Rumah tangga yang hancur ibarat ranting yang patah.Takan bisa disambung kembali.
Begitupun hati seorang istri yang telah dipatahkan bahkan dihancurkan takan mudah untuk sembuh kembali.
Seorang istri dan seorang ibu akan tetap kokoh saat diuji dengan masalah ekonomi namun hatinya akan remuk dan hancur saat hati suaminya tak lagi untuknya..
apa yang tersisa?
rasa sakit, kekecewaan dan juga penyesalan.
Seperti halnya yang dialami oleh Arini dalam kisah yang berjudul " Ranting Patah "
Seperti apa kisahnya?
Akankan Arini bertahan dalam pernikahannya?
Baca selengkapnya!!!
Note: Dukung kisah ini dengan cara baca stiap bab dengan baik,like,komen, subscribe dan vote akan menjadi dukungan terbaik buat author.
Dilarang boom like ❌
lompat bab ❌
komentar kasar atau tidak sopan ❌
Terimakasih, sekecil apapun dukungan dari kalian sangat berati untuk author 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
" Arini! Bagitukah sikap kamu terhadap ibu saat aku tidak ada dirumah? Dia ibuku Rin,ibuku!"
Suara bariton mas Arjun mengejutkanku,bahkan dia begitu lantang saat mengatakan ibuku, kata-kata penuh penekanan.
"Hiks, begitulah Jun sikap istri kamu.Ibu bukan tidak mau mengatakan ini padamu.Dari dulu ibu selalu menutupi karna ibu tidak mau kamu ribut dengan istri kamu.Sudahlah,nanti siang ibu pulang saja.Mungkin Arini tidak suka ibu ada disini."
Entah bagaimana ceritanya ibu sampai menangis saat mengatakan itu,aku menghampiri mas Arjun.
" Mas bukan begitu,kamu tidak tau yang sebenarnya terjadi.Itu tak seperti apa yang kamu lihat." Aku berusaha menjelaskan berharap mas Arjun percaya dan tidak marah kepadaku.
" Sejak kapan kamu seperti ini Arini,kalau kamu tidak suka ada ibu disini kamu bilang sama aku bukan begini caranya!" Nada Bicara mas Arjun semakin meninggi hingga membuat anak-anak turun dari atas.
" Semalam ribut,pagi ini ribut kenapa ayah dan bunda sekarang suka sekali bertengkar? Rumah ini sudah seperti neraka! Eyang juga kenapa si bukannya melerai malah tersenyum melihat bunda dimarahin ayah?"
Dengan suara bergetar Dinda mengatakan itu,entah mendapatkan keberanian dari mana putri kecilku yang baru berusia 10 tahun berani menyuarakan hal seperti itu.
" Dinda! Sejak kapan kamu berani sama orangtua,sejak kapan kamu jadi tidak sopan sama eyang!" Sentak mas Arjun.
Selangkah demi selangkah Dinda mundur,air matanya menetes tanpa dikomando.
Detik berikutnya Dinda berbalik badan dan lari.
" Ayah jahat,ayah jahat!" teriaknya begitu menyayat hatiku yang mendengarnya.
" Kamu lihat,itu hasil didikan kamu sama anak-anak sampai dia berani seperti itu? Sejak kapan anak-anakku jadi pembangkang seperti itu?" Lagi-lagi mas Arjun menyalahkan ku.
Dari bawah aku melihat,Hanif menatap tajam mas Arjun.Matanya merah penuh amarah,tangannya mengepal erat.
" Ya Tuhan, mudah-mudahan Hanif tidak bertindak yang akan memicu kemarahan ayahnya." Batinku.
Ku tatap wajahnya,hanya dengan kedipan mataku Hanif berbalik,namun saat aku hendak berbalik ku dengar suara pintu yang dibanting begitu keras.
" Astaga Hanif,semarah itu kamu nak." Gumamku lirih.
" Kamu liat,kamu liat Arini? begitukah cara kamu mendidik anak-anak selama ini?" Mas Arjun membisikkan itu ditelingaku, giginya terdengar menggeratuk nafasnya begitu memburu.
" Ahh skit mas!"
Pekikku kala mas Arjun menarik kuat ikat rambutku.
Braaaak
Dugh
Tes tes
" Ya Allah sakit sekali."
Aku merintih kala kepalaku membentur tembok saat mas Arjun mendorongnya dengan kuat.
Mataku berkunang-kunang namun aku masih sadar.
" Kamu bukan hanya gagal menjadi istri tapi kamu juga gagal menjadi ibu.Saya berharap Arjun menceraikan kamu dan mendepak kamu dari rumah ini!" Bisik ibu mertua sembari mendorongku lagi hingga tubuhku tersungkur.
