 
                            Clara Moestopo menikah dengan cinta pertamanya semasa SMA, Arman Ferdinand, dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan berakhir bahagia. Namun, pernikahan itu justru dipenuhi duri mama mertua yang selalu merendahkannya, adik ipar yang licik, dan perselingkuhan Arman dengan teman SMA mereka dulu. Hingga suatu malam, pertengkaran hebat di dalam mobil berakhir tragis dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Tapi takdir berkata lain.Clara dan Arman terbangun kembali di masa SMA mereka, diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya… atau mengulang kesalahan yang sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2.Setelah pertengkaran.
Pagi hari menyapa dengan cahaya matahari yang menembus tirai tipis kamar Clara. Matanya bengkak, kepala terasa berat, dan hati masih penuh luka. Saat melangkah ke ruang makan, ia melihat Mary dan Vina sudah duduk, wajah mereka tampak puas seperti menemukan celah baru.
“Tumben bangun telat, Clara,” sindir Mary sambil mengaduk teh. “Suamimu sudah berangkat pagi-pagi sekali tanpa sarapan. Apa kalian bertengkar lagi?,walaupun bertengkar sudah kewajiban mu melayani suamimu.kasihan anakku punya istri seperti mu!.”
Vina ikut terkekeh, “Iya nih kakak ipar,jangan sering bertengkar bisa-bisa kak Arman diambil orang nanti.”
Mereka berdua terkekeh menertawakan penderitaan Clara, seakan itu hari yang dinantikan oleh mereka berdua perpecahan antara Clara dan Arman.
Clara membeku di tempat. Ucapannya semalam, tangisannya, dan bentakan Arman kini jadi bahan ejekan di meja makan. Ia menggenggam cangkir yang baru saja ia ambil, berusaha menahan amarah.
Clara yang tidak bisa mengontrol emosinya, meluapkan rasa kesalnya pada ibu mertuanya dan adik iparnya.
“Mama, Vina. kalian terlihat bahagia melihat hubungan kita yang retak. mungkin aku bukan menantu yang diinginkan mama dan kakak ipar impian Vina. tapi satu hal yang kalian harus tahu,aku masih istri putramu dan aku juga masih kakak iparmu Vin,” jawab Clara dengan suara serak tapi tegas.
Sebelum Clara pergi meninggalkan mereka, Clara melanjutkan ucapan terakhirnya. “Jika putra kalian tidak menikah dengan ku, mama tiap hari di kejar rentenir dan kamu Vina tidak bisa shoping tiap hari bukan dari uang yang aku beri. Lalu saat kalian menderita mana menantu impian mama Loly itu? dia meninggalkan putra kalian pergi,sekarang dia kembali malah kalian mengagungkan dirinya. ”
Mary menepuk meja, matanya melotot. “Kalau kamu bisa menjaga rumah tanggamu, aku tak perlu ikut campur! Sejak dulu mama sudah bilang, kamu itu bukan pasangan yang cocok untuk Arman. Kalau bukan karena dia keras kepala menikahimu, mungkin sekarang dia sudah hidup bahagia dengan Loly!”
Perkataan itu menancap di hati Clara seperti belati. Ia berbalik, meninggalkan meja makan tanpa menelan sesuap pun makanan.
Clara lalu kembali ke kamarnya,dengan menutup pintu kamarnya dengan keras didepan mereka.
Clara yang mencoba tegar didepan mereka, tapi akhirnya air matanya kembali luluh lagi setelah pertengkaran tadi.
Clara merasa semua yang ia lakukan untuk keluarga Arman tidak ada artinya, Clara yang harus meninggalkan keluarga besarnya untuk menikah dengan Arman.
Untuk pertama kalinya selama empat tahun pernikahannya, ia merasa menyesal.
Sedangkan kantor, Arman duduk gelisah di ruangannya.
Loly, yang kini menjabat sebagai manajer barunya, masuk dengan berkas-berkas di tangan. Penampilannya elegan, tatapannya penuh percaya diri.
“Kamu kelihatan pucat, Arman. Ada masalah di rumah?” tanyanya lembut.
Arman tersentak, buru-buru menutup map di depannya. “Tidak… hanya kurang tidur.”
Loly menatapnya lama, senyum tipis terukir di bibirnya. “Kamu selalu begitu, menyimpan semua sendiri. Dulu pun begitu waktu kita masih dekat.”
Kalimat itu membuat Arman menegakkan tubuhnya. Ingatan lama kembali dimana masa remaja mereka, cinta pertama yang kandas karena keadaan. Ia menghela napas panjang. “Itu masa lalu, Loly. Sekarang aku sudah menikah.”
“Tentu saja,” jawab Loly ringan, tapi sorot matanya penuh tantangan. “Hanya saja… kadang masa lalu suka datang kembali tanpa kita minta.”
Ucapan itu membuat kepala Arman makin berat, setiap yang dikatakan Loly seperti memberikan kesempatan untuk Arman.
Malam harinya, di rumah.
Clara menunggu Arman pulang. Namun jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan suaminya belum juga datang. Rasa cemas dan curiga kembali menghantam. Ponselnya berulang kali ia tatap, tapi tidak ada pesan masuk.
