"Ku pikir dengan menikah dengan mu hidup Ku akan bahagia, nyatanya Kau hanya memberikan Ku luka yang sedalam ini." Alisa
Alisa menikah dengan Fahmi putra pemilik pesantren tempat ia mengenyam pendidikan. Pada awalnya rumah tangga mereka begitu bahagia dan harmonis apalagi kini sudah hadir buah cinta mereka berdua, seorang anak yang masih bayi berusia dua bulan.
Namun ternyata kebahagiaan pernikahan itu tak bertahan lama. Fahmi tergoda akan tahta dan wanita, ia berselingkuh dengan saudari kembar Alisa sendiri. Hingga pada akhirnya mereka kehilangan buah cinta mereka.
Alisa merasa putus asa karena mendapatkan ujian yang bertubi-tubi. Ia merasa lelah dengan hidupnya, dan terus menginginkan Tuhan agar membawanya pergi ke sisi-Nya.
Simak ceritanya dalam judul "Tuhan Bawa Aku Pulang." Karya DEWI KD. Jangan lupa untuk mendukung Author dalam bentuk Like dan Komentar kalian ♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
"Assalamualaikum Ummi."
"Walaikumsalam, maaf ini siapa ya ?"
"Ini Alisa, Ummi !"
"Oh Alisa, Masyaallah, Alisa apa Kabar ?"
"Baik, Ummi !"
"Ummi bingung harus menghubungi Kamu bagaimana, soalnya Ummi tidak punya kontak Kamu. Kontak Ayah Kamu juga tidak bisa di hubungi lagi." kata Najwa apa adanya.
"Iya, maaf ya Ummi. Alisa baru bisa kasih kabar sekarang, soalnya Alisa baru punya handphone !" jawab Alisa apa adanya.
“Masyaallah, Ibu Alisa bagaimana ? Apa kabar kedua orang tua mu ?” tanya Najwa
“Ibu saat ini tengah dalam masa pengobatan Ummi ! Ibu Ku kena stroke.” Lirih Alisa
“Ya Allah, Ummi turut prihatin ya, Lisa ! Ayah Kamu bagaimana dan juga saudari kembar Kamu, Annisa ?” tanya Najwa lagi, ia menjadi prihatin dengan kondisi Zulaikha yang tengah dalam keadaan sakit saat ini.
“Ayah dan Annisa baik-baik saja, Ummi !”
Alisa tidak mungkin menceritakan prihal Ayahnya yang telah masuk penjara, dan Anisa yang hidupnya di luar sana telah menjadi simpanan pria beristri.
“Ummi dan Abah mau berkunjung ke rumah Alisa minggu depan, boleh kan ?”
“Tentu saja Ummi ! Pintu rumah Kami selalu terbuka untuk Abah dan Ummi !”
“Masyaallah, ya sudah nanti kalau tidak ada halangan Kami akan datang, dan juga bersama Gus Fahmi !”
Mendengar nama Fahmi di sebutkan membuat Alisa langsung tersipu malu. Benarkah mereka datang karena ada maksud baik, yaitu melamarnya menjadi istri Fahmi.
“I..iya Ummi !”
Jantung Alisa berdegup kencang tak karuan, ia jadi gugup ketika membayangkan hari itu tiba.
Tak berselang lama, panggilan itu selesai. Alisa meletakkan ponselnya di atas nakas dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur dengan terus mengembangkan senyuman di bibirnya.
Kemudian ia teringat akan Fahmi yang memberikan nomor ponselnya sebelum Fahmi pergi meninggalkan pesantren. Jika Alisa harus memberinya kabar kalau ia sudah lulus dari pesantren.
Alisa mengambil lagi ponselnya, dan mengambil buku kecil yang terdapat secarik kertas di dalamnya yang berisi nomor ponsel Fahmi.
Alisa kemudian mengirimkan Fahmi sebuah pesan yang langsung di baca oleh Fahmi.
“Assalamualaikum, Mas Fahmi, ini Alisa !”
Fahmi yang mendapatkan pesan tersebut tentu saja langsung senang bukan main. Ia rela menunda pekerjaannya malam ini yang seharusnya ia selesaikan karena mendapatkan pesan dari wanita pujaan hatinya, yang sudah berbulan-bulan tidak ia ketahui kabarnya.
“Walaikumsalam, Alisa apa kabarmu ?”
“Alhamdulillah, baik, Mas ! Alisa sudah keluar dari pondok pesantren !”
“Alhamdulillah. Semoga ilmu yang di dapatkan di pesantren berguna untuk Alisa.”
“Aamiin.”