Hiks hiks
" Apa salahku Bu,ibu tak hanya membuat luka dihatiku tapi ibu juga menggores tinta dirumah tanggaku."
Aku hanya mampu bergumam lirih,karna tak mau anak-anak pergi tanpa sarapan aku lantas menyelesaikan masakanku,entah apa rasanya karna makanan akan terasa nikmat saat dimasak dengan penuh cinta dan hati yang bahagia.
Hatiku sakit,ibu memang dari dulu tidak suka denganku,tapi sekarang aku sudah punya anak.Buah cintaku dengan mas Arjun,aku fikir kebencian itu hilang seiring dengan berjalannya waktu.Nyatanya kebencian itu tertanam begitu dalam,berakar dan sulit untuk dihilangkan.
Ketulusan dan kasih sayangku tak berarti apapun dimata ibu,bahkan pengorbananku pun tidak bisa menebus kebenciannya.
Flashback
" Apa kamu mau menikah dengan Arini? Arjun dia itu yatim piatu,Heni merawatnya karna kasian karna tak ada keluarga lagi selain Heni.Meskipun ibu mengenal Heni dengan baik dan tidak meragukan didikannya namun tetap saja Arini bukan anak kandung Heni."
Ucap ibu mertuaku kala itu.
Aku mendengar dengan jelas karna saat itu mas Arjun mengajakku datang kerumahnya meminta izin ibunya untuk menikahi ku.
Heni adalah nama budhe ku,budhe Heni adalah teman baik ibu mertuaku.
Kami bertemu dan bersama sejak kecil,dari persahabatan kami tanpa sadar tumbuh rasa cinta setelah kami sama-sama dewasa. Setelah berkomitmen kami memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.
" Tapi Bu,bukankah ibu suka sama Arini? Bukankah ibu bilang Arini gadis yang baik? Arjun cinta Arini Bu!"
Ucap mas Arjun.
Mereka berbicara diruang tamu sementara aku duduk di teras rumah.
" Dia memang baik,tapi bukan berati kamu bisa menjadikan dia istri.Inget Arjun menikah itu untuk selamanya,kamu harus cari istri yang jelas bibit bebet dan bobotnya.Bukan Arini,ngga pokonya ibu ngga setuju kamu nikah sama Arini Titik!"
Kekeh ibu mertuaku,aku yang mendengar itu merasa sakit namun aku juga sadar diri,aku bukanlah orang yang berada ,aku hanya numpang dirumah budhe aku tidak punya apa-apa karena aset peninggalan orangtuaku disita oleh bank,entah apa sebabnya akupun tidak paham kala itu karna waktu orangtuaku meninggal aku masih kecil.
" Maaf Bu,mas bukannya aku mencuri dengar pembicaraan kalian.Mas,maaf lebih baik kamu turuti saja keinginan ibu kamu.Ibu kamu benar,aku tidak pantas untuk kamu.Kamu berkah mendapatkan yang lebih dan yang sesuai dengan apa yang ibu kamu harapkan."
Air mataku tak terbendung lagi saat aku mengatakan hal itu,tak bisa ku pungkiri aku juga sangat mencintai mas Arjun.
" Arini,kita akan tetap menikah dengan atau tanpa restu dari ibu.Bu,maaf ibu tidak berhak menentukan siapa yang pantas atau tidak pantas menjadi pendamping hidupku." Setelah mengatakan itu mas Arjun membawaku pergi.
Ibu mertuaku mengejarku hingga kejalan dan saat ibu tengah berlari mobil pick up tiba-tiba melintas dengan kecepatan tinggi hingga dan kecelakaan tak bisa dihindarkan.
Tubuh ibu mertua terpental sejauh 7 meter,badannya penuh luka dan karna benturan yang cukup keras membuat ibu mertuaku kehilangan banyak darah.
Kebetulan golongan darahku sama akhirnya aku menyumbangkan dua kantong darah untuk ibu mertuaku,darah yang mengalir ditubuhnya juga terdapat darahku.
" Maaf ibu anda koma,anda harus sabar semua terjadi atas izin Allah dan mintalah pertolongan pada Allah." ucap dokter kala itu.
Mas Arjun syok dan jatuh pingsan,slama tiga bulan aku merawat ibu mertuaku dengan penuh kesabaran dan juga kasih sayang hingga pada suatu hari ibu sadar dan dinyatakan sehat.
Ditengah masa pemulihannya ibu mertuaku mengumpulkan semua orang dan melamarku dengan penuh rasa hormat,sebulan setelah itu kami menikah.Namun kebencian tetap bersarang di hatinya.
Flashback off
" Bund,sarapannya dibuat bekal saja Hanif mau makan disekolah."
Suara Hanif membayarkan lamunanku.
" Dinda juga bund."
Disusul anak bungsuku.
Bersambung....