NovelToon NovelToon
Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anime / Reinkarnasi
Popularitas:477
Nilai: 5
Nama Author: Lidelse

Reni adalah pemuda pekerja keras yang merantau ke kota, dia mengalami insiden pencopetan, saat dia mengejar pencopetan, dia tertabrak truk. Saat dia membuka mata ia melihat dua orang asing dan dia menyadari, dia Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidelse, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mereka Menyebutnya Putri Kecil

Pagi itu, di dalam kamar tidur mewahnya yang dihiasi permadani tebal, Lyra (Reni) sedang menikmati kegiatan barunya yang paling disukai: menatap pantulannya di cermin perak yang dipoles mengkilap.

Wajahnya, yang kini berwujud bayi berusia beberapa minggu, memang luar biasa manis dan imut. Pipi gembulnya merona merah muda, dengan mata hijau cemerlang warisan ibunya dan sehelai rambut cokelat halus warisan ayahnya. Ia terlihat persis seperti boneka porselen mahal yang tidak pernah dimiliki Reni di kehidupan sebelumnya.

"Sial. Aku benar-benar lucu,"

gumam Reni dalam hati.

"Wajah ini... bagaimana mungkin aku bisa galak dan serius dengan wajah semanis ini? Aku harus mencari cara agar terlihat seperti pendekar pedang yang badass!"

Tepat saat ia hendak mencoba ekspresi badass yang gagal, pintu terbuka pelan. Masuklah Mia, salah satu pelayan pribadi yang paling sering mengurusnya. Mia tersenyum lembut, wajahnya yang muda dan ramah selalu menyenangkan untuk dilihat.

"Selamat pagi, Tuan Putri kecil,"

bisik Mia sambil mendekat. Ia dengan hati-hati mengangkat Lyra dari boksnya.

"Sekarang waktunya sarapan dengan Mama Erin, ya."

Mia mulai berjalan perlahan menuju kamar Ibu Lyra. Saat berjalan, seperti biasa, Mia mulai bercerita. Ia sering melakukan itu, percaya bahwa berbicara kepada bayi akan merangsang perkembangan otak mereka—atau mungkin hanya karena ia tidak bisa menahan diri untuk tidak membagi cerita romantis keluarga Astrea.

"Anda tahu, Tuan Putri? Mama Erin Anda itu..."

Mia terkekeh pelan sambil menyesuaikan selendang sutra Lyra.

"Beliau dulunya sangat... tomboi, begitulah kata orang. Berjalan cepat, berbicara tegas, lebih suka berlatih sihir di hutan daripada menghadiri pesta teh. Bahkan Kakek Duke Eminan pernah mengeluh karena Nona Erin tidak punya sifat 'kewanitaan' yang lembut."

Reni menyimak. Tomboi? Menarik. Ada semangat yang mirip denganku di Ibu baruku ini.

"Tapi itu semua berubah sejak Mama Erin bertemu dengan Papa Racel, dan terutama sejak Anda lahir,"

lanjut Mia, matanya berbinar.

"Nona Erin memang seorang penyihir yang kuat dan cerdas, tetapi di hadapan Anda, ia menjadi wanita paling lembut di seluruh Duchy Elemendorf. Beliau bisa mengalahkan naga, tetapi meleleh hanya karena melihat senyum kecil Anda."

Lyra mengernyitkan dahi bayi-nya. Dasar perempuan... tunggu, aku juga perempuan sekarang.

Mia kemudian beralih ke Racel.

"Dan Papa Racel... oh, Tuan Racel. Beliau adalah pria paling berwibawa dan paling dihormati di kerajaan. Pendekar pedang terkuat. Dia adalah pedang yang hidup, Tuan Putri."

"Papa Anda selalu terlihat dingin dan serius, tidak pernah tersenyum pada siapa pun kecuali Mama Erin. Tetapi saat ia menggendong Anda—fiuuh—ia seperti lilin yang mencair. Bayangkan, pendekar yang bisa menebas gunung, takut melukai jemari mungil Anda!"

Mia menggelengkan kepala, terkesan dengan kisah romantis itu, sementara Lyra (Reni) mendengarkan dengan penuh perhatian.

