Chen Huang, seorang remaja berusia 15 tahun, menjalani hidup sederhana sebagai buruh tani bersama kedua orang tuanya di Desa Bunga Matahari. Meski hidup dalam kemiskinan dan penuh keterbatasan, ia tak pernah kehilangan semangat untuk mengubah nasib. Setiap hari, ia bekerja keras di ladang, menanam dan memanen, sambil menyisihkan sebagian kecil hasil upahnya untuk sebuah tujuan besar: pergi ke Kota Chengdu dan masuk ke Akademi Xin. Namun, perjalanan Chen Huang tidaklah mudah. Di tengah perjuangan melawan kelelahan dan ejekan orang-orang yang meremehkannya, ia harus membuktikan bahwa mimpi besar tak hanya milik mereka yang berkecukupan. Akankah Chen Huang berhasil keluar dari jerat kemiskinan dan menggapai impiannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 11— 2 Tahun Penuh Perjuangan
Selama dua tahun terakhir, Chen Huang dan Ning Xue menjalani rutinitas yang keras dan penuh kerja keras. Mereka berburu binatang spiritual, berkultivasi, dan melatih kemampuan fisik serta teknik bertarung mereka setiap hari. Kini, hasil dari kerja keras itu terpancar dari penampilan dan kekuatan mereka.
Chen Huang yang dulu hanyalah seorang pemuda desa biasa, kini berubah menjadi pria dengan aura yang sangat berbeda. Kulitnya yang dahulu cokelat kehitaman karena sering bekerja di ladang kini menjadi putih bersih, seolah-olah menggambarkan energi spiritual yang mengalir dalam dirinya. Rambut hitam panjangnya yang dulu berantakan kini selalu diikat rapi, memberikan kesan elegan.
Tubuhnya telah berubah total, ideal dengan otot-otot yang tampak kuat namun tidak berlebihan. Tingginya bertambah beberapa sentimeter, membuatnya terlihat lebih gagah. Wajahnya yang dahulu biasa saja kini memiliki daya tarik luar biasa; rahang tegas, mata tajam, dan senyum yang mampu memberi rasa nyaman bagi siapa pun yang melihatnya.
Chen Huang kini berada di tahap puncak Ranah Penguatan Tubuh, menunjukkan betapa kerasnya ia berlatih selama dua tahun ini. Dia tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang energi spiritual dan strategi bertarung.
Di sisi lain, Ning Xue tumbuh menjadi seorang wanita yang memikat. Rambut hitam panjangnya selalu dirawat dengan baik, diikat dengan jepit rambut berbentuk kupu-kupu perak yang dulu dibelikan oleh Chen Huang. Kulitnya putih bersih seperti porselen, dan matanya yang indah memancarkan kecerdasan dan semangat.
Tubuhnya yang langsing namun kokoh menunjukkan bahwa ia telah melalui latihan fisik yang intens. Meski hanya berada di tahap menengah Ranah Penguatan Tubuh, Ning Xue memiliki potensi besar dan keahlian yang terus berkembang. Keberaniannya saat berburu dan berkultivasi bersama Chen Huang telah membentuknya menjadi sosok yang tegas namun tetap anggun.
Pagi itu, mereka berdua berdiri di depan gubuk yang telah menjadi rumah mereka selama dua tahun terakhir. Chen Huang memeriksa tas mereka, memastikan semua persediaan sudah siap: makanan, pakaian, obat-obatan, dan beberapa uang hasil berburu binatang spiritual.
"Semua sudah siap?" tanya Chen Huang sambil melirik Ning Xue.
Ning Xue mengangguk. "Ya, aku sudah memeriksa semuanya juga. Akhirnya, kita benar-benar akan pergi ke Kota Chengdu dan mencoba masuk ke Akademi Xin."
Chen Huang tersenyum. "Ini adalah langkah besar bagi kita. Dengan semua kerja keras selama ini, aku yakin kita bisa berhasil."
