Clara, seorang dokter cantik yang bertugas di sebuah rumah sakit swasta harus menghadapi seorang pasien yang sangat menyebalkan.
Pasien ini membuat keributan di ruangannya pasca siuman setelah menjalani operasi pengangkatan sebagian jaringan hatinya yang rusak.
Robert Kingston seorang mafia kejam yang tiba-tiba harus berhadapan dengan seorang dokter yang sama sekali tidak takut dengannya.
Bahkan dokter perempuan itu berani mendebatnya dan sampai memukul lengannya saat wanita itu ingin mengganti perban bekas luka operasinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DCMMK. 14
Clara di bawa ke rumah yang tidak pernah dia datangi sebelumnya. Untuk pertama kalinya dia melihat sebuah rumah yang megah. Rumah ini adalah milik Robert.
"Ayo, turun." ucap Robert ketika mereka sudah sampai di rumahnya.
Sementara Clara sendiri masih menatap ke sekelilingnya. Dia melihat rumah yang berwarna gelap di sana.
"Rumah apa ini? terlihat seperti rumah hantu!" ucapnya yang membuat Robert terkejut bukan main.
Apa kata calon istrinya ini? Rumah hantu?
"Apa katamu?" ulang Robert ketika mendengar apa yang Clara katakan tentang rumahnya.
"Apa? memangnya aku mengatakan apa?" jawabnya yang berpura-pura tidak tahu padahal dia tahu apa yang dimaksud oleh laki-laki itu.
"Kamu mengatakan bahwa rumahku tersebut seperti rumah hantu. Apa kamu tidak tau jika rumah ini-"
"Mana aku tau! lagi pula kenapa harus memilih rumah yang berwarna hitam. Masih ada rumah yang memiliki warna indah lainnya bukan? seperti putih atau cream. Itu akan terlihat lebih indah dan lebih lembut. Sayang sekali rumah ini berwarna hitam, terlihat seperti rumah mafia yang ada di film-film itu." Robert terdiam mendengar apa yang Clara katakan.
Rumah mafia katanya, tidak tahu kah wanita itu jika dia ini memang mafia. Bagimana jika suatu saat wanita ingin mengetahui kebenarannya, bahwa dia memang seorang mafia. Apa yang akan Clara lakukan?
Bagaimana dengan hubungan mereka nanti kita sampai Clara benar-benar mengetahui tentang sisi lain dari dirinya. Apakah wanita ini bisa menerimanya atau tidak. Ah, sudahlah. Untuk saat ini Robert tidak ingin memikirkan hal itu lebih jauh.
Jalani sajak apa yang ada saat ini, soal jika suatu saat Clara mengetahui tentang kebenaran dirinya. Itu akan menjadi urusannya nanti.
"Rumah berwarna putih? Apa kamu pikir rumah sakit. Mentang-mentang kamu seorang dokter, jadi rumah kita harus berwarna putih begitu? Iya?" tanya Robert yang di jawab dengan goyangan bahunya saja.
Selebihnya itu terserah Robert. Clara lebih memilih untuk masuk ke dalam rumah berwarna hitam tersebut. Bahkan dia mendahului sang pemilik rumah.
"Selamat datang, nona Clara." sapa beberapa orang pelayan di rumah itu ketika dia masuk ke dalamnya.
Clara cukup terkejut saat mendapati jika orang-orang yang menyapanya tadi berjumlah 14 orang.
"Jangan terkejut. Mereka adalah pelayan di rumah ini. Jadi apa pun yang kamu inginkan katakan saja pada mereka dan mulai sekarang kita akan tinggal di sini." ucap Robert dan Clara langsung terkejut bukan main.
"Apa?!" pekiknya ketika mendengar apa yang Robert katakan bahwa mereka akan tinggal di rumah ini.
"Apa? Kenapa suka sekali berteriak? Aku tidak tuli dan aku masih bisa mendengar dengan jelas. Jadi tidak perlu berteriak seperti itu!"
"Apa maksud kamu mengatakan bahwa mulai sekarang kita akan tinggal di rumah ini. Kita baru bertunangan dan tidak seharusnya tinggal bersama. Lagi pula bagaimana dengan pakaian gantiku, alat mandiku, dan semua keperluan milikku? tidak, aku tidak ingin tinggal di sini sebelum kita menikah. Itu akan menjadi pergunjingan banyak orang! Tidak, aku kan tetap tinggal di rumah ku saja. Di apartemen milik ku!" putusnya krena tidak ingin tinggal di rumah milik Robert.
"Hey! lepaskan aku" pekik Clara saat tiba-tiba saja pinggulnya di tarik oleh Robert hingga membuat tubuh mereka saling menempel satu sama lain. Bahkan laki-laki itu mengusap pinggulnya dengan lembut dan membuat Clara salah tingkah.