Jadi, aku adalah perpaduan dari Penyihir Tomboi yang kini super-melankolis dan Dewa Pedang yang super-protektif? Reni mulai melihat pola. Ayahnya memberinya replika pedang, ibunya adalah penyihir yang kuat.

Ia tidak bisa hanya memilih satu. Jika ia ingin kembali ke dunianya, atau setidaknya bertahan di dunia fantasi gila ini, ia harus mengambil kedua warisan tersebut. Keahlian pedang dan kekuatan sihir.

Saat Mia akhirnya memasuki kamar Mama Erin, Lyra menatap ibunya yang tersenyum lembut menyambutnya.

Baiklah, Mama. Aku akan jadi Lady Lyra yang tomboi seperti Mama, tapi juga Dewa Pedang seperti Papa. Tunggu saja sampai aku bisa bicara dan berjalan.

Ke esokan harinya

Ruangan makan di lantai atas terasa hangat dan megah. Jendela-jendela tinggi memperlihatkan pemandangan taman kastil yang luas. Di tengah kemewahan itu, duduklah Erin Von Elemendorf dengan gaun putih anggunnya, menatap Lyra yang kini berada di pelukannya.

Kehangatan yang menenangkan dari ASI sang ibu seharusnya membawa kedamaian bagi setiap bayi, termasuk Lyra. Namun, di dalam kepala Lyra, Reni meraung frustrasi.

Satu menit terasa seperti satu jam. Satu jam terasa seperti satu abad.

Ia memejamkan mata, bukan karena kantuk, melainkan karena kebosanan yang tak tertahankan. Sebagai Reni, ia terbiasa bekerja dari subuh hingga larut malam. Tubuhnya selalu bergerak, pikirannya selalu merencanakan. Kini? Ia hanya bisa berbaring, makan, dan buang air.

Ini penyiksaan. Aku butuh berlatih, aku butuh bergerak! Kapan aku bisa berlari? Kapan aku bisa mengayunkan pedang kayu yang Ayah berikan itu?

Kepalanya penuh dengan bayangan dirinya melompati atap-atap kota, berlatih gerakan pedang cepat seperti di film-film yang pernah ia tonton. Tetapi saat ia mencoba menggerakkan lengannya dengan semangat, ia hanya berhasil membuat gerakan "kocok-kocok" yang konyol dan menggemaskan. Erin tersenyum, mengira Lyra sedang mencoba bermain.

"Oh, putri kecil Mama sudah mulai aktif ya?"

bisik Erin sambil mencium puncak kepala Lyra.

"Sabar, Sayang. Nikmati masa manjamu."

Nikmati? Lyra menjerit dalam hati. Aku harus segera kuat! Untuk kembali ke duniaku, atau untuk menaklukkan dunia ini, aku butuh skill! Pedang Ayah dan sihir Ibu!

Saat itulah Reni menyadari kenyataan pahit dari tubuh bayinya. Melatih pedang secara fisik? Mustahil. Ototnya belum berkembang. Namun, warisan sihir ibunya... itu adalah energi, sesuatu yang tidak bergantung sepenuhnya pada fisik.

Lyra membuka matanya lebar-lebar. Ia memutuskan. Ia tidak bisa menyia-nyiakan waktu. Jika tubuhnya tidak bisa dilatih, maka pikirannya yang harus diasah.

Prioritas pertama: Adaptasi dan Pengetahuan.

Ia harus menguasai bahasa dunia ini dengan cepat dan memahami bagaimana sihir bekerja. Lyra memfokuskan pendengarannya pada setiap gumaman ibunya dan para pelayan. Kemudian, ia mulai berkonsentrasi pada hal lain: sensasi energi yang pernah ia rasakan saat ayahnya menyentuh dahinya. Energi yang terasa di setiap sudut kamar ini.

Sihir... itu pasti ada hubungannya dengan energi di sekitar sini. Aku akan mempelajarinya secara pasif. Aku akan menyerap semua informasi dan energi sampai aku bisa bergerak.