Obrolan chat via whatsapp tersebut berlangsung begitu panjang tanpa ada rasa ragu dan malu. Pasalnya keduanya memang dua insan yang tengah jatuh cinta satu sama lain. Hingga pada akhirnya salah satu diantara keduanya harus mengakhiri percakapan mereka. Alisa tidur dengan pulasnya setelah menghubungi Fahmi. Sedangkan Fahmi semakin bersemangat mengerjakan pekerjaannya karena mendapatkan mood booster dari wanita yang ia cintai.
Keesokan harinya,
Fahmi pergi ke sebuah toko perhiasan, ia hendak memberikan Alisa sebuah mahar pernikahan nanti sebuah perhiasan emas yang tulus ingin ia berikan pada Alisa saat ia dan Alisa tiba saatnya menikah.
Saat Fahmi hendak memilih perhiasan emas tersebut. Mata Fahmi menyipit ketika melihat wanita berpakaian terbuka yang sangat mirip dengan Alisa.
“Astaghfirullah ! Itu tidak mungkin Alisa !” gumam Fahmi
Fahmi sesekali melirik wanita tersebut, yang sangat mesra sekali dengan seorang pria dewasa. Dia adalah Anisa, saudari kembar Alisa.
“Aku mau yang ini, Sayang !”
“Pilih lah sesuka mu.”
Pria yang menemani Anisa tiba-tiba mendapatkan telepon dan menghindar dari Anisa sebentar. Anisa kemudian menoleh pada Fahmi dan berjalan mendekati Fahmi duduk di dekat Fahmi dengan maksud memilih cincin yang ada di etalase tersebut.
“Silahkan, Nona ! Ini cincin edisi terbaru toko ini.” Sapa pelayan toko tersebut dengan ramah.
“Aku mau coba yang ini !” tunjuk Anisa pada sebuah cincin yang ia sukai modelnya.
Anisa kemudian mencobanya.
Fahmi sendiri yang sejak tadi kebingungan memilih cincin dengan ukuran yang pas untuk Alisa nanti, pasalnya Fahmi tidak tahu ukuran jari tangan Alisa.
“Jadi mau yang mana, Tuan ?” tanya pelayan toko tersebut pada Fahmi.
“Sayangnya Saya tidak bertanya dulu pada calon istri Ku, ukuran jari tangannya, Mbak !” kata Fahmi apa adanya.
Anisa yang mendengar itu seketika langsung menoleh.
“Boleh Ku bantu ?” Anisa menawarkan diri pada Fahmi.
Fahmi yang sebetulnya merasa tak enak hati. Namun mungkin ia perlu bantuan dari Anisa.
“Calon istrinya gemuk gak ?” tanya Anisa
“Tidak ! Tubuhnya proposional !” balas Fahmi apa adanya.
“Oh begitu, berarti ukuran jari tangan calon istrinya mesti sama dengan Ku !” kata Anisa, Anisa kemudian mengambil cincin yang Fahmi pilih yang ada di atas etalase kemudian mencobanya, dan jelas saja cincin tersebut cocok di jari tangannya.
“Aku yakin cincin ini juga cocok di jari tangan istrimu.” Kata Anisa kemudian menaruh lagi cincin tersebut di tempatnya.
“Oh begitu ya, terimakasih banyak atas bantuannya !”
“Oke !” jawab Anisa dengan santainya.
“Saya mau yang ini, Mbak !” ucap Fahmi pada pelayan toko tersebut. Pelayan tersebut mempersiapkan perhiasan yang Fahmi pilihkan, lalu Fahmi membayarnya dengan kartu debitnya.
“Kita belum berkenalan, nama mu siapa ?” tanya Anisa menatap Fahmi sejak tadi ia melihat pria itu duduk sendirian.
“Fahmi !” Fahmi tak membalas uluran tangan Anisa, ia malah mengatupkan kedua tangannya.
“Anisa !”
Anisa kemudian menarik tangannya kembali dan menjadi berdecak kesal melihat tingkah Fahmi yang seolah enggan bersentuhan dengan wanita.
“Sok-sok’an gak mau pegang tangan Aku ! Kalau di ngeliat cewek ngangkang juga pasti dia gak bakalan nolak !” ucap Anisa dalam hati.
“Terimakasih atas bantuannya, Saya permisi !” kata Fahmi kemudian meninggalkan Anisa yang tentu saja menjadi kesal dengan Fahmi. Tak lama Fahmi pergi, pria yang bersama Anisa kembali masuk ke dalam toko dan mendekati Anisa, menemani Anisa membeli perhiasan yang ia sukai.
...****************...
geram lah tengok org 2 ne...
mudah2an nnti author up lagi y 🫣😄
cerita nya seru dan menarik