Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 Memperhatikan Secara Diam-Diam
Dean segera menutup pintunya dan menjauh dari toilet itu. Dean memegang dadanya mengambil udara sebanyak-banyaknya karena tiba-tiba saja dadanya terasa sangat sesak. "Astaga, bisa-bisanya dia boker sambil tidur, mana pintunya gak dikunci lagi," gerutu Dean.
Lucy mengacak-acak rambutnya frustasi. "Kenapa aku bisa sampai bodoh seperti ini sih? mau disimpan di mana wajah aku, rasanya malu sekali," gumam Lucy dengan wajah yang sangat frustasi.
Dia sudah selesai dengan aktivitasnya tapi dia sama sekali tidak berani untuk keluar rasanya dia sangat malu kepada Dean. Sementara itu, Dean semakin kesal karena Lucy belum keluar-keluar juga.
"Apa kamu masih belum selesai juga?" teriak Dean.
Lucy tersentak kaget, akhirnya dengan terpaksa dia pun keluar dari dalam toilet dengan menundukkan kepalanya. "Kamu itu kenapa bisa-bisanya boker sambil tidur? mana kamu ceroboh sekali pintunya tidak dikunci," kesal Dean.
"Maaf," lirih Lucy sembari masih menundukkan kepalanya.
"Dokter kok jorok banget," gerutu Dean.
Seketika Lucy menatap Dean, dia tidak Terima dikatakan jorok oleh Dean. "Apaan sih, aku gak jorok ya. Tadi memang kondisinya aku lagi ngantuk banget soalnya tadi siang aku 'kan ngurus para korban, capek. Jadi aku ketiduran," kesal Lucy.
"Terus, sampai lupa ngunci pintu toilet juga? untung aku yang lihat, kalau yang lain mungkin sudah-----"
"Tunggu!" ucapan Dean terhenti karena Lucy memotongnya.
"Jadi tadi anda melihatnya?" seru Lucy tidak percaya.
Wajah Dean sedikit memerah dan berdehem. "Sudah buruan kembali ke tenda," seru Dean dan bergegas berjalan mendahului Lucy.
Lucy tidak percaya jika Dean tadi memang melihatnya. Dia pun dengan cepat menyusul Dean, sungguh dia sangat malu. Tanpa banyak bicara, dia langsung masuk ke dalam tenda seketika rasa ngantuknya menghilang.
***
Keesokan harinya....
Semuanya harus bangun pagi-pagi dan olahraga bersama Bapak-bapak Tentara. Patricia dan Lucy tampak malas-malasan karena masih ngantuk. Tahu sendiri, tadi malam Lucy tidak bisa tidur lagi hingga menjelang subuh baru dia bisa tidur berbeda dengan Patricia yang memang terbiasa bangun tidur siang.
"Untuk para tenaga medis mohon di dengarkan sebentar, Kapten Reynold mau bicara sebentar," seru Tara.
Reynold dan Dean yang dari tadi menjadi instruktur senam, mulai membalikan tubuh mereka. Seketika para tenaga medis wanita langsung melotot karena baru pertama kalinya mereka melihat Reynold dan Dean membuka masker wajahnya sedangkan Tara sudah sering dibuka. "Gila, ternyata Kapten Reynold dan Pak Dean tampan-tampan," ucap Dr.Agatha.
Cinta dan Lucy diam saja karena mereka berdua sudah tahu. "Aku kira wajah mereka jerawatan karena gak pernah buka masker tapi kalau begini aslina menurutku lebih baik mereka kembali menutup wajahnya dengan masker karena bahaya sekali," bisik Hugo.
"Kenapa? palingan dia diserbu sama para wanita," ucap Lucy.
"Bukanya begitu, nanti ketampananku yang paripurna itu akan jatuh jika mereka buka masker," sahut Hugo.
Lucy langsung menoyor kepala Hugo. "Sudah diam, Kapten Reynold mau bicara itu," bisik Cinta.
"Selamat pagi semuanya!"
"Pagi!"
"Tadi subuh saya mendapatkan informasi dari kepala suku, aparat, dan rekan-rekan kami bahwa kampung yang ada di bawah kaki gunung itu sangat aman jadi sekarang kita semua akan pindah ke sana. Kalian akan lebih nyaman karena kepala suku menyediakan sebuah balai desa untuk kalian tempati, bahkan di sana setiap hari rabu akan ada pasar dadakan yang dijual oleh warga-warga sekitar dari hasil perkebunan mereka, jadi kalian bisa beli makanan untuk kalian makan nanti," seru Kapten Reynold.