"Ahk!!!" Clara semakin berteriak saat Robert kembali melakukan sesuatu sesuka hatinya.
Laki-laki itu mengangkat tubuhnya dan membuat Clara langsung mengalungkan kedua tangannya di leher kekar milik Robert.
"Turunkan aku! Bagaimana jika kita jatuh nanti. Tidak, ayo cepat turunkan aku. Ah, aku takut jatuh. Cepat turunkan aku, Robert. Turunkan aku sekarang!" pinta Clara yang memanggil nama Robert untuk pertama kalinya dan berhasil membuat sang empunya terdiam.
Tapi hal itu tidak berlangsung lama karena Robert kembali bereaksi. Dia kembali melangkahkan sepasang kaki jenjang miliknya dan membawa wanita itu masuk ke dalam sebuah kamar yang begitu luas.
Kamar tempat di mana mereka akan menghabiskan waktu bersama nantinya. Kamar itu adalah kamar milik Robert.
"Ayo buka pintunya," ucap Robert dengan menyuruh Clara untuk membuka pintu kamar mereka.
"Tidak! turunkan aku lebih dulu."
"Aku bilang buka pintunya Clara. Jangan membuat ku kesal dan menjatuhkan mu ke lantai nanti. Apa kamu mau? Jika kamu mau maka aku-"
"Ah, iya oke. Fine! Aku membukanya!" Clara mengalah.
Akhirnya dia membuka pintu kamar itu hingga membuat mereka berdua masuk dan Clara cukup terkejut saat melihat ternyata kamar itu juga berwarna gelap.
"Astaga, apa harus sampai ke dalam kamar juga warna hitamnya? Dan apa itu?" ucap Clara ketika melihat ada kaligrafi doble R di atas dinding dipan tempat tidurnya.
"Apa lagi? Kenapa kamu cerewet sekali? Memangnya kenapa?"
"Ck, Narsis sekali. Aku tidak menyangka jika laki-laki seperti kamu ternyata memiliki tingkat kepercayaan diri yang luar biasa. Lihat ini, kamar warna hitam dan huruf R yang begitu besar. Ya tuhan, hidup ku benar-benar dirundung cobaan sekarang!"
"Ahkkkk!!!" Clara berteriak saat tiba-tiba saja tubuhnya di hempaskan begitu saja ke atas tempat tidur dan Robert juga naik ke atas tempat tidur yang sama dengannya.
Bahkan laki-laki itu juga langsung mengungkung tubuhnya di atas tempat tidur yang sama dengan dirinya. Hal itu benar-benar membuat Clara panik bukan main. Dia takut jika Robert akan melakukan sesuatu pada dirinya. Oh tidak, dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
"A-apa yang ingin kamu lakukan? Tolong jangan lakukan itu. A-aku minta maaf jika aku bersalah. Tapi tolong jangan lakukan itu, ya. Aku-"
"Stttt..." bisik Robert dengan meletakkan haru telunjuknya di bibir mungil sang kekasih hati.
Clara sendiri langsung terdiam di tempatnya. Tubuhnya menegang kaku ketika mendapatkan perlakuan seperti itu dari Robert. Sungguh, dia benar-benar tidak percaya dengan reaksi tubuhnya saat ini. Entah mengapa dia semakin percaya dengan kehadiran laki-laki ini. Tapi kembali lagi, Clara menyadarkan dirinya bahwa dia tidak boleh jatuh cinta pada Robert. Karena hubungan mereka hanya sebuah hubungan saling menguntungkan saja.
Tidak ada yang harus mereka pertahankan untuk semua ini. Jadi Clara harus bisa mengendalikan dirinya untuk tidak jatuh dalam pesona laki-laki yang berada di atas tubuhnya saat ini.
Usapan lembut di pipinya berhasil membuat Clara sadar akan semua yang di lakukan Robert padanya.
"Janga terlalu banyak bicara dan berhenti bicara dengan nada tinggi pada ku, honey. Kau hanya tinggal menurut pada ku saja dan aku akan memberikan dunia beserta isinya. Jangan pernah membantah sekali pun itu salah. Aku tidak akan pernah menyakitimu dan aku berjanji untuk itu. Jadi tolong percaya pada ku karena aku sangat mencintaimu, Clara. Untuk pertama kalinya aku mengatakan bahwa aku mencintai seorang wanita, dan itu kamu. Kamu adalah satu-satunya wanita yang membuat ku jatuh cinta hingga sejauh ini dan percayalah, jika aku akan terus mencintaimu sampai akhir nafas ku." kata Robert dengan penuh kesadaran dan Clara yang tidak sadar setelah mendengar kata demi kata yang dituturkan laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.
***
lanjut thor
lanjut thorr tanggung bgt ni