NovelToon NovelToon
Friendzone Tapi Menikah

Friendzone Tapi Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:819
Nilai: 5
Nama Author: B-Blue

Menikahi sahabat sendiri seharusnya sederhana. Tetapi, tidak untuk Avellyne.
Pernikahan dengan Ryos hanyalah jalan keluar dari tekanan keadaan, bukan karena pilihan hati.

Dihantui trauma masa lalu, Avellyne membangun dinding setinggi langit, membuat rumah tangga mereka membeku tanpa sentuhan, tanpa kehangatan, tanpa arah. Setiap langkah Ryos mendekat, dia mundur. Setiap tatapannya melembut, Avellyne justru semakin takut.

Ryos mencintainya dalam diam, menanggung luka yang tidak pernah dia tunjukkan. Dia rela menjadi sahabat, suami, atau bahkan bayangan… asal Avellyne tidak pergi. Tetapi, seberapa lama sebuah hati mampu bertahan di tengah dinginnya seseorang yang terus menolak untuk disembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon B-Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

"Ma! Mama!" Avellyne berlari dan mengejar mamanya, dia berdiri tepat di depan Cintya untuk menghadang mamanya itu.

"Mama enggak bisa seenaknya menyumbangkan semua harta Mama. Mama boleh memberikan rumah ini atau pun yang lainnya, tapi enggak dengan butik, Ma."

"Sebagian produk yang Mama jual di butik adalah desain Avel. Avel selama ini berusaha keras ikut memajukan butik Mama. Ada jerih payah dan usaha Avel di sana."

"Avel...." Cintya menghela napas, tatapan yang dia tunjukkan masih serius seperti sebelumnya, "Kamu bekerja untuk butik itu, sama seperti karyawan lain yang bekerja untuk Mama. Setiap produk hasil desain kamu yang terjual Mama bayar dengan harga pantas. Bukan hanya kamu yang bekerja keras di sana. Karyawan yang lain juga. Jadi, apa berarti mereka juga berhak memiliki butik itu?"

"Mama serius berkata begitu? Avel anak Mama dan Mama menyamakan kedudukan Avel seperti karyawan Mama yang lain?"

Cintya mengedikan bahu dan tatapan matanya seolah berkata, tidak ada yang salah dengan sikapnya selama ini.

"Apa kamu pikir baju dan tas desain kamu lebih spesial dari produk lainnya?"

"Kalau kamu membuka butik sendiri, belum tentu penjualan produk kamu tinggi. Butik Mama ramai pelanggan karena branding yang Mama bangun selama belasan tahun. Mereka tidak peduli manusia mana yang membuat produk tersebut, produk hanya terlihat berkualitas dari brand-nya. Mama rasa kamu paham dengan ucapan Mama." Cintya tersenyum tipis, dia merasa puas karena bisa menang dalam perbincangan ini, terbukti dari Avellyne yang tidak lagi membalas ucapannya.

"Kalau begitu, Avel akan menarik semua produk yang Avel desain dari butik Mama." Ternyata wanita itu belum mau menyerah sampai akhir. Walaupun tidak bisa menang, setidaknya dia bisa imbang dalam perdebatan ini.

"Terserah. Ambil saja, tapi kamu harus hilangkan brand Mama dari semua produk kamu. Dan jangan bawa-bawa nama Mama saat kamu memasarkannya."

Avellyne ngedumel karena sang mama begitu keras kepala, tidak bisa dibujuk dan tidak bisa diajak kerja sama. Ini baru pertama kali dia berdebat sengit, ini kali pertama mamanya begitu tegas dan tidak bisa dibujuk.

"Ma–"

"Tidak ada nego lagi, Avel. Minta pacar kamu datang malam ini atau kamu harus menerima perjodohan dari Mama." Ucapan Cintya masih terdengar tegas dan setelah semua perkataan tadi, dia pun melanjutkan langkahnya meninggalkan sang anak yang masih berdiri mematung.

"Kenapa Mama jadi nyebelin banget kayak gini, sih?!" Avellyne menghentakkan kakinya sebagai bentuk pelampiasan perasaan jengkel.

Wanita itu berjalan cepat menaiki anak tangga, kamarnya terletak di lantai dua. Dia berjalan mondar-mandir di kamar sambil menggigiti kuku ibu jarinya.

Otaknya buntu tidak bisa berpikir. Sepertinya kali ini sang mama serius soal perjodohan.

Waktu yang lalu, Avellyne masih bisa mengelak dengan memberikan berbagai alasan. Mungkin karena usia yang sudah menginjak tiga puluh lebih membuat Cintya risau, apalagi Avellyne adalah anak tunggal. Sebenarnya banyak hal yang dikhawatirkan oleh wanita paruh baya itu.

"Ah, Ryos... iya, Ryos. Dia pasti bisa bantu gue." Avellyne pun langsung menghubungi sahabatnya itu tanpa pikir panjang. Tidak ada cara dan jalan lain, hanya Ryos yang bisa mengeluarkannya dari masalah ini. Setidaknya dia harus terhindar dari perjodohan, soal masalah baru yang timbul dikemudian hari akan dia pikirkan lagi belakangan.

"Yos, kenapa enggak diangkat sih telepon gue?" Avellyne semakin gelisah, waktu terus berjalan dan sudah belasan kali dia menelepon sahabatnya itu.

