NovelToon NovelToon
Hilang Perawan Di Malam Pesta

Hilang Perawan Di Malam Pesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Mafia / Lari Saat Hamil / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Beby_Rexy

Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekasih Pura-pura

Anya benar-benar mengirimkan anak buahnya untuk menjemput Ranti. Karyawan laki-laki itu sampai tak dapat menutupi pandangan terpukaunya terhadap Ranti.

“Ehm, kita pergi ke mana?” tanya Ranti, sengaja menegur karyawan tersebut.

Karyawan itu pun langsung menjadi canggung, dia mengenal Ranti, seluruh karyawan sangat mengenal sosok Ranti yang sederhana, rajin dan apa adanya. Namun, ketika melihat bentuk Ranti yang seperti itu, siapa pun yang berada dalam posisi si karyawan pasti tidak akan bisa untuk tidak memuji.

“Maaf, Mbak Ranti. Aku diminta Nona Anya buat antar ke lounge,” jawab karyawan itu dengan gugup, bahkan Ranti mendapatinya meneguk ludah berulang kali.

“Jadi pertemuannya di sana? Aku bisa pergi sendiri padahal,” ujar Ranti, mendesah pelan.

Karyawan itu menggaruk kepalanya. “Mari, Mbak,” ujarnya, seraya mempersilakan Ranti untuk memasuki pintu lift yang sudah terbuka.

Pergerakan lift itu sebenarnya tidaklah lama, hanya sekitar satu menit bahkan kurang hingga tiba di tujuan. Namun, bagi si karyawan laki-laki, waktu seolah berhenti beberapa jam lamanya. Posisinya ketika itu berada di belakang Ranti. Dari pintu lift yang tertutup, dia dapat melihat pantulan tubuh Ranti secara keseluruhan, sekali lagi dia meneguk ludahnya dengan sangat susah payah. Ketika melirik ke bagian belakang Ranti, karyawan itu pun nyaris gila. Bagaimana tidak, bagian bokong Ranti yang sintal tercetak jelas dengan gaun yang dia kenakan, andai saja Ranti menyadarinya mungkin dia lebih memilih untuk mengenakan jas kerjanya saja.

Pintu lift pun mulai terbuka, dan karyawan itu seolah tak rela melepaskan pandangan matanya hingga terus mengikuti pergerakan pintu lift yang bergeser ke samping. Akan tetapi di saat dia mulai menyerah dan mengalihkan pandangannya ke luar, hal mengejutkan segera dia jumpai.

Sosok Arion telah berdiri dengan gagahnya, memberikan tatapan tajam seperti mata elang tepat mengunci karyawan tersebut. Seperti tertangkap basah, karyawan laki-laki itu mendadak mandi keringat.

“S-selamat malam Tuan Muda,” sapa karyawan itu dengan rasa hormat yang paling dalam.

“Pergi,” hanya dengan satu kata dari Arion, karyawan itu langsung berbalik dan kabur ke dalam lift.

Ranti melirik sejenak dan merasa heran dengan sikap karyawan tadi, tetapi dia juga tidak mengerti.

Saat itu, untuk pertama kalinya tatapan matanya bertemu dengan Arion lebih dari tiga detik.

Arion memang sangat lah tampan, dia memukau dengan apa pun pakaian yang dia kenakan, semua terlihat pas, seolah tubuhnya memiliki aura tersendiri.

Sayangnya bagi Ranti, semua laki-laki di muka bumi sama saja, penjahat wanita.

“Ck, dasar gay,” rutuknya dalam hati.

Arion masih berdiri di posisinya, kedua mata tajamnya mulai memindai penampilan gadis di depannya tersebut.

Rambut panjang Ranti yang bergelombang dibiarkan tergerai, alisnya terbentuk rapi tapi alami, hidung mancungnya menggemaskan, dan bibir tipis berwarna cherry itu terlihat basah. Untuk beberapa detik kedua mata Arion bertahan di bibir itu. Namun, saat bibir itu bergerak sedikit terbuka, Arion segera mengalihkan tatapan ke kedua mata Ranti yang tampak sayu, sekaligus menggoda sisi liar Arion.

Karena mata Ranti hanya minus satu, maka malam itu dia sengaja tidak mengenakan kacamatanya, karena pasti akan terlihat aneh jika kacamata itu dipadukan dengan gaunnya.

