Raisa cukup kaget saat mertuanya menyurunya menjadi ibu susu keponakannya sendiri anak dari adik suaminya. apakah Raisa menyetujuinya atau menolaknya?..
*******************************
"milikmu enak sekali beda jauh dengan milik istriku" pujinya kala milik mereka telah menyatu, membuat wanita yang dibawahnya tersenyum bangga " aku ingin setiap hari kita melakukan ini" ucapannya lagi sambil mulai menggoyangkan pinggulnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon myabra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2
"sudah-sudah ini dimeja makan, kita mau makan. Bukan mau mengobrol dan saling menyalahkan " tegas Arya karena dia paling tidak suka ada ketegangan dimeja makan. Sedangkan Talita dan Arga tidak bicara apapun karena mereka tahu peraturan dimeja makan apa.
Raisa yang sudah selesai menyuapi putra dan putrinya segera menuju meja makan. Nampak Semua orang sudah hampir selesai menikmati makanannya.
" Raisa lain kali beri anak-anakmu makan sebelum jam makan, agar kamu bisa ikut makan bersama kami" nasehat Arya. "Iya.. pah, mah maafin Raisa, nanti Raisa usahakan agar anak-anak diberi makan lebih awal" ucapnya. Yang Diangguki oleh Arya. Dan akhirnya mereka semua selesai makan meninggalkan Raisa sendiri dimeja makan .
"Mah pah kami sudah memutuskan untuk mengambil baby sitter buat jaga Ameera, kasian mbak Raisa jaga anak-anak sendirian " ucap Arga, yang melihat Raisa seperti kerepotan menjaga tiga anak sekaligus
" Untuk apa kalian mengambil baby sitter?, buang-buang duit saja. Kan sudah ada mama, Raisa dan Talita" tolak Tantri karena dia masih mampu menjaga cucu-cucunya.dan lebih baik duit mereka ditabung untuk masa depan anak-anak mereka kelak.
"Sebenarnya lita, mau kembali bekerja mah, jadi lita mau Ambil baby sitter buat bantu mbak Raisa jagain Ameera, biar mbak Raisa hanya memberikan ASI saja dan pokus nya mbak Raisa sama Rangga dan angel. kan sebentar lagi Rangga masuk paud" Ujar Talita memberikan alasan yang menurutnya tepat .
" Bukankah Arga bilang kamu mau Resign setelah melahirkan?" Tanya Arya
Sebenarnya Arga ingin Talita berhenti kerja cukup dia saja yang bekerja, agar Talita lebih pokus mengurus rumah tangga. Arga pikir setelah mereka punya anak istrinya itu mau berhenti kerja dan memilih tinggal dirumah. Arga membayangkan saat dia pulang kerja ada yang menyambutnya didepan rumah. tapi Talita tidak mau. Dan Arga pun tidak bisa memaksakan kehendaknya.
"seharusnya kamu bangga karena istri kamu itu mau membantu suami cari di duit. Jarang ada istri yang mau membantu suami.. adanya juga istri yang ngabisin duit suami." Ujar Angga melirik ke arah Raisa. Membuat Raisa menahan nafas mendengar ucapan suaminya. " dan posisi istri kamu dikantor itu enak, dan kerjanya juga gak cape hanya duduk doang kok di sana. dia itu pintar, cantik paket komplit. kamu itu beruntung mendapatkannya"ujar angga memuji Talita wanita yang sempurna. Angga terang-terangan memuji Talita didepan semua orang dan seperti merendahkan martabat istrinya.
Arga melihat kearah Raisa tapi wanita itu diam saja, entah apa yang wanita itu pikirkan yang pastinya dia pasti merasakan sakit tak berdarah mendengar ucapan suaminya yang memuji istri orang lain. " Bukankah mbak Raisa lebih luar biasa.. dia pandai mengurus anak-anak dan suaminya " ucap Arga memuji Raisa membuat Raisa mendongakkan kepalanya menatap kearah Arga. "Ckk.." decak Angga tidak suka jika istrinya ada yang memuji.
Dua bulan sudah berlalu. Talita sudah mulai masuk kerja, kesibukannya menguras tenaga dan pikiran. Setiap pulang kerumah dia tidak sempat mengurus anak dan suaminya. Talita membiarkan bayinya tidur dengan baby sitter dikamar bawah bersama dengan anak-anak Raisa. " Mas Minggu depan aku mau daftarin Rangga ke paud, jadi aku butuh uang untuk membeli seragam dan keperluan lainnya" ujar Raisa kepada Angga yang baru keluar dari kamar mandi. Membuat Angga langsung melempar handuk Basah ke wajah Raisa. Perlakuan Angga membuat Raisa tersentak kaget, walaupun suaminya itu sudah biasa melakukannya, tetap saja. " Kamu itu taunya duit, duit, duit aja, gak tau suami capek apa?" Ujarnya padahal pria itu sudah pulang dari tadi sore dan sudah sempat istirahat tadi.
