku hanya tahu legendanya saja."

"Kau ingat buku yang diberikan Yasuhiro senpai kemarin?" Ichi mengangguk menjawab pertanyaan Hikori.

"Dia mengerjai ku," ucap Hikori santai.

"Maksudmu?"

"Ya kau tahu di sampul belakang terdapat larangan di sana tertulis jika kita mendengar kisah naas dari Kashima Reiko maka kita akan didatangi oleh wujud dirinya yang telah menjadi Teke-teke," bukannya menghibur Hikori, Ichi malah tertawa terbahak-bahak.

"Oh ya ampun apa kau percaya hal itu?" Ichi mengusap air mata disudut matanya dia benar-benar tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa.

"Apa ada hal lucu? Aku serius! Dan sekarang aku sedang ketakutan," Hikori masih mencoba bersikap tenang. Tidak Yasuhiro tidak Ichi dua-duanya sama saja.

"Maafkan aku, apa kau membawa bukunya?" Itulah sialnya Hikori tidak membawa bukunya dia menggeleng pelan.

"Baiklah tidak apa-apa kau bisa menceritakan apa yang ada di buku itu, seperti penangkal mungkin," Ichi mengangkat bahunya merasa sedikit canggung.

"Katanya Teke-teke akan mendatangi ku pada hari ke tiga puluh setelah aku mendengar kisahnya, jika kita bertemu dengan tidak sengaja Teke-teke akan mengajukan beberapa pertanyaan pada kita. Di sana juga tertulis kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang Teke-teke berikan misalnya, dia bertanya 'dimana kedua kakiku?' maka aku harus menjawab 'jalur kereta api Meishin' lalu jika Teke-teke bertanya 'siapa yang memberitahu mu?' aku harus menjawab 'Kashima Reiko yang memberitahu ku' namun terkadang Teke-teke menanyakan hal yang rumit seperti 'apa kau tahu namaku?' aku jangan menjawab 'Kashima' karena katanya Teke-teke akan membunuhku aku harus menjawab 'Kamen shinin ma' itu yang aku baca dari buku."

Kamen shinin ma dalam bahasa Inggris berarti mask death demon.

Ichi mengangguk-angguk memasang telinga menatap serius Hikori. "Lalu?"

"Lalu apanya?" Hikori memiringkan wajahnya memperhatikan Ichi.

"Lalu aku harus bagaimana?" Jika harus berkata jujur Ichi benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tahu legenda Teke-teke karena menonton film sungguh dia tidak tahu jika Teke-teke akan mendatangi siapapun yang mendengar kisahnya.

Hikori menghela nafas lelah. "Aku kesini berharap kau bisa membantuku, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan."

"Baiklah Hikori apa dibuku itu tertulis dimana tempat yang Teke-teke datangi? Didalam lemari contohnya."

"Kemungkinan terbesar sih didalam toilet."

Ichi membulatkan mulutnya lalu tersenyum karena otaknya berhasil menciptakan ide yang cemerlang. "Kau bilang Teke-teke akan mendatangi mu dihari ke tiga puluh? Begini saja dihari ke dua puluh sembilan kau puas-puaskan dirimu gunakan kamar mandi sesuka mu jadi dihari ke tiga puluh kau tidak perlu masuk kedalam toilet."

"Benar juga," Hikori tersenyum mendengar usulan Ichi. Sahabatnya memang selalu bisa diandalkan.

"Eh apa kau tau ciri-ciri Teke-teke seperti apa?"

"Ya, sosoknya wanita muda tanpa badan yakni bagian bawahnya yang tidak ada, disikutnya terdapat sabit atau apalah aku tidak tau, jika berjalan dia akan menimbulkan bunyi 'teketeketeketeketeketeke…' hanya itu yang aku tahu."

"baguslah kalau kau tahu ciri-cirinya ayo kita lupakan sejenak tentang legenda bodoh itu bagaimana kalau kita bermain game?" Ichi memamerkan stik PS pada Hikori.