“Tuan, boleh aku tahu siapa tamu malam ini?” tanya Ranti.

“Kenapa?” Arion balik bertanya, suaranya berat dan sedikit ketus.

“Bukannya seharusnya aku tahu? Demi memastikan menu makanan apa yang harus diberikan?” Ranti menjadi sedikit kesal.

“Mereka bukan tamu hotel, jadi tidak perlu siapkan menu spesial, cukup beri minuman saja sampai mereka mabuk.”

Kening Ranti berkerut mendengar itu, dia jadi bertanya-tanya, kenapa seolah-olah Arion tidak suka pada tamu kali ini.

Namun Ranti menghiraukannya, karena dia ingin melayangkan protes pada Arion. “Satu lagi, Tuan, kenapa aku harus pakai gaun begini? Ini sempit, dan belahan roknya ini, aku jadi kelihatan seperti telanjang!” Saat berkata, Ranti malah memajukan kaki kanannya sehingga belahan gaunnya semakin membuat paha mulusnya terlihat jelas. Bukan tidak sadar, hanya saja bagi Ranti Arion tidak akan tertarik padanya karena lelaki itu penyuka sesama jenis, menurut pemikirannya.

Meski berkata dengan galaknya, namun nada suara kesal itu malah terdengar berbeda di telinga Arion, baginya suara gadis itu malah seperti rengekan.

Tak hanya sampai di situ saja, Ranti masih belum berhenti. “Warna gaun ini juga, kenapa hampir mirip sama warna kulitku? Kalau begini, sekalian aja aku nggak usah pakai gaun,” ujarnya seraya menunduk ke bawah tubuhnya.

Memperhatikan raut wajah marah Ranti, bukannya tak terima, nyatanya Arion cukup terhibur. Nyaris saja dia tertawa, bahkan Arion sampai mengalihkan perhatiannya sambil mengusap hidung. Jika dia sampai tertawa di hadapan Ranti, maka kesan dingin yang telah melekat pada dirinya akan runtuh seketika.

“Berani sekali kamu bicara begitu pada pimpinan perusahaan, diam dan kerjakan tugasmu, pintunya di sebelah sana.” Arion berkata tegas dengan suara beratnya, menggerakkan kepalanya sedikit ke arah pintu masuk lounge lalu berjalan mendahului Ranti.

“Ck, aku tahu di mana pintunya,” gumam Ranti yang merasa diabaikan, tapi sudah tidak lagi berani membuat suara keras. Dia sungguh tahu bagaimana watak keras Arion, sesaat tadi dirinya hanya sedang kehilangan kendali saja. Menarik napas dalam lalu membuangnya cepat, Ranti pun menyusul Arion menuju pintu.

Saat itu sudah hampir pukul sebelas malam, Ranti menemukan ada banyak orang berpakaian rapi yang terdiri dari pria dan wanita berkelas. Ketika dia masuk, semua mata tertuju padanya, dan para wanita yang duduk di kursi masing-masing langsung memindai penampilan Ranti dari atas hingga ke bawah.

Kedua bola mata cantik Ranti mulai memperhatikan wajah mereka satu persatu, anehnya tak ada satu orang pun yang dia kenali, kecuali satu wanita berambut kuning, dia adalah ibunya Arion, Nyonya Miranda.

Berbalut gaun malam panjang berwarna merah cerah, Miranda tampil elegan seperti biasanya, dengan segelas cocktail di tangan kirinya, tatapan mereka berdua pun bertemu.

Ranti segera membungkuk singkat pada Miranda, akan tetapi wanita itu malah mengalihkan perhatiannya kepada putra semata wayangnya.

“Arion, apa Sofia sudah sampai?”

Miranda bertanya pada putranya, suaranya begitu lembut dan ada aksen tersendiri yang menunjukkan bahwa dirinya adalah orang dari kalangan atas.

Pertanyaan dari Miranda itu sontak membuat Ranti terkejut. “Jadi Nona Sofia mau datang kesini? Ah sial, aku lupa, bukannya Kak Anya juga sudah bilang?”

Kemudian dia melirik ke arah Arion yang berdiri di sebelahnya. “Dasar Tuan bodoh, untuk apa dia minta aku pura-pura jadi pacarnya dalam situasi kayak gini? Di depan ibunya, dan Nona Sofia?”

