Kayla Ayana, seorang karyawan di sebuah perusahaan besar terpaksa menerima tawaran untuk menikah kontrak dengan imbalan sejumlah uang.
Ia terpaksa melakukan ini karena ia harus bertanggung jawab atas biaya rumah sakit seorang wanita yang mengalami kelumpuhan akibat tertabrak sepeda motor yang ia kendarai.
Tapi siapa sangka, ia yang dinikahi dengan alasan untuk menepis isu negatif tentang pria bernama Kalandra Rajaswa malah masuk terlalu jauh dalam kerumitan keluarga yang saling berebut warisan dan saling menjatuhkan.
Pernikahan kontrak diantara keduanya bahkan sempat dicurigai oleh anggota keluarga Kalandra.
Akankah Kayla dan Kalandra mampu menyembunyikan fakta tentang pernikahan kontrak mereka?
Akankah cinta tumbuh diantara konflik-konflik yang terjadi?
Ikuti kisah Kayla dan Kalandra di Istri Bar-Bar Sang Pewaris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fie F.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Bersiaplah
Kalandra duduk di meja kerjanya yang berada di dalam kamar. Sementara Kayla duduk di sofa sambil menonton televisi.
Kejadian pagi menjelang siang tadi, dimana keduanya mulai di curigai oleh Riana dan Gia membuat mereka tetap berada di dalam kamar. Mereka hanya turun untuk makan siang dan makan malam saja.
"Besok aku akan ke kantor!" ucap Kalandra tanpa menatap Kayla.
Kayla diam sejenak lalu bibirnya mencabik kesal. "Mengapa kamu tidak libur saja selama seminggu?" pertanyaan sekaligus sindiran yang keluar dari mulut Kayla.
"Minimal temani aku di rumah ini."
Kalandra menyeringai. "Kalau aku terlalu lama libur, bisa-bisa karyawanku bekerja sesuka mereka."
"Lalu, bagaimana dengan pekerjaanku yang sudah pasti menumpuk?" tanya Kayla.
"Bisa-bisa aku akan lembur setiap hari saat aku bekerja nanti."
"Katakan padaku jika Jendra memberimu banyak pekerjaan!"
"Aku bukan tukang adu!" Balas Kayla cepat. "Lagi pula, aku tidak ingin urusan pribadi dicampur adukkan dengan urusan pekerjaan!"
Kalandra menatap Kayla yang juga sedang menatapnya. "Atau kamu bekerja saja di kantorku?"
Kayla menggeleng. "Aku tidak mau!"
"Mengapa?" tanya Kalandra. "Bukankah menjadi hal biasa saat seorang istri bekerja di perusahaan suaminya."
Kayla mengerutkan kening. Ucapan Kalandra terdengar sedikit aneh. "Kamu ingat kan, kalau kita cuma suami istri pura-pura?"
"Tentu aku ingat itu, Kay!" jawab Kalandra cepat.
"Dan di kantor, kamu dan aku akan bersikap profesional. Sebagai bos dan bawahan."
"Jadi, kita tidak perlu berperan sebagai suami istri."
"Dan kamu akan terus dekat denganku sehingga mama dan Gia tidak terus mencurigai kamu ataupun mencari tahu banyak hal tentang kamu."
Kayla berfikir sejenak. "Ku rasa itu lebih beresiko karena karyawan kamu akan curiga melihat kita yang terlalu profesional."
"Dan aku tidak ingin karyawan kamu kepo tentang kehidupanku."
"Pasti mereka akan mencari tahu, wanita seperti apa yang akhirnya kamu pilih sebagai istri."
"Mereka pasti juga ada yang berfikir bahwa pernikahan ini untuk menutupi gosip yang sempat beredar."
Kayla kembali menggeleng. "Ku rasa bekerja di perusahaan kamu adalah pilihan yang salah."
"Aku akan tetap bekerja di perusahan Pak Jendra. Disana aku punya teman dan aku sudah sangat mencintai perusahaan yang selama ini menjadi tempatku menggantungkan hidup."
Kalandra mengangkat bahunya. "Terserah padamu saja."
Kayla mengusap dagunya dengan ibu jari. Kali ini ia memikirkan hal lain demi menutup rapat mengenai pernikahan mereka.
"Ku rasa kita harus lebih romantis tapi tetap natural. Jangan terlihat seperti acting," ucap Kayla. "Aku yakin mereka akan terus mencari tahu."
"Aku setuju!" Kalandra berdiri dan mendekati Kayla.
"Mau apa?" tanya Kayla sedikit berdebar karena tiba-tiba pria itu berjalan mendekat.
Tanpa menjawab, Kalandra duduk di samping Kayla.
"Kamu mau apa?" tanya Kayla was-was. Takut jika Kalandra macam-macam padanya.
"Aku cuma ingin duduk," jawabnya.
"Soal rencana kamu, sepertinya aku setuju sekali."
"Kita harus lebih natural lagi."
"Karena cepat atau lambat, Oma akan datang dan dia akan mencari tahu hubungan kita."
"Oma?" Kayla mengerutkan kening.
"Ya, Oma. Mamanya almarhum papaku," jawab Kalandra.
"Jadi, aku punya oma yang tinggal di luar negeri bersama pamanku. Dan dia tidak bisa hadir di pernikahan kita karena cuaca buruk."
