Soraya Kusuma, Gadis Yang Akrab Di Sapa Raya Anak Dari Wijaya Kusuma Dan Naraya Sekar Sari, sejak Ia Lahir Hidupnya Sudah Penuh pantangan. Ada Beberapa Pantangan Yang Tidak Boleh Di Lakukan Oleh Raya Yaitu Pergi Ke Air Terjun.
Larangan Itu Sudah Di Beritahukan Oleh Ibunya Raya. Saat Usianya Genap Sepuluh Tahun.
Namun Saat Raya Menginjak Usia Sembilan Belas Tahun Ia Diam-Diam Pergi Ke Sebuah Curug Bersama Kedua Teman Nya. Karena Mereka Membangun Sebuah Komunitas Untuk Di Unggah Di Sosial Media Nya. Hanya Untuk Memecahkan Sebuah Misteri Yang Sudah Di percaya Oleh Ibunya.
"Yang Sudah Di Takdirkaan Akan terus Membersamai" Ujar Arya Narendra
Sosok Laki-Laki Tampan Yang Membuat Mata Raya Terazimat Saat Pertama Kali Melihat Nya.
( Sambungan Kisah dari Cinta beda Alam )
" Happy Reading "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Rasa Asam Dan Manis Lebih Mirip Seperti Ramuan Serbad. Raya Tertawa Suaranya Melengking Menatap Arya Dengan tatapan Hambar
Tiba-Tiba Kepala Raya Seraya Berdenyut Nyeri, Kantuk Itu Tiba-Tiba Saja Datang. Saat Raya Menguap Arya Tersenyum Simpul Ada Rasa senang terselubung Dalam Hatinya.
Raya Berjalan Sendiri Ke Arah Ranjang, Membaringkan Dirinya Disana, Arya Semakin Terseyum Puas, setelah memastikan Raya terlelap Arya Langsung Keluar Dari Kamar Raya Meninggalkan Raya Seorang Diri.
Arya Keluar Istana Menyusuri Hutan Dan Juga Lembah, Jalan nya melayang Begitu Cepat. Memasuki Sebuah Goa Yang Lembab Dan Juga Gelap.
Banyak Kelelawar Berterbangan Di Atas Kepala Arya, Namun Tampaknya Arya Sangat tenang. Semakin Berjalan Menyusuri Goa.
"Sendiko'Dawuh Yang Mulia" Arya menunduk, Tersipu Di Hadapan Sosok Petapa.
Seorang Petapa Seperti Sudah Nampak Sangat Ratusan Tahun, Bahkan Mungkin Sudah Ribuan tahun.
Perlahan Ia Membuka Matanya. "Bagaimana Apa Kau Berhasil?" Laki-Laki Petapa Mulai Membuka Matanya Menatap Sesosok Mahluk Bertanduk Di Hadapannya.
Laki-Laki Tampan yang Menyebut Dirinya Sebagai Arya kini telah Berganti Wujud, Dengan Wujud Yang Menyeramkan tubuh yang Penuh Dengan Kulit Kering Dan Bulu, Serta Kepala Bertanduk.
"Sudah Yang Mulia, Semua Sudah saya Laksanakan, tinggal Menunggu Waktunya Saja" ujarnya Sambil Terseyum Dengan Bibir yang Berbentuk Aneh.
Laki-Laki Petapa Terseyum Bangga, Saat Mengetahui Semua Pintu Gaib Telah Terbuka, Ia Menantikan Saat-Saat yang Sangat Lama Sudah ia Tunggu.
"Jaga Anak itu, ingat Jangan Sampai Kau Membuatnya terluka." Laki-Laki Petapa itu Kembali Memejamkan Matanya.
Sebelum keluar Dari GOA. Arya Kembali menganti Wujudnya Menjadi Pria Tampan. Yang Memiliki Senyuman Yang Menawan.
.
.
Bu Nara Langsung Menaruh Buburnya Di Meja, Ia Panik Memanggil Bibi Puspita Dan Juga Desta Namun Mereka Berdua Juga Ternyata Baru Pulang Dari pasar
Keduanya Bertambah panik Saat Mencari Raya dimana-mana, Namun Tidak Kunjung di Temukan.
"Memangnya Tadi Mba tinggal Kemana?" Bibi Puspita juga Nampak Panik.
"Tadi Raya Muntah, Terus Mba Insiatif Belikan Bubur Tapi pas Mba Datang Raya Sudah Tidak Ada Di Kamarnya" Ucap Bu Nara Nampak Cemas.
"Coba Sekarang Mba Telfon Maja Sama Tama, Barangkali Mereka Datang Terus bawa Raya Ke rumah Sakit" Bibi Puspita Berusaha Positif thinking.
"iyah-iyah..." Bu Nara Langsung Mengunakan Telfon Rumah Untuk Menelfon Maja, Maja Yang Panik Mendengar Kabar Raya hilang Ia Juga Langsung Menelfon Tama Dan Mereka Berdua Segera Datang Ke Rumah bu Nara.
"Lu Serius Ja Kalau Raya Hilang?" Ucap Tama Saat Mereka Berdua Sudah Duduk Di Atas Motor Menuju Rumah Bu Nara.
"Tadi Bu Nara Telfon Gua Ma, Mana Suaranya Kaya Panik Banget Lagi" Maja Juga Nampak Syok.
Tama Langsung Tancap Gas Menuju Rumah Bu Nara, Karena Hari Juga Sudah Larut Semakin Sore.
Motor Melaju dengan Cepat, Lima Belas Menit Mereka Sampai di rumah Bu Nara.
Nampak Nya Bu Nara Dan Bibi Puspita Sedang Berkeliling Rumah Mencari Keberadaan Raya.