Seolah tahu kalau Ranti tengah panik, Arion membalas tatapannya. Dengan cepat Ranti memalingkan wajahnya.

“Sebenarnya apa rencana dia? Apa selama ini aku pernah buat kesalahan dalam kerja?” Dalam hati, suara Ranti terdengar bising. Berbagai dugaan negatif terus saja memenuhi isi kepalanya. Kedua tangannya pun terus meremas tas branded mungil yang dia genggam erat. Tas itu adalah aksesoris yang sebelumnya datang bersama dengan gaunnya.

Tiba-tiba sebuah hal tak terduga terjadi, Ranti merasakan ada yang menyentuh pinggul kanannya, sebuah tangan besar yang terasa hangat, kontras dengan suhu tubuhnya yang kedinginan karena berada dalam situasi menegangkan.

Arion menarik pinggang ramping Ranti hingga berimpitan dengannya, aroma wangi tubuhnya dan milik Ranti sama-sama terhidu oleh keduanya. Tubuh Ranti mendadak kaku, lebih tepatnya dia terserang syok. Apalagi setelah kata-kata yang keluar dari bibir Arion, nyaris membuat Ranti jatuh pingsan.

“Aku perkenalkan pada kalian semua, dia Ranti, pacar resmiku,” ujar Arion dalam bahasa Inggris, karena sebagian besar orang-orang di sana adalah orang luar negeri.

Kata-kata Arion terdengar santai, bahkan ada senyum tipis di bibirnya. Namun, bagi Ranti waktu bagai terhenti untuk beberapa detik. Wajahnya menjadi kaku, dengan kedua mata yang membola. Perlahan dia mencoba menatap wajah Arion yang masih memeluknya, karena dalam posisi sangat dekat, Ranti harus mendongakkan kepala karena tubuh Arion yang sangat tinggi.

Ranti sungguh tak menyangka Arion akan mengumumkan hal itu, bahkan di depan ibunya sendiri yang jelas-jelas telah menjodohkan lelaki itu dengan Sofia, seorang pengacara yang kariernya sangat jauh di atas Ranti.

Teringat pada Miranda, Ranti penasaran pada reaksi wanita itu sehingga dia memutar kepala ke depan. Namun, tak seperti dugaan Ranti, Miranda tampak santai saja dan dengan anggun meminum minumannya. Sedangkan orang-orang di sekitar ada yang tertawa dan mengucapkan selamat, ada pula yang menunjukkan wajah terkejut mereka secara berlebihan.

“Aku nggak seburuk itu, kan? Kenapa ada yang kaget sampai mulutnya menganga begitu?” gumam Ranti dalam hati, ada sedikit rasa tak terima padahal dia hanya lah kekasih pura-pura.

“Arion, pilihanmu memang bagus, aku suka wanitamu.” Salah satu pria mengangkat gelasnya, memuji pilihan Arion.

Ranti merasa tenggorokannya kering, ketika itu dia kembali mendongak menatap Arion, tanpa sengaja Arion juga memalingkan wajah ke arahnya sehingga hidung keduanya saling bertemu. Untuk pertama kalinya, Arion terkekeh dan tawanya itu sungguh memukau.

“Dia bisa ketawa?” Ranti takjub pada pesona Arion, dan ini adalah yang pertama kalinya Ranti memuji seorang lelaki sampai membuat dadanya berdesir.

Di saat bersamaan, suara seorang penjaga pintu terdengar, “Nona Sofia datang.” Membuat perhatian semua orang beralih ke pintu.

“Sial! Matilah aku!” Ranti terkejut, saking terkejutnya, buru-buru dia melepas tangan Arion dan menjaga jarak hingga satu meter dari lelaki itu. Arion mengerutkan alisnya, menatap Ranti dengan perasaan heran. Tanpa di duga, dia kembali menarik tangan Ranti untuk mendekat lagi. Dia berhasil, tetapi Ranti mencoba melepaskan lagi dan dia juga berhasil. Alhasil untuk beberapa saat kedua orang itu malah sibuk tarik menarik. Untung saja tidak ada yang memperhatikan mereka, sebab semua orang sedang berdiri menyambut kedatangan Sofia.

