"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas" seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar Wanitanya.
Devan menoleh pada Sang Istri yang sedang hamil
"Dia pacarku kinara, dialah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kau mengerti. Aku harus mengejar cintaku, ak tidak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."
"Mas kamu ga boleh kejar dia, aku ini istri mu, aku mengandung anakmu. Apakah kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" tanya Ibu hamil itu tersendat
"Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun."
"Tapi mas..."
Devan segera melepas paksa tangan Kinara, tak sengaja sang istri yang sedang hamil pun terjatuh.
"Ahhh perutku sakit..." Ringis Kinara kesakitan
"Maaf kinara, aku tak mau kehilangan Nesa" Ucap devan kemudian pergi
Kinara menatap kepergian suaminya, dan lama kelamaan gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendayu Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma
Hari telah berganti, kali ini mentari masih malu-malu menyapa tiap orang yang akan memulai aktivitasnya. Tampak awan mendung, menyembunyikan indahnya sinar mentari yang senantiasa di nanti.
"Kringggg Kringgggg"
"Hemm berisik sekali"
Gumam Briyan pelan di sela tidurnya yang terusik.
Perlahan, tangan yang tadinya senantiasa berdiam nyaman di balik selimut, kini perlahan keluar mencari tombol yang dapat mematikan jam bising yang mengganggu tersebut.
"Klik"
Ruang berukuran lima kali enam meter itu pun hening kembali, tak ada suara berisik yang mengganggu telinga Briyan lagi.
Untuk sementara, tetap suasana di ruang itu terasa begitu hening. Namun tak lama, mata Hazel yang tadinya setia terpejam, kini menyala terang seketika.
"Ya Tuhan, aku lupa. Hari ini aku harus bangun pagi dan menemui wanita itu"
Batin Briyan spontan bersamaan dengan terbuka matanya.
Seketika tubuh tegap itu bangun, berupaya melakukan aktivitas yang hendak otaknya lakukan dengan begitu sigap.
"Semoga kali ini Tuhan berpihak pada ku"
Cicit Briyan pelan di antara gerak cepat nya kini yang begitu tergopoh-gopoh.
......................../////////////////////.........................
Dimas menatap bayangan di hadapannya dengan begitu dalam, memandangi tiap inci muka tampannya yang saat ini terpantul di cermin.
Ucapan Rio satu pekan lalu terngiang-ngiang di pikiran Dimas.
" Dim, jangan bilang kamu juga sudah mulai jatuh hati "
Ucap Rio pada saat itu
Seketika, Dimas mendengus kesal. Sambil berdecak kuat.
"Bagaimana kata itu bisa terucap oleh Rio? Padahal dia tau betul bagaimana aku"
Gerutu Dimas tak suka. Tangannya kini setia bertumpu pada meja dihadapannya.
"Padahal dia tau pengalaman buruk ku dengan wanita. Dan karna itu, aku memang tak mudah tertarik dengan wanita"
Tambah Dimas lagi di tengah protes nya pagi ini.
Sejujurnya, Dimas memang mengakui bahwa Kinara adalah wanita dengan kecantikan yang sempurna. Jelas akan membuat tiap Pemuda memuja nya, Dimas tak memungkiri itu.
Namun, sayangnya perasaan suka, belum sama sekali Dimas rasakan pada wanita itu. Jika tiap Pemuda jatuh cinta dengan Kinara pada pandangan pertama seperti yang sering Dimas dengar dari teman-temannya, maka berbeda dengan Dimas.
Bahkan, pertemuan pertama mereka tak berkesan sedikit pun. Malah menjadi saat yang menyebalkan untuk Dimas.
Semua itu bukan tanpa alasan, Dimas punya cerita tak enak dari masa lalu nya.
Flashback On
" Dimas Dimas... !! Kamu di Panggil Pak Mahdi ke ruag BK ( Bimbingan Konseling )"
Pekik Rio dengan gugupnya.
"Ha! Kenapa aku di panggil ?"
Tanya Dimas dengan ekspresi yang begitu kaget.
" Aku juga ndak tau Dim "
Jawab Rio cepat
"Dalam minggu ini kita belum tauran loh, bahkan aku belum berkelahi sedikitpun"
Papar Dimas pada teman-temannya
Dimas benar-benar merasa heran dan terkejut bukan main saat nama nya di minta untuk ke ruang BK, ia merasa tidak melakukan pelanggaran apapun dalam satu minggu ini.
Selama ia bersekolah di SMA Swasta tersebut, ia memang sudah beberapa kali keluar masuk ruang BK karena terlibat tauran antar sekolah ataupun karena ia berkelahi dengan murid satu sekolah.
Akan tetapi, kali ini ia benar-benar bingung. Kenapa bisa ia di panggil padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun, SEINGATNYA.
" Ya udah Dim, coba kamu temuin dulu gih Pak Mahdi "
Ucap salah seorang teman satu Geng nya.
Dimas menghela nafas panjang, guna menetralisir kegugupannya saat ini.
Perlahan ia berdiri, dan melangkahkan kaki menuju ruang yang beberapa kali sering ia kunjungi di sekolah tersebut apabila ia sedang terlibat dalam suatu masalah.
Tok tok tok .....
"Ya masuk.."
Sahut laki-laki paruh baya yang ada di dalam ruangan yang bertukiskan "BK" tersebut
Perlahan, pintu terbuka. Menampilkan sosok Dimas pada saat itu yang terlihat kebingungan dan sedikit gugup.
"Silahkan duduk"
Pinta laki-laki tadi
Dimas pun duduk di kursi kayu di hadapannya kini dengan sejuta tanya yang berputar di kepala nya.
