NovelToon NovelToon
Miranda Anak Yang Disisihkan

Miranda Anak Yang Disisihkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni / Cintapertama
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

bagaimana jadinya kalau anak bungsu disisihkan demi anak angkat..itulah yang di alami Miranda..ketiga kaka kandungnya membencinya
ayahnya acuh pada dirinya
ibu tirinya selalu baik hanya di depan orang banyak
semua kasih sayang tumpah pada Lena seorang anak angkat yang diadopsi karena ayah Miranda menabrak dirinya.
bagaimana Miranda menjalani hidupnya?
simak aja guys
karya ke empat saya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kamu pulang mas

Lena melampiaskan seluruh kekesalannya dengan membanting apa pun yang ada di kamarnya. Barang-barang berserakan, beberapa tergeletak dalam keadaan rusak. Nafasnya memburu.

“Kenapa dia bahagia,” gumam Lena dengan nada marah.

Tok.

Tok.

Tok.

Ketukan pelan terdengar dari luar.

Dengan langkah malas, Lena membuka pintu. Di ambang pintu berdiri Miranti yang langsung terkejut melihat kondisi kamar.

“Kenapa dengan kamu, Nak,” tanya Miranti sambil menyapu pandangan ke seluruh ruangan.

“Aku kesal, Mah. Kesal,” balas Lena ketus sebelum kembali masuk.

Miranti mengikuti dari belakang. “Astaga, Lena. Kalau kamu kesal jangan menghancurkan barang. Bagaimana pandangan Handoko nanti. Kamu harus terlihat baik dan menyenangkan.”

“Kenapa, Mah. Kenapa dia selalu unggul dariku. Aku sudah berhasil membuat satu rumah benci sama dia, tapi di luar sana dia tetap bahagia. Kenapa tidak dibunuh saja sekalian,” ucap Lena sambil mencengkeram rambutnya.

“Siapa yang dibunuh.”

Sebuah suara muncul tiba-tiba. Lena dan Miranti menoleh bersamaan. Entah sejak kapan Amir berdiri di ambang pintu.

“Kami sedang membahas film Korea. Kenapa antagonisnya tidak dibunuh,” jawab Miranti cepat, berusaha menutupi.

“Oh begitu,” sahut Amir datar. Tatapannya beralih ke dalam kamar. “Kenapa kamar kamu berantakan sekali, Lena. Kamu habis melampiaskan amarah, ya.”

“Tadi Lena jatuh, Mir. Jadi berantakan seperti ini,” tanggap Miranti, kali ini dengan suara yang lebih ringan.

Amir terdiam cukup lama. Wajahnya menunjukkan jelas bahwa ia tidak percaya. Kamar yang acak-acakan seperti itu bukan akibat seseorang jatuh.

“Aku hanya ingin memperingatkan kamu,” ujar Amir akhirnya. Suaranya rendah tetapi penuh tekanan. “Berhenti mengganggu Miranda. Aku sudah tahu semuanya dari Leo. Kamu yang membayar Leo untuk mengganggu Miranda. Ingat, Miranda sekarang menantu keluarga Baskara. Kalau kamu ceroboh dan terus mengusiknya, bukan hanya kamu yang hancur. Kita semua akan ikut hancur.”

“Apa-apaan kamu, Amir.”

Suara Amar terdengar dari belakang Amir. Ia melangkah masuk dengan wajah kesal. “Kenapa kamu mengancam Lena.”

Amir menoleh pada Amar. “Gua hanya mengingatkan dia untuk tidak mengganggu Miranda. Miranda sekarang menantu keluarga Baskara. Kalau Lena terus berbuat ceroboh, bukan cuma dia yang kena. Kita semua akan rusak.”

Wajah Amar memerah menahan emosi. “Tapi tidak seharusnya kamu bicara sekeras itu kepada Lena.”

“Bagian mana yang keras,” balas Amir tegas. “Bahkan kamu dan aku pernah menampar Miranda. Adik kita. Adik sedarah kita, kalau kamu lupa.” Setelah itu Amir berbalik dan pergi meninggalkan mereka.

Lena terlihat mulai berkaca-kaca. Napasnya tersengal, menahan tangis agar tidak pecah.

Amar segera menghampirinya lalu memeluknya erat. “Maafkan Amir, Lena. Jangan diambil hati,” ucapnya lembut.

Sementara itu, Miranti hanya memandangi punggung Amir yang menghilang di balik pintu. Tatapannya tajam, penuh kejengkelan yang ditahan. Dalam hatinya ia bergumam, “Kurang ajar kamu, Amir.”

..

Rian menatap ponselnya untuk kesekian kali.