Lyra, yang telah berubah dari pemuda perantau yang terdesak menjadi seorang Lady bayi dengan ambisi besar, memejamkan mata lagi. Tetapi kali ini, bukan karena bosan. Ia mulai bermeditasi, memaksakan kesadaran dewasanya untuk memilah-milah suara asing dan merasakan getaran mana—energi sihir yang mengalir di dunia barunya—seperti seorang pelajar yang tekun sedang menghafal rumus fisika paling rumit.

Dalam kebosanan yang mendalam, pikiran Lyra (Reni) sering melayang jauh dari kamar bayinya yang damai. Ia membayangkan berbagai skenario yang lebih heroik—atau lebih jahat—untuk takdir reinkarnasinya ini.

Jika sudah begini, kenapa tidak sekalian jadi Ratu Iblis saja? pikirnya suatu malam, saat ia seharusnya tertidur.

Dalam lamunannya, ia melihat dirinya duduk di singgasana megah yang terbuat dari batu obsidian yang berdiri di tengah bara lava. Dia memakai topeng misterius dan jubah gelap. Di hadapannya, para ksatria dan monster kuat berlutut, menunggu perintahnya untuk menaklukkan dunia.

Lyra si Ratu Kegelapan, Komandan Pasukan Iblis!

Namun, khayalan heroik itu segera hancur. Sebuah gambaran lain muncul: Wajah Erin

Reni menghela napas (yang hanya terdengar seperti hembusan napas bayi). Ia tahu. Dengan ibu seanggun Erin dan ayah seprotektif Racel, menjadi Ratu Iblis hanyalah mimpi di siang bolong. Ia lebih mungkin diomeli karena merusak karpet daripada karena mencoba menguasai dunia.

Dua bulan telah berlalu sejak Lyra lahir. Dalam periode ini, Reni berhasil menyerap banyak informasi. Ia kini tidak hanya memahami bahasa, tetapi juga mulai merasakan perbedaan tipis dalam aliran mana di udara. Itu adalah fondasi awal sihirnya.

Pagi itu terasa berbeda. Lyra mengenakan pakaian yang lebih rumit dari biasanya: gaun bayi berwarna krem yang dihiasi renda halus, menandakan ia akan keluar dari kastil.

Erin menggendongnya dengan hati-hati. Di sisi mereka, Mia tersenyum lebar.

"Tuan Putri pasti senang. Ini pertama kalinya kita melihat Kota Silvania yang indah!"

kata Mia dengan antusias.

Lyra merasakan denyutan kegembiraan yang tulus. Kota! Akhirnya, ia bisa melihat dunia yang akan ia taklukkan (atau minimal, ia akan mencari tahu cara mendapatkan uang di dunia ini).

Mereka menggunakan kereta kuda mewah keluarga Astrea, yang jendelanya terbuat dari kristal jernih. Begitu kereta mulai bergerak, mata Lyra langsung tertuju ke luar.

Kota Silvania adalah kebalikan dari kota metropolitan yang Reni kenal. Tidak ada polusi, tidak ada kemacetan mobil. Yang ada hanyalah bangunan batu bergaya Eropa kuno yang indah, atap-atap yang ditutupi lumut tua, dan yang paling menarik—lampu-lampu jalan yang menyala dengan cahaya sihir.

Rakyat jelata menunduk hormat saat melihat lambang Astrea di kereta. Lyra mengamati mereka. Dia melihat penjual roti yang memajang dagangannya, anak-anak kecil berlarian, dan... sekelompok pemuda yang sedang beradu pedang ringan di lapangan kecil.

Pedang! Reni tersentak, mata bayinya membesar. Instingnya sebagai pemuda yang ingin segera bergerak kembali muncul.

Namun, perhatiannya kembali beralih saat kereta melambat di depan sebuah toko besar yang terlihat berkilauan. Papan nama di atasnya tertulis:

"Aura Abadi: Toko Peralatan Sihir dan Penelitian."

Erin, sambil tersenyum pada putrinya, berkata lembut,

"Kita akan mampir sebentar ke tempat Kakek Duke, Lyra. Mama perlu mendiskusikan beberapa penelitian."