Perlahan tapi pasti, ia memberanikan diri untuk bertanya pada pria paruh baya di hadapannya ini yang bernama Pak Mahdi.
"Maaf Pak, kalau boleh saya tau apa kesalahan saya sampai di panggil menemui bapak di ruang BK?"
Tanya Dimas dengan suara yang sedikit gemetar.
" Padahal kan aku belum tauran lagi, berantem pun belum" Batin Dimas bingung.
"Kamu kenal dua wanita ini?"
Tanya Pak Mahdi sembari menunjuk ke arah kanan sudut ruangan tersebut.
Perlahan arah pandangan Dimas, menelusuri arah tunjuk jari Pak Mahdi.
Nampak dua wanita dengan seragam sekolah lengkap, tak ada yang aneh dari seragam meraka. Hanya saja, Dimas melihat muka kedua wanita tersebut di penuhi dengan luka akibat cakaran kuku. Dan juga, rambut yang begitu berantakan.
Dimas benar-benar bingung ada dalam keadaan seperti ini, semua ini masih menjadi tanda tanya untuknya.
Secepat mungkin Dimas menggelengkan kepala guna menjawab pertanyaan Pak Mahdi barusan
"Benar kamu tidak mengenal mereka?"
Tanya Pak Mahdi lagi guna meyakinkan
"Benar Pak, saya benar-benar tidak mengenal mereka"
Ucap Dimas lagi dengan penuh keyakinan.
" Tapi kenapa mereka berdua mengaku sebagai pacar mu?"
Kembali, Pak Mahdi melontarkan pertanyaan yang membuat Dimas bingung sekaligus kaget.
"Ha?! Saya bahkan belum pernah memiliki pacar sebelumnya Pak!"
Kali ini Dimas berucap dengan nada yang cukup tinggi guna menegaskan statement nya.
"Sungguh?"
Tanya Pak Mahdi lagi menyelidik
"Ya Tuhan, sungguh Pak"
Jawab Dimas Cepat
Kini, arah pandang mata Pak Mahdi yang sedari tadi menatap dimas, berpindah arah menatap kedua wanita yang berdiri di sudut ruangan dengan kepala yang menunduk.
"Hei kalian, apakah benar Dimas ini pacar kalian seperti yang kalian ucapkan tadi ke Bapak?"
Kali ini Pak Mahdi bertanya pada dua wanita yang senantiasa menundukkan kepalanya.
"Ayo jawab.!"
Kini nada Pak Mahdi sedikit membentak.
"Ti .. ti .. dak Pak, sebenarnya Dimas bukan pacar saya"
Jawab wanita belia yang berkuncir satu
"Dimas juga bukan pacar saya Pak"
Diikuti dengan pengakuan wanita satunya lagi.
Pak Mahdi sedikit terkejut dengan pengakuan yang barusan ia dengar.
Karena sebelumnya, kedua wanita belia dihadapnnya itu mengaku bahwa mereka berdua adalah pacar Dimas. Dan mereka berkelahi gara-gara memperebutkan Dimas
Pak Mahdi menarik Nafas kasar, sembari mendengus kesal. Sejenak, terlihat ia memejamkan mata.
" Dimas, silahkan kembali ke kelas mu"
Perintah Pak Mahdi pada Dimas
Dengan segera Dimas meninggalkan ruangan itu, tanpa ingin menoleh sedikitpun ke arah dua wanita tadi. Ia melangkah cepat dan langsung menutup pintu setelah tubuhnya sukses keluar.
Di luar ruangan, Rio dan kelima teman Dimas yang lain sudah menanti kehadiran Dimas.
Rio bertanya apa yang sebenarnya terjadi, Dimas pun tak sungkan menjelaskan semua kesalah pahaman itu dengan panjang lebar.
"Hahahah, Benarkah itu? Mereka berkelahi memperebutkan mu? Lalu mengaku-ngaku sebagai Pacar mu?"
Tanya Rio lagi guna memastikan kalimat yang ia dengar dari Dimas barusan tidaklah salah.
Dimas merespon hanya dengan mengangguk pelan.
Seketika, semua teman Dimas tertawa pecah. Mentertawakan apa yang barusan terjadi pada Dimas.
Sejak kejadian itu, berita berkelahinya dua siswi karena memperebutkan siswa idaman menjadi gosip hangat di sekolah tersebut.
Semua murid yang ada di sekolah, sudah mendengar tentang hal itu.
Mengetahui itu, Dimas begitu kesal. Citra nya sebagai siswa bandel, cool dan pemberani hilang seketika karena berita yang ternyata hanya kesalah pahaman itu.
Karena isu tersebut, yang tadinya Dimas di takuti dan di cap sebagai cowok cool di sekolah. Malah kini berbalik, ia di Cap sebagai Playboy oleh teman-teman satu sekolahnya, terutama oleh kaum Hawa.
Sejak saat itu, Dimas betul-betul menjaga jarak antara ia dengan wanita. Dan juga membatasi perasaanya.
Dimas benar-benar tak ingin hal serupa terulang lagi, hingga benteng yang ia bangun tersebut seiring bertambahnya waktu, semakin tinggi. Sehingga secara tak sadar membatasi perasaanya pada setiap wanita yang ia temui sampai detik ini.
Flashback Off
Kembali, Dimas berdecak kuat.
"Secantik apapun dia, tapi tetap saja aku tidak menyukainya. Bahkan tak berniat menyukainya" Gumam Dimas kesal
" Sampai kapan pun, aku tak akan memiliki perasaan terhadap gadis bernama Kinara itu, Dan aku bisa menjamin diriku sendiri "
Ucap Dimas yakin pada dirinya.
.
.
.
.
BERSAMBUNG***