Mereka memulai perjalanan menuju Kota Chengdu, kota besar yang menjadi pusat kegiatan para praktisi bela diri dan tempat berdirinya Akademi Xin. Selama perjalanan, mereka melewati hutan-hutan yang pernah menjadi medan latihan mereka, sungai-sungai kecil tempat mereka mandi, dan bahkan gunung tempat mereka mencari ginseng tua.
Di sepanjang jalan, Ning Xue tidak bisa menyembunyikan rasa antusiasnya. "Chen Huang, menurutmu bagaimana Akademi Xin itu? Apakah kita akan langsung diterima?"
Chen Huang tertawa kecil. "Aku tidak tahu. Tapi yang pasti, kita harus menunjukkan bahwa kita layak berada di sana. Kalau mereka menguji kekuatan, kita sudah siap."
Saat mereka mendekati gerbang Kota Chengdu, pemandangan kota itu membuat Ning Xue tertegun. Bangunan-bangunan besar berdiri megah, jalan-jalan ramai dengan orang-orang dari berbagai kalangan, dan aura energi spiritual terasa begitu kuat.
"Ini benar-benar berbeda dari desa," kata Ning Xue dengan mata berbinar.
Chen Huang menepuk bahunya. "Ini adalah awal dari perjalanan baru kita. Jangan biarkan dirimu terlena."
Setelah menempuh perjalanan panjang, Chen Huang dan Ning Xue memutuskan untuk beristirahat di sebuah kedai makan yang terletak di tengah hiruk-pikuk Kota Chengdu. Kedai itu cukup sederhana namun ramai, dengan aroma makanan lezat yang menggoda hidung mereka sejak mereka memasuki pintu.
"Sepertinya ini tempat yang bagus," ujar Chen Huang sambil memilih meja di sudut yang agak sepi. Ning Xue hanya mengangguk, jelas terlihat lelah tetapi matanya tetap bersinar penuh rasa ingin tahu tentang kota yang baru mereka masuki.
Mereka memesan beberapa makanan khas lokal—sup pedas, nasi kukus, dan beberapa potongan daging panggang. Saat makanan tiba, aroma rempah yang kuat membuat Ning Xue menelan ludah.
"Ini enak sekali," katanya setelah mencicipi suapan pertama. Chen Huang mengangguk setuju, menikmati makanan yang terasa jauh lebih istimewa setelah hari-hari panjang mereka bertahan dengan daging binatang spiritual dan makanan sederhana.
Sambil makan, Chen Huang memperhatikan suasana sekitar. Para pelayan sibuk melayani pelanggan, sementara para tamu berbincang santai, beberapa dari mereka tampak seperti praktisi bela diri dengan pedang atau tombak yang diletakkan di sisi meja mereka.
Setelah mereka merasa cukup kenyang, Chen Huang memanggil seorang pelayan muda yang tampak ramah. "Maaf, apakah Anda tahu cara mendaftar di Akademi Xin?"
Pelayan itu tersenyum ramah. "Oh, tentu saja. Akademi Xin akan mengadakan tes penerimaan seminggu lagi. Semua calon siswa harus mendaftar terlebih dahulu di kantor pendaftaran akademi di sisi utara kota. Setelah itu, kalian akan menerima detail tentang tes tersebut."
"Apakah tesnya sulit?" tanya Ning Xue yang terlihat sedikit gugup.
"Yah, itu tergantung," jawab pelayan sambil mengangkat bahu. "Biasanya, mereka menguji kekuatan fisik, kemampuan kultivasi dasar, dan terkadang strategi bertarung. Tapi jangan khawatir, jika kalian sudah memiliki dasar yang baik, kalian pasti punya peluang."
Chen Huang mengangguk penuh semangat. "Terima kasih atas informasinya."
Setelah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, Chen Huang dan Ning Xue memutuskan untuk beristirahat sejenak di kedai itu sebelum melanjutkan. Mereka berbincang ringan tentang persiapan yang harus mereka lakukan selama seminggu ke depan.