Raisa tidak mengerti kenapa suaminya itu selalu darah tinggi kalau berbicara dengannya. Tapi jika bicara dengan adik iparnya suaranya lembut penuh dengan pujian. Raisa langsung memungut handuk yang dilemparkan tadi dan langsung menaruhnya di sampiran yang ada di kamar mandi. Setelah selesai menjemurnya Raisa langsung pergi keluar kamar, dan berpasangan dengan Arga yang ingin menuruni anak tangga. Raisa menurunkan wajahnya saat tatapan matanya bertemu dengan mata coklat Adik iparnya.
Arga segera menuruni anak tangga. Sedangkan Raisa tidak segera turun dia ingin menormalkan perasaannya dulu. Sebelum menuruni anak tangga. " Mbak Raisa" panggil Arga saat melihat wanita itu menghampiri anak-anak, membuat Raisa menoleh terlihat matanya sedikit sembab karena habis menangis. " Ah..iya Arga ada apa?" Tanyanya saat Arga mendekatinya. Padahal adik iparnya itu jarang sekali malah tidak pernah berkomunikasi dengannya. Tapi tumben adik iparnya itu mau menyapa. " Ini buat anak-anak" Arga memberikan sebuah amplop yang sudah bisa ditebak isinya adalah uang. " Tidak perlu arga" tolak Raisa dia tidak bisa menerimanya. Merasa tidak enak "ini untuk anak-anak bukan untuk mbak" paksa Arga, karena dia tidak sengaja tadi mendengar percakapan kakak dan kakak iparnya walaupun samar-samar tapi yang bisa ia tangkap, kakak iparnya itu sedang membutuhkan uang.
Setelah memberikan amplop itu, Arga langsung pergi karena ada urusan.
Raisa bersyukur karena sekarang dia sudah memegang uang untuk mendaftarkan putranya masuk ke PAUD.
Akhirnya Rangga sudah mulai masuk PAUD. Kesibukan Raisa makin hari semakin bertambah .
"Mamah ko papa jarang main sama Kaka dan ade? apa papa sudah tidak sayang sama kita lagi" Tanya Rangga anak pertama Raisa. Membuat Raisa yang sedang menyusui Ameera putri Arga. beralih menatap kearah putranya . "Ko.. kakak ngomong kaya gitu? papa kan kerja. lagian kan ada mama nemenin Kaka sama Ade main" ujar Raisa sambil mengelus kepala putranya, membuat anak empat tahun itu menyandarkan kepalanya kepangkuan Raisa. Memang benar belakangan ini Angga seperti tidak ada waktu untuk mereka, walaupun ada waktu Angga lebih memilih keluar berkumpul bersama teman-temannya.
" Tapi mah.., papa lebih suka main sama Tante lita, dari pada main sama kita" ujar bocah itu kembali. Masih dengan posisi bersandar dipangkuan Raisa, membuat Raisa mengerenyit heran. Karena penasaran dia mulai bertanya kepada putranya itu. Dia tau pasti putranya itu mengetahui sesuatu.
" Ana" panggil Raisa kepada baby sitter Ameera, karena Ameera sudah mulai tertidur. " Iya.. bu Raisa ada apa? " ucap sitter " tolong tidurkan Ameera dikamarnya" perintahnya. Karena dia ingin bicara dengan putra sulungnya.
"Baik Bu" ucap ana langsung membawa Ameera kekamar.
" Sini sayang anak mama paling ganteng" Raisa mengelus-elus kepala putranya sebelum dia bertanya lebih lanjut. " Kaka boleh mama tanya sesuatu?" Ucap Raisa sambil mengecup pipi putranya. Diangguki oleh Rangga " mama mau tanya apa?" Jawab Rangga sambil mengecup pipi Raisa. Walaupun sedikit ragu akhirnya Raisa pun bertanya " Kaka kan lihat papa sama Tante lita main..? papa sama Tante lita memangnya main apa?" Tanya Raisa sambil tersenyum, sedangkan Rangga menatap Mamanya dulu sebelum bicara. " Main sayang-sayangan.." ucapnya polos. Mendengar itu Raisa cukup terkejut dengan ucapan polos putranya.
" Oh main sayang-sayangan, apa seperti ini?" Tanya Raisa sambil memperaktekan nya. Mencium pipi Rangga. Rangga menggeleng " bukan kaya gitu mah" ucapnya. Membuat tenang hati Raisa yang tadi penuh gemuruh " lalu bagaimana" tanyanya lagi sambil mencubit gemas pipi putranya. " Seperti ini mah" Ujarnya sambil meremas dada Raisa dan mencium bibir Raisa, membuat Raisa seketika kaku seperti batu.