NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Perempuan Malang

Terjerat Cinta Perempuan Malang

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fafacho

Zahra, seorang perempuan sederhana yang hidupnya penuh keterbatasan, terpaksa menerima pinangan seorang perwira tentara berpangkat Letnan Satu—Samudera Hasta Alvendra. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena uang. Zahra dibayar untuk menjadi istri Samudera demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran ekonomi akibat kebangkrutan perusahaan orang tuanya.

Namun, tanpa Zahra sadari, pernikahan itu hanyalah awal dari permainan balas dendam yang kelam. Samudera bukan pria biasa—dia adalah mantan kekasih adik Zahra, Zera. Luka masa lalu yang ditinggalkan Zera karena pengkhianatannya, tak hanya melukai hati Samudera, tapi juga menghancurkan keluarga laki-laki itu.

Kini, Samudera ingin menuntut balas. Zahra menjadi pion dalam rencana dendamnya. Tapi di tengah badai kepalsuan dan rasa sakit, benih-benih cinta mulai tumbuh—membingungkan hati keduanya. Mampukah cinta menyembuhkan luka lama, atau justru semakin memperdalam jurang kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafacho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11.

Samudera saat ini baru keluar dari rumah dinasnya dia sudah rapi dengan seragam PDH nya, di luar dia sudah di sambut oleh Letda Yanuar yang berdiri di samping mobil berwarna hitam.

"pagi bang, " sapa Yanuar pada Samudera.

"iya pagi" jawab Samudera singkat.

"pagi ini langsung ke kontrakan jemput calon abang kan? " Tanya Yanuar pada Samudera yang berjalan mendekat.

"iya, tapi sebelum itu. Aku mau bicara sesuatu denganmu" ucap Samudera dengan wajah serius.

Yanuar yang melihat keseriusan di wajah Samudera merasa sedikit dag dig dug.

"ada apa nih bang, kok kayaknya serius banget" ucap Yanuar penasaran.

"Nanti kalau saya sudah menikah tolong kamu bantu awasi istri saya" ucap Samudera.

"ya pastilah bang saya awasi, masa istri senior saya nggak saya awasi"

"bukan itu maksud saya, maksud saya kamu jadi mata-mata mengawasi istri saya dan laporkan ke saya" ucap Samudera serius.

"jadi mata-mata, berarti tanpa sepengetahuan Mbak Zahra"

"iya".

"tapi kenapa bang? " Tanya Letda Yanuar bingung.

"rahasia, pokoknya kamu bantu saya. Ayo masuk nanti saya kesiangan untuk menghadap" ucap Samudera.

Samudera masuk kedalam mobil lebih dulu. Dia duduk di samping kursi pengemudi, sedangkan Yanuar duduk di belakang stir mobil.

Mobil melaju tenang di bawah sinar matahari pagi yang mulai menghangatkan bumi Jogja. Jalanan belum terlalu padat, membuat suasana sedikit lengang. Di dalam mobil, suasana agak hening. Yanuar sesekali melirik Samudera dari kaca spion, mencoba menebak isi kepala seniornya itu. Tapi Samudera seperti biasa, hanya menatap lurus ke depan dengan rahang mengeras, tak berniat membuka obrolan.

"Bang Sam, " akhirnya Yanuar memberanikan diri untuk bicara.

Samudera langsung melihat kearah Yanuar yang tengah menyetir.

"iya kenapa? "

"saya masih kepikiran soal ucapan abang tadi, cerita sih bang"

"apanya yang mau di ceritakan, tidak ada yang ingin saya ceritakan. sudah kamu fokus menyetir saja" pungkas Samudera dan lebih memilih membuang muka keluar mobil.

Suasana kembali hening lagi, Yanuar kembali fokus menyetir karena percuma kalau dia bicara lagi Samudera pasti tidak mau menjawabnya.

Hingga Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan sebuah kontrakan sederhana. Zahra sudah menunggu di depan pintu, mengenakan kemeja putih dan rok panjang berwarna pastel. Rambutnya di tutup dengan jilbab rapi. Wajahnya tampak tegang, tetapi tetap cantik dengan makeup tipis.

Samudera turun duluan, membuka pintu belakang mobil. “Ayo, kita langsung ke Batalyon. Dokumen-dokumenmu sudah siap, kan?” tanyanya tanpa ekspresi.

Zahra mengangguk pelan. “Sudah.”

Tanpa banyak bicara, Zahra masuk ke mobil. Yanuar hanya mengangguk sopan padanya, lalu kembali menjalankan kendaraan menuju markas.

