NovelToon NovelToon
Di Nikahi Duda Anak 1

Di Nikahi Duda Anak 1

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Beda Usia / Pengasuh
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Sabrina Rasmah

Kirana Larasati, gadis yang baru saja lulus SMA, harus menghadapi kenyataan pahit. Adiknya menderita sakit kanker, namun masalah ekonomi membuat adiknya terpaksa dirawat di rumah sendiri. Kirana ingin bekerja dan membantu orang tuanya. Suatu hari, tetangganya bernama Lilis menawarkannya pekerjaan sebagai pengasuh anak.
Kirana bertemu dengan Bastian Rajendra, seorang duda yang memiliki satu anak perempuan bernama Freya Launa.
Awalnya, Kirana hanya berniat bekerja untuk mendapatkan uang demi pengobatan adiknya. Namun, kedekatan Kirana dengan Freya, serta tanggung jawabnya yang besar, membuat Bastian mengambil keputusan tak terduga. Bastian menawarkan sebuah pernikahan kontrak dengan janji akan menanggung seluruh biaya pengobatan adiknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Sabrina Rasmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

keputusan

Suasana ruang tamu yang sempit itu terasa sangat menyesakkan. Bau obat-obatan tradisional menyeruak, bercampur dengan suara rintihan halus dari kamar sebelah. Di sana, Luki—adik laki-laki Kirana yang baru berusia 8 tahun—sedang berjuang melawan rasa sakit akibat kanker yang menggerogoti tubuh kecilnya. Karena keterbatasan biaya, keluarga mereka terpaksa merawat Luki di rumah dengan peralatan seadanya.

Kirana Larasati mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ijazah SMA yang baru diterimanya minggu lalu masih tersimpan rapi di dalam map, namun impiannya untuk melanjutkan kuliah kini terasa sangat jauh.

"Bu..." panggil Kirana pelan memecah keheningan. Ibunya yang sedang melipat pakaian bekas hanya mendongak dengan mata yang sembab.

"Kirana sudah putuskan. Aku akan bekerja untuk membantu biaya pengobatan Luki, Bu," ucap Kirana tegas.

Sang Ibu menghentikan aktivitasnya, wajahnya yang tampak jauh lebih tua dari usia aslinya menatap Kirana dengan penuh kasih sekaligus rasa bersalah.

"Sayang, tidak usah... Biar Ayahmu saja yang cari tambahan. Kamu kuliah saja ya, Nak? Kamu anak pintar, Ibu ingin kamu punya masa depan yang lebih baik," sahut Ibunya dengan suara bergetar.

Kirana menggeleng pelan, ia mendekat dan menggenggam tangan Ibunya yang kasar. "Tidak, Bu. Aku tetap akan bekerja. Kita tidak bisa hanya mengandalkan gaji Ayah sebagai kuli bangunan. Luki butuh obat, Luki butuh kemoterapi yang layak. Aku tidak bisa diam saja melihat adikku kesakitan setiap malam."

Ibunya terdiam, air mata mulai jatuh di pipinya. "Tapi masa depanmu, Kirana..."

"Masa depan Kirana adalah melihat Luki sembuh, Bu. Kalau itu mau kamu, Ibu hanya bisa mendoakan," ucap Ibunya akhirnya, menyerah pada keras kepalanya sang putri demi rasa cinta pada adiknya.

Kirana menghela napas lega. "Iya, Bu. Tadi Kirana ditawari Mbak Lilis kerja di tempat kerjanya. Katanya bosnya butuh pengasuh untuk anak perempuannya yang masih kecil. Gajinya lumayan untuk tabungan pengobatan Luki."

"Bosnya Mbak Lilis? Siapa?"

"Namanya Pak Bastian, Bu. Katanya dia orang kaya, tapi sudah menduda. Mbak Lilis bilang aku cocok karena aku sabar mengurus Luki," jawab Kirana mencoba memberikan senyum terbaik agar ibunya tidak terlalu khawatir.