Namanya juga laki-laki Hikori tersenyum remeh menerima ajakan dari temannya. "Bersiaplah untuk kalah Ichi."

"Kau terlalu banyak bermimpi."

Jari tangan mereka bergerak lincah menekan tombol yang ada di stik PS seperti anak-anak yang lainnya mereka bermain sampai lupa waktu. Hikori tak melihat jika hari sudah mulai menggelap. Hikori pamit pulang pada Ichi dia tahu jika saat ini ibunya pasti sedang khawatir Hikori sudah mempersiapkan diri dengan kemarahan sang ibunda.

***

Hari demi hari berhasil Hikori lewati dengan tenang bahkan Hikori sudah mulai lupa tentang Teke-teke. Hari ini adalah hari ke dua puluh sembilan tapi sepertinya Hikori tidak mengingat hal itu.

Tapi tenang saja Hikori mempunyai kakak kelas yang baik hati yang akan mengingatkan hal penting itu pada Hikori.

"Hiko-kun!" Yasuhiro berteriak melambaikan tangannya supaya Hikori menghampiri dirinya yang berada disisi lapangan.

"Iya senpai ada apa?" Hikori menghampiri Yasuhiro dengan keringat memenuhi tubuhnya.

"Sekarang hari apa?"

"Sabtu."

"Kau benar, besok hari ke tiga puluh kan?" Hari ke tiga puluh tiba-tiba otak Hikori dipaksa untuk mengingat tentang legenda Teke-teke. Hikori tidak bisa mengatakan apa-apa, apa dia harus mengatakan berterimakasih atau malah mengumpat?

Senpai sialan.

Hikori pergi ketempat semula, dia terduduk lesu di samping Ichi.

"Ada apa?"

"Yasuhiro senpai mengingatkanku tentang Teke-teke ah bahkan aku lupa untuk mengucapkan terimakasih padanya," Hikori menundukkan kepalanya tidak bisa dipungkiri jika ada kegelisahan di matanya.

"Aku tahu kau kuat Hikori percayalah kau bisa melewati semua ini."

"Kau berbicara seolah aku sedang sakit keras," Ichi tersenyum menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia hanya ingin menyemangati temannya sungguh.

Setelah percakapan singkat keduanya pulang ke rumah masing-masing. Malam ini Hikori masih bisa bernafas lega entah jika malam esok kita lihat saja.

***

Ichi menatap cemas kursi dihadapannya pasalnya Hikori selalu datang pagi-pagi tadi didalam bus pun Ichi tak melihat Hikori. Dia semakin cemas pada temannya kemarin adalah hari ke tiga puluh. Mikan berharap Hikori baik-baik saja.

Suara pintu digeser mengalihkan perhatian Ichi dari kursi Hikori.

"Hikori!" Hikori tersenyum mendudukkan dirinya di kursi.

"Kau baik-baik saja?" Ichi menatap cemas Hikori.

"Seperti yang kau lihat,"

"Yokatta aku senang melihat kau baik-baik saja tapi, bagiamana bisa?" Hikori tersenyum karena merasa konyol pada dirinya.

"Setelah aku makan malam aku langsung pergi tidur saat bangun hari sudah pagi."

"Jadi karena itu Teke-teke tidak mendatangi mu?"

"Sepertinya bukan," Hikori mengeluarkan buku dari tasnya dia menaruhnya di atas meja Mikan. Ya! Itu buku yang Yasuhiro berikan pada Hikori.

"Lihatlah," Hikori membalikan buku itu memperlihatkan sampul belakangnya.

Ichi membaca peringatan di sampul buku menatap heran Hikori karena tidak ada yang aneh menurutnya.

Hikori tersenyum.

"Kita salah paham lihat di sini jelas tertulis orang yang mendengarkan kisah Kashima Reiko akan didatangi Teke-teke sedangkan aku hanya membaca kisah Kashima Reiko."

"Jadi karena itu kau tidak didatangi?"

"Iya," Hikori tersenyum senang.

"Lah? Tapi aku kan mendengar legenda Kashima Reiko darimu waktu itu!"

To be continued

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!