Jaka Keling murid padepokan Adisekar dari golongan rakyat biasa, tidak sengaja berkonflik dengan murid dari golongan darah biru, Untuk bertahan di dunia persilatan dan melindungi keluarga dia harus menjadi kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kang Mus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Kerajaan Maespati
Suasana padepokan Adisekar sedikit mencekam, para murid dilarang meninggalkan padepokan, selain untuk keamanan ini dilakukan agar kasus yang sedang terjadi tidak menyebar keluar dan menyebabkan kegemparan.
"aku tidak percaya Jaka Keling melakukan cara tercela untuk membunuh dan melukai Rama Sanjaya" Sumantri bergumam, dia sedang berkumpul dengan kelompoknya.
Walau jarang berinteraksi, dia tahu Jaka Keling bukan orang yang licik, sebagai murid yang cukup berbakat, Jaka Keling cukup terkenal walau hanya murid dari rakyat biasa.
Isu Jaka Keling yang menyergap rombongan Rama Sanjaya yang akan pergi berburu menjadi pembicaraan hangat para murid, kematian lima murid dan Rama Sanjaya yang terluka parah menjadi pokok masalah.
Lagipula isu yang berkembang datang dari salah satu pihak, yaitu anak buah Rama Sanjaya, Jaka Keling yang masih menghilang membuat semua orang penasaran.
Banyak murid yang sependapat dengan Sumantri, tetapi sebagian besar tidak berani mengutarakan pendapatnya, mereka takut terhadap Rama Sanjaya atau ayahnya yang seorang Demang.
"Laras bukankah ayahmu ada di padepokan, apakah kau mendapat informasi darinya.?" Sumantri bertanya pada Laras.
Laras adalah putri Senapati Adiwijaya, pimpinan pasukan yang membawahi beberapa kompi pasukan.
Kehadirannya membuat beberapa murid bertanya, setidaknya masalah ini seharusnya hanya akan di urus oleh pimpinan pasukan. Bukan masalah yang membuat Senapati turun tangan langsung.
"aku tidak tahu kenapa, ayahku tidak menjawab pertanyaanku, tetapi aku mendapat beberapa petunjuk.
Baru-baru ini ada tiga orang yang mengaku berasal dari tumaritis dan membuat onar di ibu kota Maespati, mereka menuntut keadilan untuk rakyat kecil.
Kata ayahku walau mereka hanya rakyat biasa, ilmu Kanuragan mereka sangat tinggi, bahkan ayahmu Patih Suanda sampai turun tangan.
Alih alih ditindak justru mereka disambut oleh Raja Arjuna Sasrabahu, tetapi setelah itu tidak ada kabar lagi, ayahku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya"
"dan kau tahu golok yang dimiliki oleh Jaka Keling dia dapat dari orang yang berasal dari tumaritis, dan saat itu mereka juga menuju ke Maespati, Walau ayahku tidak mau memberitahukan yang sebenarnya, sepertinya masalah ini bersangkutan" Laras mengutarakan apa yang dia ketahui.
Padepokan sendiri melakukan penyelidikan, informasi golok Jaka Keling didapat dari teman-teman Jaka Keling yang mengetahui dari mana si Jalu didapat.
"menarik, sepertinya aku juga harus mencari tahu" Sumantri mulai tertarik dengan kasus ini. Tidak bisa keluar dari padepokan membuatnya bosan, setidaknya dia harus mencari kegiatan.
Sebagai anak Patih mencari informasi dari padepokan atau prajurit kerajaan bukan sesuatu yang sulit baginya.
Banyak murid yang penasaran tetapi kebanyakan tidak berani mencari tahu, hanya mengikuti arus informasi yang beredar, berbeda dengan Sumantri dan beberapa murid lain yang berasal dari keluarga bangsawan dan berdarah biru, setidaknya mereka adalah orang yang bisa mengorek sedikit informasi dari dalam.
******
"apakah kau sudah mengetahui siapa yang mendapatkan Golok Samber Nyawa..?" Arjuna Sasrabahu sedang berada di kerajaan Maespati, di depannya ada Patih Suanda dan beberapa anak buahnya.
Cepot dalam rangka kunjungannya ke kerajaan Maespati adalah untuk memberi peringatan kepada Raja untuk bertindak adil dan memperhatikan kehidupan Rakyat kecil yang tertindas.
"itu adalah Jaka Keling, murid padepokan Adisekar dari rakyat biasa, tetapi aku telah menyelidikinya dia adalah anak Jaka Umbara, pendekar yang sudah menghilang beberapa tahun belakangan ini" Patih Suanda melaporkan apa yang sudah didapat.