Tak lama kemudian, suara Sofia terdengar, tepat pada saat Ranti berhasil kembali melepas pegangan tangan Arion. Mau tak mau Arion mengalah, suatu hal yang belum pernah dia lakukan.

“Ar, kamu nggak sambut aku?” Sofia berjalan melewati tubuh mungil Ranti begitu saja. Tubuhnya yang tinggi bak model membuatnya dengan mudah mengecup pipi Arion.

“Cih, dia nggak nolak sama sekali, katanya aku ini pacarnya!” Ranti berujar di dalam hati sambil memperhatikan Sofia dan Arion yang menurutnya memang sangat serasi. Ranti pun bertanya-tanya kenapa Arion sampai menolak dijodohkan dengan Sofia? Namun, kembali lagi, jawaban akhirnya adalah karena Arion seorang ‘gay’.

Arion hanya menjawab Sofia sekedarnya, beralasan sibuk dan ada banyak pertemuan yang harus dia hadiri, Sofia pun memakluminya.

“Apa dia percaya gitu aja?” batin Ranti. Menurutnya, Sofia itu memiliki kepribadian yang sangat baik hati.

Setelah berbincang sejenak dengan Arion, Sofia beralih pada Ranti. Karena tubuhnya jangkung, dia harus sedikit menunduk untuk bertatap muka dengan Ranti. Sambil tersenyum lebar dia berkata, “Jadi kamu Ranti? Aku sedikit ingat muka kamu, cantik.”

“Euh, selamat datang Nona Sofia,” jawab Ranti kikuk.

Sofia tertawa renyah, kemudian menunduk lebih dekat dengan Ranti lalu berbisik, “Aku yakin kamu nggak percaya sama Arion, kan? Maksudku, perjodohan kami nggak akan bisa dibatalkan hanya karena kamu pacaran sama dia. Lagi pula aku tahu kalian cuma pura-pura, Arion kalau lagi gambek sama aku memang suka begitu.” Sambil terus mempertahankan senyumannya, Sofia berdiri lalu bergerak menjauh.

Tenggorokan Ranti terasa kering secara tiba-tiba, perasaan yang awalnya kasihan pada Sofia yang ditolak oleh Arion kini berubah. “Dia itu pengacara, pasti nggak sebodoh itu, Ranti,” bisiknya pada diri sendiri.

Melihat Ranti yang tak mampu menjawab perkataannya, Sofia pun tersenyum sinis lalu bergerak menjauh.

Suasana malam itu cukup akrab, Ranti duduk di sebelah Arion dan meja besar berbentuk oval berada di tengah-tengah. Ada sekitar dua belas orang di sana, termasuk Miranda dan Sofia. Secara refleks, Ranti memperhatikan tampilan menu di atas meja, mungkin karena profesinya sebagai manajer food dan beverage selama dua tahun ini, membuatnya selalu awas pada sajian makanan untuk para tamu.

Di lounge memang sangat jarang menyediakan makanan berat, biasanya para tamu hanya akan memesan cocktail bersama dengan dessert. Jika mereka ingin benar-benar makan kenyang, maka mereka harus pergi ke restoran hotel.

Di restoran hotel itu bukanlah area pekerjaan Ranti, karena sifat restoran yang umum sehingga bisa dimasuki oleh siapa saja, dan mereka bebas memesan menu sesuai selera. Tugas Ranti lebih spesifik, yakni hanya akan mengatur menu makanan untuk para tamu penting saja.

Selama pertemuan itu berlangsung, Ranti terus memperhatikan interaksi antara Miranda dan Sofia. Mereka berdua terlibat percakapan yang cukup akrab, sesekali tertawa bersama lalu minum. Namun, tidak dengan lelaki yang menjadi kekasihnya khusus malam itu saja, Arion tampak tidak punya minat bersama mereka dan itu sangat kentara.

Sejauh yang Ranti tangkap, orang-orang di sana merupakan keluarga jauh Arion yang berasal dari luar negeri. Pantas saja wajah mereka bule semua. Ranti sendiri lebih banyak diam, hanya menjawab jika ditanya. Namun, jika pertanyaan itu seputar hotel, semangatnya pun jadi membara dan membuatnya berbicara lebih banyak.

Arion sudah minum gelas ketiga, tak ada yang berani mencegahnya, toh Ranti sendiri juga tidak peduli. Tak lama kemudian Miranda mengajak putranya itu untuk berbicara berdua. Dengan reaksi terpaksa, Arion bangkit dari duduknya.