Sebenarnya bukan Ryos yang tidak mau menjawab panggilan telepon dari Avellyne, begitu sampai di stasiun kereta, pria itu menyerahkan ponsel dan barang lain kepada rekan kerjanya sebab dia sedang fokus memeriksa bahan presentasi untuk kerja sama dengan pihak pemerintahan besok yang dilaksanakan di Bandung. Dia tidak ingin fokusnya terganggu, lagipula Marsha tahu telepon mana yang penting dan mana yang tidak.

Akan tetapi, Menurut Marsha panggilan telepon dari Avellyne tidak penting sama sekali, itu sebabnya dia diam saja dan tidak memberitahu Ryos kalau wanita itu sudah menelepon lebih dari sepuluh kali.

"Sha, hp." Ryos menadahkan tangannya dengan pandangan tetap fokus pada layar macbook, mereka berdua sudah duduk di kereta dan kurang dari lima belas menit lagi kereta akan berangkat.

Begitu ponsel sudah di tangannya, hal pertama kali yang dilakukan Ryos adalah memeriksa aplikasi wa. Dia begitu terkejut karena ada tiga belas panggilan tidak terjawab dari Avellyne.

"Sha, kenapa kamu enggak kasih tau kalau Avel menelepon?" Ryos menatap tajam ke rekan kerjanya itu.

Marsha bukan hanya sekedar rekan kerja, wanita itu juga teman baik Ryos sama seperti Avellyne. Hanya saja Avellyne berada di level yang berbeda dan tentu saja lebih istimewa bagi Ryos.

"Kamu baru menemuinya, jadi aku pikir itu bukan panggilan penting."

["Avel! Sorry, gue baru lihat hp–"]

["Ke rumah gue sekarang juga, Yos!"] ucap Avellyne begitu panggilan teleponnya tersambung.

Ryos melihat temannya yang duduk tepat di sebelah hanya sekilas saja. Mendengar suara Avellyne, dia dapat menebak ada sesuatu yang tidak beres telah terjadi.

["Gue ada urusan penting besok, Vel. Gue sudah ada di dalam kereta. Kalau bukan urusan mendesak, besok gue langsung temui begitu balik dari Bandung."]

["Gue nelepon loe belasan kali, itu artinya gue butuh loe sekarang juga."]

["Oke, kasih gue alasan kenapa harus menemui loe?"] Ryos kembali melirik temannya dan hal tersebut membuat Marsha sedikit risih.

Padahal Ryos memiliki ketakutan sendiri kalau sampai batal ikut ke Bandung hari ini. Dia takut diomeli Marsha. Itulah sebabnya dia melirik Marsha beberapa kali.

["Enggak bisa gue jelasin dari telepon, Yos."]

["Kalau gitu gue enggak bisa menemui loe sekarang. Urusan gue di Bandung penting banget dan gue harus hadir di sana."]

["Jadi gue enggak penting dibandingkan pekerjaan loe? Loe bilang cinta sama gue, kan? Loe bilang enggak bakal menikah kalau bukan sama gue. Sekarang gue minta loe nikahi gue, Yos."]

Ryos bergeming, suara kebisingan dari penumpang di kereta mendadak hilang dari indera pendengarannya. Dia hanya fokus pada kalimat Avellyne yang minta dinikahi.

["Vel, loe enggak bercanda, kan?"] tanya Ryos menyingkirkan macbook dari pangkuannya dan memberikan alat elektronik tersebut kepada rekan kerjanya.

["Makanya gue bilang enggak bisa menjelaskannya dari telepon. Loe harus datang sekarang, Yos!"]

["Avel, pekerjaan gue penting banget. Kalau loe sampai main-main dengan ucapan loe ini, gue enggak bakal maafin loe."]

Marsha yang duduk di tempatnya memerhatikan sikap Ryos yang berbeda. Entah seperti apa menjelaskannya, pria itu terlihat gelisah, namun raut wajahnya menunjukkan kebahagiaan.

[Gue serius, Ryos! Harus berapa kali gue bilang. Waktu loe cuma satu jam untuk sampai ke rumah–"]

["Oke, gue ke sana sekarang!"] Ryos tersenyum lebar dan sudah bersiap untuk turun dari kereta, namun Marsha menarik tangannya dengan kuat sehingga langkah kakinya terhenti.

"Yos, kamu tahu kalau besok itu hari penting. Kamu enggak bisa langsung lari ke Avel setiap kali dia minta kamu datang."

Ryos menarik tangannya dengan paksa dari genggaman Marsha. "Aku enggak bakal mendapatkan kesempatan ini lagi dari Avel, Sha. Permintaan Avel lebih penting dari apa pun. Kalau akhirnya pekerjaan ini gagal berarti aku hanya bisa mendapatkan satu hal istimewa dan itu artinya aku hanya memilih Avel. Sorry, Sha. Kali ini pun aku harus ngerepotin kamu." Ryos akhirnya melangkah tanpa ingin mendengar ucapan Marsha, dia buru-buru berjalan sebab kereta hampir berangkat.

Marsha menghela napas. Di kantor, dia mungkin diperlakukan istimewa oleh Ryos, namun di luar itu, Avellyne selalu menjadi nomor satu.

"Menyebalkan. Perempuan itu selalu saja mengusik." Marsha bergumam dan tersenyum getir, "Aku harus bisa memisahkan Ryos dari perempuan parasit itu."

1
edu2820
Kepincut sama tokohnya. 😉
B-Blue: terimakasih sudah mampir 😊
total 1 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!