Reni menghela napas lagi. Keinginannya untuk melihat pedang harus tertunda. Sekarang, ia harus melihat buku-buku tebal dan peralatan sihir.

Baiklah. Pedang itu urusan otot. Tapi sihir itu urusan otak, batin Lyra. Mungkin di toko sihir ini aku bisa menemukan buku panduan yang mengajarkan cara menjadi bayi yang kuat dalam satu hari.

Sistem Sihir di Dunia ini

Sihir di dunia yang Lyra tempati, khususnya di Kerajaan tempat Astrea dan Elemendorf berkuasa, pada dasarnya adalah seni memanipulasi energi alami yang dikenal sebagai Mana. Setiap makhluk hidup memiliki Mana di dalam tubuhnya, tetapi hanya sebagian kecil yang memiliki kemampuan untuk menarik Mana dari lingkungan—Atmosfer Mana—dan memanfaatkannya.

Yang pertama yaitu, Dasar Sihir: Mana dan Atribut

Sihir dikategorikan berdasarkan elemen atau atribut dasarnya:Mana Atmosfer: Energi utama sihir yang tersebar di udara dan lingkungan. Penyihir yang kuat bisa menarik Mana dalam jumlah besar.

Atribut Elemen Dasar adalah yang paling wajib dikuasai

Api Paling agresif dan destruktif.

Air Fleksibel, digunakan untuk penyembuhan, kontrol es, dan kabut.

Tanah Memberikan pertahanan, mengendalikan batu, dan menciptakan perisai.

Angin Paling cepat, digunakan untuk serangan jarak jauh, peningkatan kecepatan, dan pergerakan.

Yang lainnya adalah

Cahaya Sangat langka, digunakan untuk pengusiran, penyucian, dan sihir ilahi.

Kegelapan Sering dikaitkan dengan sihir terlarang, digunakan untuk ilusi, kutukan, dan manipulasi bayangan.

Ruang-Waktu Paling langka dan sulit dipelajari. Ini adalah sihir yang mampu memanipulasi jarak dan aliran waktu, biasanya hanya dikuasai oleh segelintir Archmage.

Yang adalah Tingkatan Kekuatan Penyihir

Kekuatan seorang penyihir diukur dari kapasitas Mana internal mereka dan keahlian mereka dalam memanipulasi mantra. Ada lima tingkatan utama:

Magician (Penyihir) Tingkat awal. Hanya bisa merapal mantra tingkat dasar (seperti bola api kecil atau hembusan angin). Bergantung pada tongkat sihir sederhana.

Adept (Mahir) Sudah bisa menggunakan sihir tanpa bantuan tongkat, hanya fokus pada tangan. Mampu merapal mantra tingkat dua dengan daya serang lebih besar.

Mage (Penyihir Sejati) Tingkat yang dihormati. Mampu menggabungkan dua elemen dasar dan menciptakan mantra berskala besar (misalnya badai api atau gempa kecil).

Archmage (Penyihir Agung) Jajaran elit. Mampu merapal sihir tanpa mantra verbal (hanya dengan pikiran). Memiliki Mana yang sangat besar dan sering kali menjadi penasihat kerajaan atau kepala akademi sihir. Ibu Lyra, Erin, berada di tingkatan ini.

Grand Archmage/Sage (Tetua Bijak) Tingkat legendaris. Kekuatan yang bisa mengubah kondisi geografis suatu wilayah (misalnya menciptakan danau atau menghentikan badai). Sangat jarang ada dan sering disembunyikan.

Aku adalah putri Archmage dan Dewa Pedang, tekad Lyra dalam hati. Aku tidak boleh hanya menjadi Magician kelas lima. Aku harus segera mencari buku tentang Mana dan cara menyerapnya!

Ketika Erin dan Mia turun, Lyra mengarahkan pandangan matanya yang tajam (seorang bayi yang tajam!) ke arah pintu toko, menantikan ilmu sihir yang akan ia curi dengan kedua mata mungilnya.

1
Anonymous
ceritanya wahhh, sih. cuma kayaknya penulisan nya bisa lebih emosional lagi
Anonymous
gila plot twist nya
Moge
episode 4 udah mulai seru jir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!