Tiba-tiba, pintu depan terbuka. Arman masuk dengan wajah letih, kemejanya kusut, dasinya lepas seenaknya.
“Mas…” Clara mendekat, matanya berkaca-kaca. “Kenapa pulang larut lagi? Apa… kamu bersama Loly?”
Arman mendengus, melempar tasnya ke sofa. “Clara! Kamu lagi-lagi dengan pertanyaan itu?! Aku sudah bilang hentikan rasa cemburu mu itu! ”
“Karena aku tidak bisa tenang,hatiku selalu gelisah setelah tahu kalian terus bertemu!” Clara menangis. “Setiap kali kamu jauh dariku, setiap kali kamu dingin padaku… aku merasa ada orang lain yang mengisi hatimu!”
Arman menatap istrinya lama, lalu tiba-tiba ia menggebrak meja. Suara keras itu membuat Clara terlonjak.
“Kalau aku bilang aku masih sayang Loly, apa kamu puas?! Kalau aku bilang aku lelah dengan semua prasangka dan air matamu, apa kamu mau berhenti?!”
Clara terdiam. Kata-kata itu seperti mimpi buruk yang menjadi nyata.
Air matanya jatuh deras, suaranya lirih. “Jadi… memang benar? Hatimu sudah bukan untukku lagi?”
Arman menutup wajah dengan kedua tangannya, berusaha menahan emosi. Tapi ia tidak menjawab. Dan keheningan itu, bagi Clara, lebih menyakitkan daripada jawaban apa pun.
Di balik pintu, Vina diam-diam menguping.
Senyum licik tersungging di bibirnya. Ia berlari kecil ke kamar Mary. “Ma, benar kan kata Vina? Mereka sudah di ujung tanduk. Sebentar lagi rumah tangga mereka hancur.”
Mary menepuk tangan putrinya. “Bagus. Kalau Clara pergi, Arman pasti kembali ke Loly. Itu yang seharusnya terjadi sejak dulu.”
Sementara itu, Clara terduduk di ruang tamu, menatap lantai dengan mata kosong. Dalam hatinya, sebuah pertanyaan besar menguat:
Apakah ia harus bertahan demi cinta… atau melepaskan sebelum ia hancur lebih jauh?
Tiba-tiba saja Clara merasa mual, setelah kepergian Arman dari rumah.
Clara berlari ke kamar mandi, tubuhnya lemah, keringat dingin membasahi pelipis. Ia muntah berulang kali hingga lututnya goyah. Dalam kepalanya, terlintas satu hal yang membuat hatinya makin hancur yang kemungkinan ia sedang mengandung.
Tangannya gemetar saat meraih alat tes kehamilan yang sudah ia beli beberapa hari lalu, tapi belum sempat digunakan. Dengan napas terengah, ia menunggu hasilnya muncul. Dua garis merah jelas terlihat.
Air matanya kembali jatuh, tapi kali ini bercampur antara bahagia dan pilu. Bagaimana kalau Arman benar-benar sudah tidak mencintainya lagi? Bagaimana nasib anak ini?
“Tidak Arman sudah menantikan anak ini, ditengah pernikahan kami dan mungkin bisa mempererat hubungan kami. ”ucap Clara sambil melihat dirinya di cermin seakan menyakinkan dirinya.
Sejak semalam Arman tidak pulang, dan tidak bisa dihubungi Clara.
Clara yang tidak sabar ingin memberitahukan kabar bahagia ini langsung pada Arman, ia tanpa banyak berpikir segera bersiap pergi ke kantor suaminya sore ini.
Sedangkan di kantor, Loly semakin gencar mendekati Arman. Dengan berbagai alasan pekerjaan, ia sering menahan Arman lembur. Malam itu, saat semua karyawan sudah pulang, Loly tiba-tiba menaruh tangannya di atas tangan Arman.
“Arman… jangan yutupi kegelisahan mu padaku. aku tahu pernikahan mu tidak baik-baik saja dengan Clara,dan juga aku ingin kita bisa kembali seperti dulu,” bisiknya.
Arman menarik tangannya, tapi tidak sekuat biasanya. Kepalanya penuh dengan keraguan dan kelelahan rumah tangga. Loly semakin berani mendekat, hingga jarak mereka tinggal sejengkal.
Arman pun mulai tergoda dengan ucapan Loly, dan ia tidak melarang atau menolak yang dilakukan Loly.
Dan hubungan terlarang itu pun dimulai, mereka berdua berciuman mesra dengan gairah didalam kantor.
Tanpa sadar waktunya Arman pulang kerja, dan akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pergi berdua dengan mobil Loly.
Yang disaat mereka keluar kantor, Clara berdiri melihat mereka dari kejauhan.
Melihat sikap Loly yang bermanja-manja di dekat suaminya, dan Arman seakan menyukai kedekatan itu.
Malam itu hati Clara hancur, kotak yang berisi testpack terjatuh dari tangannya.
Clara yang ingin memberikan kejutan, malah mendapatkan kejutan dari Arman.
penasaran bangetttttttt🤭