"Makanan apa yang mereka jual? paling juga jagung sama daun singkong, tetap aja susah cari makanan yang enak," sinis Patricia.
"Kalau mau makan enak, sudah sana pulang. Dasar anak manja," kesal Lucy.
"Kalau aku manja, memangnya kenapa? masalah buat Lu? lagi pula, kalau aku bisa pulang sudah dari kemarin aku pulang ngapain nyusahin diri sendiri tinggal di tempat yang jauh dari peradaban ini," ketua Patricia.
"Bisa diam gak kamu? kalau kamu mau pulang, aku bisa telepon Papa sekarang juga supaya menarik kamu dari sini dan digantikan sama dokter lain, tapi tidak dengan Dr.Roy," kesal Cinta.
"Mana bisa kaya gitu, aku mau sama dia yang pulang," sahut Patricia.
"Enak aja, memangnya kamu bisa seenak jidat membuat peraturan?" bentak Cinta.
Reynold segera melerai mereka. "Sudah, kalian di sini adalah tenaga medis tidak baik tenaga medis saling bertengkar seperti ini, seharusnya kalian memberi contoh yang baik juga kepada yang lainnya!" tegas Kapten Reynold.
"Sudah Cinta, ngapain kamu meladeni ani-ani seperti dia," gumam Lucy.
"Apa kamu bilang?" Patricia emosi, dia menjambak rambut Lucy dan Lucy pun tidak tinggal diam.
Keduanya saling jambak satu sama lain, membuat pagi itu menjadi ricuh. "Dean, pisahkan mereka!" teriak Kapten Reynold.
Roy menahan tubuh Patricia, begitu pun dengan Dean yang menahan Lucy. "Ya, ampun tenaga kamu kuat juga ya," seru Dean.
"Lepaskan Pak, aku mau balas dia," teriak Lucy.
Cinta membantu menenangkan Lucy. "Lucy, tenang," seru Cinta.
Lucy pun mulai tenang walaupun napasnya masih tersengal karena menahan emosi. "Sekarang kalian bubar dan segera merapikan barang-barang kalian karena sebentar lagi kita harus pindah dari sini," seru Kapten Reynold.
"Siap, Kapten."
Semuanya pun mulai membereskan barang masing-masing. Setelah semuanya siap, beberapa Tentara pun mengawal semuanya dan membawa mereka naik ke truk Tentara karena tempatnya lumayan jauh. Sedangkan para korban sudah mulai di evakuasi ke puskesmas kampung A.
Pada saat truk Tentara jalan, Duma dan teman-temannya berlari menyusul. "Bu dokter!" teriak semuanya.
"Ya, Allah kenapa kalian lari-lari nanti kalian jatuh loh!" teriak Cinta dengan wajah yang khawatir.
"Kami mau jaga Bu dokter," sahut Duma.
"Tapi jangan lari-lari juga. Pak, bisa berhenti tidak!" teriak Cinta membuat sopir pun berhenti.
"Ada apa?" tanya sopir.
"Anak-anak itu boleh ikut naik ke dalam truk?" tanya Cinta sembari melihat ke arah Reynold meminta persetujuan.
Reynold menganggukkan kepalanya. Cinta sangat senang, dia pun membantu anak-anak untuk naik ke dalam truk dibantu oleh Lucy dan Hugo juga.
"Sudah Pak, jalan lagi," seru Cinta.
Truk itu mulai jalan, anak-anak duduk di bawah. Patricia langsung menutup hidungnya. "Kamu itu ngapain pakai ajak mereka naik? b*u tahu!" geram Patricia.
"Ada masker, pakai saja masker kalau b*u," sahut Cinta.
Patricia benar-benar sangat kesal kepada Cinta, berbeda dengan Cinta yang tampak senang bermain dengan Duma dan yang lainnya. Cinta tertawa terbahak-bahak bersama anak-anak di atas truk itu, sedangkan Reynold yang mengikuti dari belakang terus saja memperhatikan Cinta secara diam-diam.
"Dia kalau seperti itu kaya anak kecil," batin Kapten Reynold.
Seperti biasa, Reynold menyunggingkan senyumannya dibalik masker wajahnya itu.