"Nah, Oma ini orangnya lebih cerdas, lebih peka dan sangat teliti."
"Jadi, kita perlu berhati-hati."
Kayla berfikir sejenak. "Kira-kira oma ada di kubu mana? Di kubu kamu atau mama kamu?"
Kalandra tersenyum lebar. "Dia di kubu kita."
"Tapi dia juga sayang pada Reyga."
Kayla mengehela nafas lega. Karena sepertinya Oma akan lebih mudah ia atasi.
"Jangan senang dulu, karena itulah Oma akan mati-matian mencari tahu mengenai kita."
Kayla tersenyum kecut. "Aku minta bayaranku didoble tiap bulan!"
Kalandra membulatkan matanya. "Kita sedang bahas Oma, tapi kamu malah bahas bayaran?"
"Ternyata tugas ini tidak semudah yang ku bayangkan!" Kayla memijat keningnya.
"Aku harus bisa berperan sebagai istri. Menangani mama mertua yang seperti itu. Menghadapi Gia yang terlalu angkuh dan dengan gamblang mengibarkan bendera perang."
"Dan ditambah lagi dengan datangnya oma kamu?"
"Belum lagi, aku harus tidur di lantai."
"Oh Tuhan! Aku harus perawatan mahal setelah ini. Kerutan di wajahku bisa bertambah sepuluh kali lipat, Pak!" Kayla memegang pipinya.
Kalandra tertawa keras. "Hahahah... Kamu tidak akan setua itu, Kay!"
"Karena sekali kamu bisa mengambil hati Oma, jangankan perawatan mahal, pakaian branded, emas, berlian, mobil mewah, pasti bisa kamu dapatkan."
Kayla membulatkan mata. "Oma kamu sekaya itu?" Tanya Kayla tak percaya karena tak menduga wanita yang ia perkirakan berusia diatas tujuh puluh tahun itu bisa memberikan semua itu padanya.
Kalandra tertawa lagi. Ia mendorong kening Kayla dengan telunjuknya karena wajah gadis itu sangat lucu.
"Isshh!" Kayla memukul tangan Kalandra. "Dilarang kontak fisik jika tidak diperlukan!"
Kalandra tertawa. "Aku terpaksa karena wajah kamu sangat lucu."
Kalandra memegang perutnya yang mulai terasa sakit. Dia berhenti tertawa dan menatap Kayla yang sepertinya mulai kesal.
"Oma itu, desainer ternama."
"Ia punya sebuah brand yang sudah... ehmm... bisa dikatakan sukses lah!"
"Jadi, jangan menyepelekannya!"
"Bagaimana bisa beliau berkarir disana?" tanya Kayla penasaran.
"Kamu bisa tanyakan langsung padanya. Oma akan membagi ceritanya padamu, jika kamu dianggap pantas menjadi cucu menantunya."
Kayla menggaruk keningnya. Pantas atau tidak, ku rasa percuma saja. Karena hubungan ini hanya pura-pura.
"Oke! Itu tadi tentang oma. Sekarang, beritahu aku rahasia mengenai mama kamu dan Gia. Setidaknya aku memegang satu rahasia atau mungkin aib mereka."
"Kalau bisa akan ku cari tahu dan ku gunakan sebagai kartu As ku demi menjaga diriku sendiri dan mempertahankan pernikahan ini sampai tahun depan."
Kalandra berfikir sejenak. "Sebenarnya ini bukan rahasia sih, tapi mungkin kamu belum tahu."
"Dulu mama pernah selingkuh dan itu menjadi penyebab tidak harmonisnya lagi hubungan mama dan papa."
"Aku tidak bisa menceritakan secara detail, karena aku sendiri tidak begitu mengerti tentang apa yang terjadi."
Kayla mengangguk. Tampak jelas binar kesedihan dimata Kalandra. Ia menebak, kejadian itu pasti menimbulkan luka hingga pria di depannya ini tidak ingin cerita.
"Dan Gia. Dia sebenarnya menyukaiku."
Kayla tak terkejut lagi. Benar dugaanku. Berarti pagi tadi dia memang sedang mengagumi kemolekan tubuh Kalandra.
"Entah itu benar atau tidak, tapi dia mengaku seperti itu."
"Lalu mengapa dia akhirnya menikah dengan Reyga?" tanya Kayla.
Kalandra tertawa pelan. "Reyga terkena jebakan mama."
"Intinya, mereka berniat menjebakku bersama Gia, tapi yang masuk jebakan malah Reyga."
"Waktu itu ada acara makan malam untuk merayakan ulang tahun papa. Dan mereka malah terjebak di kamar. Dan sialnya diketahui oleh hampir seluruh tamu undangan termasuk orang tua Gia."
"Akhirnya, orang tua Gia menuntut agar Reyga menikahi Gia."
"Dan herannya hubungan mereka malah bertahan sampai setahun ini."
Kayla cukup terkejut dengan fakta yang ia dengar. Ia rasa, informasi ini cukup untuknya.
Kalandra mengambil ponselnya di saku celana.
"Sebentar, ada pesan."
Ia membaca pesan masuk dan ia menghela nafas panjang.
"Besok Oma tiba di Indonesia! Jadi, bersiaplah!"
mlhan marH dia