“Kenapa dia tidak memberi kabar. Kurang ajar sekali dia,” gumamnya kesal.

Ia meletakkan iPad lalu memutar pulpen di jarinya.

Sesekali ia melirik kembali ke layar, berharap ada pesan dari Miranda, namun tetap kosong.

“Mau dihukum rupanya dia,” gerutunya pelan.

Rian mencoba fokus pada monitor di hadapannya.

Namun matanya tetap sering melirik iPad, dan ia kembali kecewa.

“Masak aku harus mengirim pesan duluan,” desisnya.

Tak lama kemudian ponselnya berbunyi.

Ia langsung meraihnya cepat.

“Kenapa kamu baru menghubungiku. Bukankah sudah kubilang untuk memberi kabar setiap satu jam,” tegur Rian tegang.

“Sayang, kenapa kamu jadi cerewet.”

Rian menjauhkan ponselnya dan melihat nama penelpon.

Ternyata bukan Miranda, tetapi Audy.

“Ada apa,” tanya Rian datar.

“Sayang, perusahaan kamu dalam bahaya,” ucap Audy dengan nada dibuat cemas.

“Kenapa. Perusahaanku baik-baik saja.”

“Itu karena kamu tidak ada di kantor. Makanya kamu tidak tahu.”

“Maksud kamu apa,” tanya Rian mulai gelisah.

“Hampir semua sepupu kamu dipecat sama mamah kamu,” adu Audy.

Rian terdiam sejenak.

“Kenapa mamah sampai memecat mereka.”

“Itu karena istri ingusan kamu. Dia mengadu macam-macam ke mamah kamu. Akhirnya semua sepupu kamu dipecat. Kamu tahu mereka memegang program penting. Kalau mereka hilang bagaimana nasib perusahaan kamu,” ucap Audy menekan.

Rian menghela napas panjang.

“Baiklah. Aku pulang sekarang. Besok pagi aku sudah di Jakarta.”

“Iya. Kamu harus pulang. Kalau tidak perusahaan kamu bisa berantakan.”

“Terima kasih informasinya,” ucap Rian sebelum menutup panggilan.

Ia lalu menelpon Reza.

“Ayo kita pulang,” ujarnya dingin.

“Baik, Tuan Muda,” jawab Reza.

...

Di sebuah klub malam, Audy tampak sumringah bersama para sepupu Rian yang baru saja dipecat.

“Tenang saja. Rian pasti membela kalian. Besok datang saja ke rumah Baskara,” ucap Audy yakin.

“Wah kamu hebat, Audy,” puji Mira.

“Kamu memang yang paling cocok dengan Rian,” sambung Claudia.

Audy tersenyum puas sambil mengangkat gelas.

“Besok kalian tinggal pojokkan saja Miranda itu. Kalau aku jadi istri Rian, aku beri kalian bonus besar.”

Malam itu mereka berpesta seolah masa depan Miranda sudah benar-benar hancur di hadapan mereka

..

Dini hari Rian tiba di rumah Baskara, sebuah hal yang jarang ia lakukan. Ia langsung menuju kamar Miranda. Istrinya itu sedang tertidur tenang, wajahnya lembut diterangi lampu redup.

“kamu sudah membuatku masalah, Miranda. Akan kuhukum kamu,” gumam Rian dengan suara rendah.

Ia masuk ke kamar mandi. Gemericik air membuat Miranda terbangun perlahan. Ia mengusap mata dan tersenyum kecil.

“ah, suamiku sudah pulang rupanya,” bisiknya.

Miranda segera bangun lalu menyiapkan baju tidur Rian. Tak lama kemudian Rian keluar dari kamar mandi. Ia mengambil pakaian yang Miranda siapkan.

“minum dulu sayang,” ujar Miranda sambil menyodorkan segelas air.

Rian duduk tanpa ekspresi. Ia meneguk minumannya lalu menatap Miranda dengan tajam.

“kamu bicara apa saja dengan mamah sampai mamah memecat hampir semua sepupuku,” tanyanya dengan nada dingin.

Miranda mengangkat wajah. “mereka menghinaku dan aku tidak pernah mengadu ke mamah. Itu keputusan mamah sendiri.”

Rian mendekat. Tatapannya semakin menusuk. Miranda merasakan jantungnya berdebar, namun ia mencoba tetap tegak. Ia tidak ingin terlihat lemah.

Rian mencengkeram dagu Miranda. Cengkeramannya tidak kasar, tetapi penuh tekanan. “terus kenapa kamu begitu bandel denganku.”

“aku yang dibully kok aku yang dibilang bandel,” balas Miranda lirih.