"Kita harus memanfaatkan waktu ini untuk mengasah kemampuan kita," kata Chen Huang dengan tegas.
Ning Xue mengangguk setuju. "Aku juga berpikir begitu. Tidak ada salahnya mempersiapkan diri semaksimal mungkin."
Setelah membayar makanan mereka, Chen Huang dan Ning Xue meninggalkan kedai dengan semangat baru.
Setelah mendapatkan informasi di kedai makan, Chen Huang dan Ning Xue segera berjalan menuju utara kota Chengdu, tempat kantor pendaftaran Akademi Xin berada. Jalanan semakin ramai dengan orang-orang yang lalu-lalang, banyak di antaranya tampak seperti calon siswa akademi yang membawa senjata atau mengenakan pakaian khas klan mereka.
Kantor pendaftaran itu berdiri megah di tengah alun-alun kecil, bangunannya terbuat dari batu putih dengan ukiran naga dan burung phoenix yang melambangkan kemegahan dan kebijaksanaan. Di depan pintu masuk, antrean panjang calon pendaftar sudah terbentuk, masing-masing dengan ekspresi penuh harapan dan kegugupan.
Setelah menunggu beberapa waktu, giliran Chen Huang dan Ning Xue akhirnya tiba. Mereka disambut oleh seorang petugas wanita yang mengenakan jubah biru dengan lambang Akademi Xin di dada kirinya.
"Apa tujuan Anda mendaftar?" tanya petugas itu dengan nada formal.
Chen Huang menjawab tegas, "Kami ingin mendaftar untuk mengikuti ujian masuk Akademi Xin, khususnya untuk jalur beasiswa."
Petugas itu mengangguk dan membuka sebuah gulungan besar di mejanya. "Jalur beasiswa sangat kompetitif. Hanya sepuluh orang terbaik setiap tahun yang akan dipilih dari ribuan peserta. Syarat utamanya meliputi:
Kemampuan Dasar Teknik Kultivasi: Anda harus menunjukkan penguasaan teknik dasar kultivasi yang solid dan efisien.
Ranah yang Telah Dicapai: Semakin tinggi ranah kultivasi Anda, semakin besar peluang Anda.
Kemampuan Teknik Bertarung: Tes terakhir biasanya melibatkan duel atau demonstrasi strategi bertarung.
Selain itu, penilaian juga bergantung pada bakat alami yang diakui oleh para tetua dan kepala akademi."
Mendengar penjelasan itu, Ning Xue tampak sedikit tegang. "Hanya sepuluh orang? Dari ribuan peserta?"
Petugas itu tersenyum tipis. "Betul. Mayoritas penerima beasiswa adalah mereka yang berasal dari klan besar atau sekte terkenal yang sudah memiliki fondasi kuat. Namun, bukan berarti mereka yang berasal dari latar belakang biasa tidak memiliki kesempatan. Yang dibutuhkan adalah tekad, kemampuan, dan sedikit keberuntungan."
Chen Huang mengepalkan tangan. "Kami siap menghadapi tantangan apa pun."
Petugas itu menyerahkan dua lembar formulir pendaftaran. "Isi formulir ini, dan pastikan Anda datang ke lokasi ujian tepat waktu minggu depan. Persiapkan diri Anda dengan baik."
Setelah mengisi formulir dan menyerahkannya kembali, Chen Huang dan Ning Xue keluar dari kantor dengan pikiran yang dipenuhi berbagai strategi.
"Kita punya waktu seminggu untuk mempersiapkan semuanya," ujar Chen Huang sambil menatap Ning Xue. "Ini mungkin sulit, tapi kita sudah melalui banyak hal. Tidak ada alasan untuk menyerah sekarang."
Ning Xue mengangguk, semangat perlahan kembali ke matanya. "Aku akan memberikan yang terbaik. Kita akan membuat mereka melihat bahwa kita pantas berada di sana."
Dengan tekad membara, mereka meninggalkan kantor pendaftaran, memulai persiapan untuk ujian paling penting dalam hidup mereka.