Jaka Umbara adalah pendekar terkenal di masanya, tetapi belasan tahun lalu dia menghilang dari dunia persilatan, ada yang mengatakan dia telah tewas di tangan musuhnya ada juga yang mengatakan Jaka Umbara terluka parah dan bersembunyi bersama keluarganya.
"juga ada masalah, Jaka Keling membunuh lima orang murid padepokan dan melukai beberapa orang, sekarang dia menghilang dan belum diketemukan"
Arjuna Sasrabahu " terus awasi, aku tidak ingin ada masalah, tetapi jangan menimbulkan kegemparan, masalah ini harus tetap dirahasiakan"
Arjuna Sasrabahu tahu Cepot memberitahu tentang golok Samber nyawa agar dia tidak ikut campur, tetapi dia juga harus menyelidiki sendiri, dan berharap pemiliknya tidak menjadi orang yang bertentangan dengan Kerajaannya.
Kemunculan Golok Samber Nyawa bisa menjadi petaka, tetapi juga sebagai pengingat bahwa ketidak adilan sedang merajalela.
Setelah mendapat perintah Patih Suanda pamit, sebagai Patih dia adalah orang nomer dua di kerajaan.
"Arya Jipang pergi lah ke Rawa Jajar, selidiki dengan teliti, disana ada Senapati Adiwijaya yang bertanggung jawab langsung, kau cukup berada dibelakang layar, aku tidak ingin hal buruk terjadi" Patih Suanda memerintahkan Arya Jipang salah satu bawahannya untuk menyelidiki.
"apakah ini tidak berlebihan Patih, bukankah Jaka Keling hanya murid padepokan biasa..?" walau takut dan ragu tetapi dia butuh penjelasan dari atasannya.
Masalah Jaka Keling seharusnya hanya masalah kecil, tidak seharusnya menjadi perhatian Patih Suanda atau bahkan Raja.
"kau sendiri sudah mendengar langsung dari Raja apa yang terjadi, kau masih muda, masih banyak yang tidak kau ketahui, Salah satunya adalah Golok Samber Nyawa, itu buka. senjata biasa didepannya jangankan ilmu Kanuragan biasa, jimat atau ajian seperti Pancasona, Rawarontek dan ajian tinggi lainnya tidak ada apa-apanya." Patih Suanda memberi peringatan.
Pertanyaan anak buahnya sesuatu yang normal, lagipula Jaka Keling hanya murid biasa, tetapi dengan memiliki Golok Samber Nyawa itu menjadi sesuatu yang harus diperhatikan.
Setelah mendengar keterangan Patih Suanda, Arya Jipang tidak banyak berpikir, lagipula ini adalah perintah langsung dari dua orang yang paling tinggi kedudukannya di Kerajaan Maespati, dia harus menjalankannya dengan baik.
Arya Jipang adalah prajurit muda yang berbakat, berkat bakatnya Patih Suanda menjadikannya salah satu tangan kanannya, tugasnya kali ini adalah menjadi mata-mata dan membantu Senapati Adiwijaya dibalik layar.
"****
Nb.
*hirarki pemerintahan Kerajaan Maespati dalam cerita ini.
Jabatan Keprajuritan
Pimpinan pasukan : pemimpin satu kompi pasukan yang memiliki jumlah 50 prajurit atau lebih
Senapati : jabatan diatas pimpinan pasukan, bisa membawahi lima sampai puluhan kompi pasukan
Jendral : Jabatan diatas Senapati, bertugas dan bertanggung jawab atas pasukan dalam perang atau membasmi pemberontakan besar.
Patih : Pimpinan utama keprajuritan, berada dibawah langsung Raja Maespati. Orang yang berkuasa atas keprajuritan.
Jabatan Pemerintahan:
Lurah : pemimpin daerah yang bertanggung jawab atas beberapa kampung yang berdekatan.
Demang : pimpinan sekelas kecamatan, bertanggung jawab atas beberapa kelurahan yang berada di daerah kekuasaannya.
Adipati : pimpinan. Sekelas kabupaten atau provinsi tergantung besar kecil daerah kekuasaannya, bertanggung jawab atas Kademangan daerah kekuasaannya.
Menteri : pimpinan utama pemerintahan yang berada langsung dibawah Raja Maespati. Bertugas mengumpulkan dan mengkordinir daerah kekuasaan, bahkan kerajaan bawahan.
Hulubalang : Prajurit / polisi / pihak keamanan yang dibentuk oleh penguasa daerah entah oleh lurah, Demang, atau Adipati. Tugas mereka mengamankan daerah kekuasaannya. Mereka bisa bekerja sama dengan prajurit kerajaan jika ada masalah yang tidak bisa mereka selesaikan.
mcnya penakut naif kurang kejam terhadap musuh JD ngk seru