---

Waktu terus berlalu, akhirnya Ranti menyadari bahwa kepergian Arion sudah cukup lama. Setelah melirik jam tangannya, dia memutuskan untuk berpamitan.

“Senang bisa bertemu dengan kalian semua, suatu kehormatan bagiku, kalau kalian menginap di hotel ini maka besok aku akan menyediakan sarapan istimewa untuk kalian semua,” ucap Ranti, berbicara menggunakan bahasa Inggris yang fasih.

Semua orang pun menyambut perkataan Ranti dengan senang, kecuali Sofia yang sedang duduk di sudut ruangan sendiri, menatap Ranti dengan tawa mengejek lalu meminum minumannya. Ranti tentu saja melihatnya dengan jelas, entah kenapa Ranti merasa bahwa Sofia seperti sedang membuka arena perang dengan dirinya. Namun, Ranti berusaha untuk tidak peduli, setelah malam ini dia sudah tidak akan berhubungan lagi dengan Arion.

“Di mana laki-laki sialan itu,” tanya Ranti dalam hati sambil memperhatikan sekitar, tak ada Arion di sana.

Akhirnya, Ranti memilih keluar seorang diri.

Untuk beberapa saat, Ranti berjalan pelan sambil termenung, rasa kantuk sudah menyergapnya. Pesan singkat dari sang ibu segera dia balas, sebelumnya Ranti sudah izin tidak bisa pulang lagi karena sedang lembur. Beruntung sang ibu selalu percaya dan mendukung pekerjaannya, hal itulah yang menjadikan Ranti seorang yang paling menjaga diri, terutama dari laki-laki, agar tidak merusak kepercayaan ibunya. Namun, sekarang dunia seperti sedang bercanda, dia telah ternoda.

Pintu lift sudah semakin dekat, hanya berjarak sepuluh meter dari posisi Ranti. Gadis itu terus melangkah, tetapi saat menengok ke sebelah kanan, dia melihat pintu balkon yang terbuka. Saat diperhatikan tampak siluet Miranda di sana.

“Pasti mereka berdua ada di situ,” bisik Ranti.

Sebenarnya dia ingin saja langsung pergi dan kembali ke kamarnya untuk mengakhiri rasa lelahnya. Namun, rasanya akan lebih baik jika dia berpamitan pada Miranda, mengingat dia sendiri merupakan karyawan yang bekerja di bawah keluarga mereka.

Setelah membuat keputusan baik tersebut, Ranti pun berbelok ke kanan. Namun, saat tiba dan ketika tangannya hampir menggapai daun pintu, telinganya mendengar sesuatu yang membakar emosinya.

“Mommy tidak mau tahu, Arion. Kamu itu sudah dijodohkan dengan Sofia, satu-satunya gadis yang pantas untuk kamu. Dia juga berjasa di hotel ini, jangan lupakan itu. Mommy tegaskan sama kamu, selesaikan hubungan tak jelas kamu dengan Ranti detik ini juga, kalau tidak, Mommy akan pecat dia dan menghabisi keluarganya juga.” Suara Miranda terdengar sangat lantang, jauh berbeda dengan kesan elegan dan ‘kelas atas-nya’ beberapa waktu lalu.

Kedua mata Ranti membola, sampai-sampai tangannya bergetar saat mendengar hal yang tak disangka-sangka tersebut. “Apa? Keluargaku mau dihabisi?” gumamnya.

Kemudian suara Arion juga terdengar, tak kalah tegasnya, dan dari ucapan lelaki itu, perasaan Ranti menjadi campur aduk.

“Hotel ini murni milikku, hasil kerja kerasku sendiri kalau Mommy lupa, tidak ada satu rupiah pun berasal dari kalian. Dan ku tekankan di sini, bahwa aku tidak akan melepaskan Ranti, baik itu malam ini begitu juga selamanya, dia adalah wanitaku,” tegas Arion, ada luapan emosi di dalam ucapannya.

Mendengar itu, tak hanya tangan Ranti saja yang gemetar, kini seluruh badan pun ikut bergetar. Dia jadi takut sekaligus khawatir pada masa depan serta ibunya yang ada di rumah.