Tanpa peringatan, Rian memajukan wajahnya dan mencium Miranda dalam. Ciuman itu panjang dan menekan, hingga Miranda hampir kehilangan napas. Saat Rian melepaskan bibirnya, Miranda terengah.

“kamu menciumku,” gumam Miranda sambil menyentuh bibirnya sendiri.

“itu hukuman karena kamu bandel,” jawab Rian datar.

“kenapa aku yang disalahkan. Mamah yang memecat mereka, bukan aku,” protes Miranda.

“kamu tidak patuh padaku,” ucap Rian.

“bagian mana yang tidak patuh,” tanya Miranda heran.

Rian menghela napas keras. “ternyata kamu memang tidak menganggapku. Aku sudah bilang kabari aku setiap satu jam sekali. Kenapa kamu tidak melakukannya. Apa kamu sibuk berkencan dengan Yoga.”

Miranda menggaruk kepala sambil nyengir malu. “maaf, aku lupa.”

Rian berdiri sambil menatap dingin. “perhatian kamu terus ke Yoga sampai lupa suamimu sendiri.”

Ia duduk di tepi ranjang. Miranda menatapnya, bingung harus bersikap bagaimana.

“kenapa kamu berdiri di situ. Mau menjaga aku sampai pagi,” ujar Rian sinis.

Miranda langsung naik ke ranjang dan duduk di sampingnya. “aku mau tidur juga lah.”

Keheningan jatuh di antara mereka.

“apa karena sepupu kamu dipecat kamu pulang cepat, mas,” tanya Miranda.

“mereka memegang posisi penting. Perusahaanku bisa goyah kalau tidak ada mereka.”

Miranda menatapnya. “berarti manajemen perusahaan mas belum mapan.”

Rian mengernyit. “maksud kamu apa.”

“manajemen yang mapan itu tetap berjalan walaupun orangnya berganti. Sistemnya yang bekerja, bukan manusianya,” ucap Miranda tenang.

Rian diam sesaat lalu berkata, “aku tidak percaya omongan orang yang nilai ijazahnya rendah.”

Perkataan itu membuat Miranda menunduk. Ia memunggungi Rian, memilih menghindari diskusi.

Beberapa menit berlalu. Tiba-tiba Miranda merasakan lengan besar melingkarkan pinggangnya. Tubuh Rian menempel di belakangnya.

“diam. Aku butuh tidur tenang. Jangan pergi sampai aku bangun,” tutur Rian dengan suara berat.

Napas Rian hangat di tengkuknya. Miranda menelan ludah. Dada Miranda berdebar keras hingga ia takut Rian bisa mendengarnya. Rian menghirup aroma tubuh Miranda beberapa kali, lalu akhirnya tertidur pulas. Anehnya, napasnya terdengar jauh lebih teratur dibanding saat ia di Surabaya.

Miranda hanya bisa terbaring, menatap gelap ruangan. Ia tahu hubungan mereka rumit, tetapi anehnya ia tidak merasa ingin menjauh. Malam itu, jarak di antara mereka menghilang, seolah dunia hanya menyisakan dua detak jantung yang saling berburu.

1
Anonymous
Jahan digantung ceritanya💪💪💪💪💪
partini
Bege Rian 😡
partini
super wow mamer 👍👍👍
Kakak ga punya akhlak
Lili Inggrid
lanjut
Ara putri
masih nyimak,
partini
mamer badass,,ajari mantumu biar Badas juga aihhh TK kira sisi lain nya bakal like queen mafia ehhh masih melempem
partini
Rian emang bego
partini
hemmm
Ara putri
udh sedih diawal. tiba bab ini malah gk jadi sedih
Ara putri
aku nangis bacanya tor
partini
love it
partini
pak CEO kalau artis dewasa tuh mereka ada sex scan itu real gaimana mau virgin dihhh ledhoooooooooo Weh weh
partini
sehhh artis lendir man dan Rian bilang itu wajar 🙄🙄🙄🙄 betul" something wrong with his mine CEO mau lobang bekas hee Rian adanya mah beli yg masih segel lah ,,Miranda tunjukan taringmu like queen mafia
partini
🙄🙄🙄🙄 lah siapa kamu bilang tidak sah dasar OON
partini
lah kamu aja ga perduli
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
partini
mama Karin ternyata temennya mama nya Miranda wah 👍👍👍👍
mma Karin be smart dong selangkah di depan dari anak CEO 1/2ons yg masih cinta masalalu nya
partini
biar aja dia nunggu dia kan CEO 1/2 ons 😂😂😂,kalau dia smart bisa cari tau dia di sana ngapain aja tapi itu tidak mungkin
partini
tenyata Miranda polos tapi mematikan 👍👍👍👍👍 very good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!