"Bagaimana Bu Sudah Ketemu?" Sapa Tama Saat Sudah Sampai Di Hadapan Bu Nara.
Tidak Ada Jawaban Hanya Gelanggang yang Di Sertai. serta Mimik Wajah Yang Nampak Hampir Menangis Dan putus Asa.
"Coba Kalian Bantu Cari Yah, Kalian Kan Tahu Raya Indigo Dan Belakangan ini Raya Sering Di Ganggu Coba Kalian cari Di Kebun-Kebun Dekat Sini" Ujar Bibi Puspita pada Tama Dan Maja.
"iyah Bi..." Ucap kedua nya.
Mereka Berdua Langsung Mencari Ke Sekeliling Pekarangan Dan Juga Kebun Arah Hutan, Bu Nara Langsung Datang Kerumah Ustad Danu Karena Beliau mungkin Bisa Tahu Keberadaan Raya Sekarang Dimana?
Dengan Langkah Tergesa Bu Nara Berjalan Kerumah Bu Narti, Beruntung Bu Narti Sedang Berada Di Depan Rumahnya sedang Mengangkat Jemuran.
"Assalamualaikum Bu.." Sapa Bu Nara pada Bu Narti.
"Waalaikumsalam," Ucap Bu Narti Seraya Menoleh Ke Arah Bu Nara Yang Nampak Ngos-Ngosan.
"Ada Apa Bu? Ayo Duduk dulu?" Bu Narti Mempersilahkan Bu Nara Duduk.
"Tidak Usah Bu, Terimakasih Saya Datang Cuma mau Mencari Ustadz Danu. Ustadz Danu nya Ada?" Ucap Bu Nara Tampa Basa basi.
"Kebetulan Ustadz Danu nya Baru Saja Pergi?" Ucap Bu Narti Seraya Tersenyum Hangat.
Bu Nara Langsung Meneteskan Air Matanya. Tentu Saja Bu Narti Panik Ia Justru Takut Ada Salah dalam Berucap.
"Eh-Maaf Bu Nara Kenapa Nangis?" Serkah Bu Narti Seraya Mendekati Bu Nara.
"Raya Hilang Bu!" Tangisan Bu Nara Pecah, ia Tidak Percaya Baru Lima Belas Menit Di Tinggal Pergi Namun Raya Sudah Hilang Entah Kemana.
"Hah-Hilang!..." Bu Narti Tercengang, Ia Juga bingung Karena Tidak Percaya Raya Hilang.
"bu Nara Sudah Cari ke Seluruh Sudut Rumah? Atau Di Dalam Rumah?" Bu Narti Berusaha Mencairkan Suasana.
"Sudah Bu Tapi Tetap Ngak Ketemu" Tangisan Bu Nara Semakin Menjadi.
bu Narti Merasa Tidak Tega ia Langsung Memeluk Bu Nara Berusaha Menenangkan, "Kemarin Raya Kan Juga Sempat Kesurupan, Tapi Alhamdulilah nya Ustadz Danu Bisa Menyandarkan Raya." Ucap Bu Nara Dengan Nada Yang Sesenggukan.
"Yah Sudah Kita coba Cari ke Rumah Lagi Yah Bu, Soalnya Saya Juga Ngak Tahu Danu Kapan Pulang nya. Soalnya Dia Ziarah Sekalian Sowan Ke Guru Lama Nya Waktu Mondok pertama" ujar Bu Narti, Sambil Membantu Bu Nara Beranjak Dari Duduk Nya.
Bu Nara Menjadi pusat perhatian Bagi Tetangga Dekat, di Rumah Bibi Puspita Juga Sudah Pucat Pasi. Karena Mencari Raya Kemana-Mana.
Nampaknya Tama Dan Maja Juga Sudah Berkeringat Padahal Hari Sudah Larut Sore, Namun Rasa Lelah Mencari Nara Tetap Ia Lakukan.
"Gimana Ketemu?" Ucap Bu Nara Sambil Melihat Mereka Semua
Semuanya Memasang Raut Wajah panik, "Puspita Kemana Perginya Raya?" Tiba-Tiba Tubuh Bu Nara Lemas, Kemudian ia Jatuh Pingsan
Semua Yang Melihat Langsung Panik, Tama Dan Maja Langsung Sigap Membantu Bu Nara Membawanya masuk Kedalam.
.
.
Raya Terbangun Dari Tidurnya. Menguap Sambil Duduk Di Atas ranjang Rasanya Badannya Seperti Sehabis Di pijat, tenggorokan Nya Lega Menghirup Wangi Bunga Dan Juga Udara Segar Karena Jendela Arah Balkon Terbuka.
Raya Menyibakan Selimut, Berjalan Seolah Tampa Beban, Bahkan Sama Sekali ia Merasa Hilang Ingatan. Lupa Rumah, Lupa Kehidupan Nyatanya Sebagai Seorang Indigo, Bahkan ia Lupa Ibunya. Hanya Namanya Lah Yang Sekarang ia Ingat.
Raya Masih Nyaman Duduk Di Balkon Menghadap Pemandangan Indah Yang membuat Matanya Sesekali terpejam.
Saat Raya Sedang Bersantai Seorang Dayang Mengetuk Pintu Kamarnya Mengantarkan Makanan Dan Buah-Buahan untuk Raya.
"Sendiko'Dawuh Tuan Putri" Ucap Sang Dayang Memasang Senyum Manis.
Beberapa Dayang Ada Yang Membukakan Pintu Dan Ada Juga Yang Membawa Nampan ke Arah Balkon.
Raya Tersenyum Manis Saat Di Layani Oleh Para Dayang Dengan Ramah Dan Sangat Baik.
Visual Raya Saat Berada Di Balkon Istana