“Dan satu lagi, Mom. Jangan pernah sentuh keluarga Ranti,” sambung Arion. Setelah berkata seperti itu, lelaki tampan itu langsung meninggalkan ibunya.

Miranda berusaha keras mengatur emosinya, dia paling tidak suka dibantah, tubuhnya bergetar. Dia melangkah ke pembatas balkon, meremas kuat pagar kayu sambil terus mengatur napasnya yang mulai tidak teratur.

Ketika melihat Arion sedang mengarah ke pintu masuk balkon, Ranti menjadi kalang kabut. Khawatir tertangkap basah, dia bergegas melarikan diri. Namun, sialnya karena mengenakan sepasang high heels, kakinya terpeleset dan membuatnya terjerembap dalam posisi tengkurap.

“Aaakh!”

Arion yang pada saat itu sedang berjalan cepat hanya fokus melihat ke area depannya. Namun, suara jeritan kecil itu mengusik telinganya, dan ketika kepalanya menunduk, dia pun terkejut melihat posisi Ranti yang sedang tertelungkup.

“Bodoh, sedang apa kamu di situ?” tanya Arion, sambil juga memperhatikan pintu di belakangnya, takut kalau Miranda tiba-tiba masuk dan memergoki mereka berdua.

Ranti berusaha bangkit, tapi rambut panjangnya menutupi wajahnya sehingga dia agak kesulitan. “Bantu aku berdiri,” pintanya, sambil merintih kesakitan.

Situasi pun menjadi terjepit, tanpa menunggu, Arion langsung saja menarik tubuh Ranti hingga membuatnya berdiri. Hanya butuh satu tangan saja dan itu pun tanpa tenaga yang berarti.

“Jangan banyak bicara, ayo pergi sekarang,” kata Arion yang segera menarik tangan Ranti. Akan tetapi gadis itu malah makin kesulitan, sepertinya kakinya terkilir.

Melihat Ranti berjalan lamban dan pincang, dengan gemas Arion langsung menggendongnya ala bridal style.

Ranti begitu terkejut dengan perlakuan Arion, maksud Ranti setidaknya minta izin dahulu kalau mau menggendong dirinya. Namun, saat mulut Ranti mulai terbuka untuk protes, saat itu juga Arion mengancamnya.

“Diam atau aku cium.”

1
aleena
Ranti diem kataa Arion jangan bikin suasana jadi keru

huh emang plot twist
aleena
ya memang rumiit
jika sekeluarga demanding harta dan martabat
aleena
gugup rasanya mau menghilang saja
aleena
Susah menaklukan Ranti
sampai harus merekrut semua Teman
😃😃 semangaat bang Arion semoga ranti cepet jinak
nonoyy
cuma kekasih pura2 👍😁
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
aleena
begitu banyak prduga
aleena
Arion kamu masi saja mengelak
sampai kapan
aleena
/Curse//Curse//Curse/kamu kena jebak
/Determined/
semangat ranti
pasti ada Alasan dibalik semua itu,, hemm
mungkkn Arion Akan terus memintamu sebagai kekasih sungguhan
aleena
hemm
kenapa gak di iklanin aja di novel sebelah yg sudah banyak pengikutnya
Kan Makin seruu ni
Beby_Rexy: Hehe, makasih ya Kak, sarannya.. Aku masih belum sempat promosi /Grin/
total 1 replies
aleena
masih binging ya
sebentar lgi pasti tau siapa pelakunya
semangaat Ranti
aleena
seru seru
alur cerita yg bagus
aleena
semoga keluarga Ranti selamat dari kejaaran psicopat kaya sofia
aleena
keluarga kejam, bukan terbaik untk anak justru hanya mementingkan efonya sendiri
aleena
ahahaha jedag jedug tuh jantung
berarti pelakunya adalah Arion fix
aleena
klo Hamil gak ada bpk
berarti anak genderuwo/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
aleena
ahhaha
Jadi bener Arion yg bermalam sama Ranti, pasti manusia kutub itu tersinggung sebab dikatai Gay,
makanya dia langsung membuktikan pada ranti klo dia bukan Gay/Joyful//Joyful/
aleena
nah mau bilang ketemen temen malu karna itu aib,
gak bilang juga binging, semanga Ranti semoga segera hamil agar tau siapa pelakunya
aleena
nah siapa pelakunyaq
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!