Sesampainya di Batalyon, mereka langsung disambut oleh beberapa prajurit yang memberi hormat pada Samudera. Letnan Satu itu membalas dengan sikap formal, lalu mempersilakan Zahra turun dan ikut masuk ke dalam kantor.

Proses pengajuan pernikahan di Batalyon tak semudah yang Zahra bayangkan. Ada berbagai dokumen administratif yang harus dilengkapi, termasuk wawancara singkat dengan Kepala Seksi Personel dan atasannya Samudera, yaitu Kapten Andhika.

Di ruang rapat kecil, Kapten Andhika duduk di hadapan mereka dengan tatapan tajam tapi ramah.

“Jadi ini calon istri Letnan Satu Samudera?” tanya Kapten Andhika sambil menatap Zahra.

“Benar, Pak,” jawab Zahra pelan tapi jelas.

Samudera hanya menatap lurus tanpa banyak bicara.

“Kalian sudah yakin dengan keputusan ini? Tahu konsekuensinya sebagai istri tentara?”

Zahra menatap Kapten Andhika dan mengangguk. “Saya sudah tahu, dan saya siap.”

Kapten Andhika menoleh pada Samudera. “Kamu juga yakin, Sam?”

Samudera mengangguk sekali. “Siap, Komandan.”

Kapten Andhika menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengamati mereka beberapa detik. “Baiklah. Karena Samudera ini prajurit terbaik kami dan belum pernah membuat masalah, saya percaya kalian akan menjalani ini dengan baik. Tapi ingat, pernikahan bukan sekadar administrasi. Ini tanggung jawab, terutama sebagai perwira.”

“Siap, Komandan,” jawab Samudera dan Zahra hampir bersamaan.

Setelah itu, proses penandatanganan surat izin pernikahan pun dilakukan. Beberapa berkas distempel dan disahkan langsung oleh Kapten Andhika.

“Setelah ini, kalian tinggal mengurus ke KUA dan melaporkan kembali setelah akad nikah selesai. Pastikan dokumen kembali lengkap,” ujar salah satu staf personel saat menyerahkan berkas.

Setelah keluar dari ruangan, Zahra berjalan pelan di samping Samudera. Hatinya berdebar, bukan karena senang, tapi karena perasaan tak menentu. Samudera masih saja dingin, bahkan dalam momen penting seperti ini.

Saat mereka sampai di halaman Batalyon, Samudera berhenti sejenak dan menoleh padanya. “Mulai sekarang, kamu harus menjaga sikap. Jangan membuat malu diriku di lingkungan ini. Sekali pun.”

Zahra hanya mengangguk lemah, menahan napas panjang dalam dada. Ia tahu, jalannya ke depan tidak akan mudah.

**

1
Ma Em
Samudra atau Hasta kamu jgn balas dendam dgn Zahra karena Zahra tdk tau bahwa kamu mantannya Zera, kalau itu kamu lakukan Samudra pasti akan menyesal karena sdh menyakiti orang yg salah.
Ma Em
Sabar Zahra sebentar lagi Samudra akan bucin sama kamu dan akan takut kehilanganmu pastinya.
Ma Em
Samudra kamu jgn terlalu menekan Zahra kasihan Zahra di keluarga nya dia selalu disisih kan sekarang sama suami selalu di bentak dan disalahkan.
Ma Em
Makanya Samudra kamu jgn terlalu keras dgn Zahra sdh dirumah Zahra tdk pernah merasakan kasih sayang dan sekarang punya suami juga malah yg ada hanya selalu menyalahkan nanti kalau Zahra sdh pergi meninggalkan kamu baru kamu menyesal Samudra
Ma Em
Semoga Samudra bisa segera menerima Zahra sebagai istri yg sesungguhnya.
Ma Em
Zahra kamu yg sabar kalau emang Zahra merasa tdk dianggap dan tdk dihargai sdh jgn memaksakan diri lebih baik menjauh dari Samudra pasti Samudra akan menyesal karena sdh menyia nyiakan istri yg baik seperti Zahra.
Ma Em
Samudra kamu pasti akan menyesal setelah Zahra pergi meninggalkan kamu.
Ma Em
Semoga Samudra baik2 saja sama Zahra jgn sampai menyakitinya dan berubah mencintai Zahra.
SJR
Assalamu'alaikum, mampir thor saling suportnya 🙏
Ma Em
Semoga Samudra segera mencintai Zahra dan jadi bucin tdk mau jauh dari Zahra jgn sampai Zahra disakiti sama Samudra.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!