Malam itu, di bawah temaram lampu teras, Kirana memandang langit. Besok adalah hari pertamanya bertemu dengan pria bernama Bastian Rajendra itu. Ia belum tahu seperti apa sosok pria itu, yang ia tahu hanyalah satu hal: ia harus mendapatkan pekerjaan itu demi nyawa adiknya.

Kirana tidak pernah menyangka, bahwa keputusannya malam itu tidak hanya akan mengubah nasib adiknya, tetapi juga akan mengubah seluruh jalan hidupnya selamanya.

Keesokan paginya, dengan tekad bulat dan sedikit rasa gugup, Kirana berangkat ke kota. Ia menaiki bus ekonomi dengan tas ransel berisi beberapa helai pakaian dan hatinya yang penuh harapan. Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, ia akhirnya sampai di lokasi yang sudah dikirimkan Mbak Lilis melalui pesan singkat.

Saat taksi online yang ditumpanginya berhenti tepat di depan gerbang, Kirana ternganga. Matanya membulat sempurna menyaksikan rumah itu. Bukan sekadar rumah, itu adalah sebuah istana minimalis modern yang sangat luas dan besar, dengan halaman rumput hijau yang terawat rapi.

"Gila, jadi Mbak Lilis kerja di rumah sebesar ini?" gumam Kirana pada dirinya sendiri, merasa sangat kecil di hadapan kemegahan bangunan itu.

Menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan detak jantungnya, Kirana memberanikan diri membunyikan bel di samping gerbang. Tidak lama kemudian, gerbang elektrik terbuka. Lilis keluar dari pintu utama, tersenyum menyambutnya, diikuti oleh seorang satpam yang sopan.

"Kirana, akhirnya sampai juga kamu. Ayo masuk!" sambut Lilis ramah. Satpam itu sigap membantu Kirana membawakan tas ranselnya yang ringan.

Mereka berjalan masuk ke dalam rumah yang interiornya tak kalah mewah dari luarnya. "Istirahat dulu aja, Ran," kata Lilis sambil menunjuk sofa empuk di ruang tengah. "Pak Bastian lagi keluar sama putrinya. Katanya lagi ke rumah orang tuanya."

"Oh iya, Mbak. Makasih banyak," balas Kirana, masih takjub dengan seisi rumah. Ia duduk, lalu rasa penasarannya muncul. Ia mendekatkan badannya ke arah Lilis dan berbisik, "Oh iya, Mbak, Pak Bastiannya galak, ya?"

Lilis tertawa kecil, sedikit ragu menjawabnya. "Ya gimana ya... dibilang galak sih nggak, cuman orangnya dingin ama cuek aja. Irit banget kalau bicara. Kamu siap-siap mental aja."

"Oh, dingin?" Kirana sedikit menciut. Bos dingin terdengar merepotkan.

"Terus," Lilis melanjutkan dengan nada serius, "jangan asal masuk ke ruangan Pak Bastian, ya. Dia paling nggak suka privasinya diganggu, apalagi kamarnya."

Kirana mengangguk cepat, menyerap setiap informasi yang diberikan. "Siap, Mbak!"

Kini, Kirana hanya tinggal menunggu. Menunggu pertemuannya dengan Bastian Rajendra, duda dingin yang akan menjadi bos barunya, dan Freya Launa, putri kecil yang akan menjadi tanggung jawabnya. Petualangannya yang sesungguhnya baru saja dimulai.

1
Sri Wahyuni Abuzar
kenapa siih harus ada kata² umpatan B2
di bab sblm nya jg gitu aku masih diem..eeh ini ketemu lg..kesel sm majikan boleh² aja tp g mesti ngebatin dengan kata² kotor.
Nur Sabrina Rasmah
bener bener posesif banget ya , mas Bastian ke Kirana🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!