 
                            Sebuah kecelakaan membawa Sora Langi ke dunia kultivasi, bersama sistem kultivasi harem akankah dia bisa kembali ke bumi?   Sistem milik Sora tidak biasa, kalau mau jadi kuat harus sering melakukan kontak fisik dengan lawan jenis. Semakin intim kontak fisik semakin besar poinnya, akankah Sora mampu melangkah maju bersama sistem? 
 
(Ding! Pegangan tangan dengan lawan jenis, poin harem +...) 
(Ding! Berciuman dengan lawan jenis, poin harem +...) 
(Ding! Berpelukan dengan lawan jenis, poin harem +...) 
(Ding! Berhubungan i...., poin harem +...) 
Tentu saja, meski caranya absurd, Sora Langi pasti melangkah maju sambil mengumpulkan kecantikan di kanan dan kiri.  Anak tetua desa yang cantik tapi pemalu, ketua sekte yang tegas dan dingin, dewi perang yang ditakuti miliaran orang, semua akan menjadi miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYN02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-
Sora menenangkan diri dan berkata, 'Kamu tadi mengenalkan diri sebagai asisten sistem?'
(Itu benar, tugas utamaku adalah membimbing Tuan Rumah.)
'Apa yang bisa dilakukan sistem untukku?'
(Baik, sebelum menjawab pertanyaan Tuan Rumah, aku perlu memperkenalkan nama yang dimiliki sistem ini.)
'Kenapa begitu?'
(Nama sistem ini adalah Sistem Kultivasi Harem.) Luna mengabaikan pertanyaan Sora.
Sora terdiam sebentar kemudian berkata, 'Aku mengerti, berhenti di situ.'
(Tapi aku bahkan belum menjelaskan,) ucap Luna.
'Betul juga, kalau gitu jelaskan garis besarnya saja.'
(Baik. Tuan Rumah bisa mengumpulkan poin harem melalui kontak fisik dengan wanita. Semakin intim kontak yang dilakukan dengan wanita, semakin banyak poin harem yang bisa didapatkan Tuan Rumah.)
'Apa kegunaan poin harem?'
(Kegunaan utama bisa digunakan untuk meningkatkan ranah kultivasi. Kalau orang lain perlu berlatih keras dalam jangka waktu lama demi menaikkan satu ranah, Tuan Rumah bisa meningkatkan dengan mudah selama memiliki poin harem.)
'Terdengar sangat berguna, tapi premis dalam mengumpulkan poin harem sedikit vulgar.'
(Kontak fisik tidak selalu berarti hubungan intim. Pegangan tangan sudah termasuk kontak fisik, Tuan Rumah akan diberi poin harem yang sesuai untuk itu.)
'Apa kegunaan lainnya?'
(Poin harem bisa digunakan sebagai mata uang untuk membeli barang di toko sistem. Tuan Rumah bisa membeli segalanya di toko sistem selama mempunyai poin harem yang cukup.)
Sora menyipitkan mata dan merenungkan sesuatu. 'Bahkan kalau aku ingin membeli kemampuan dari karakter cerita tertentu?'
(Bisa, harganya tergantung pada level kemampuan yang bersangkutan.)
'Luar biasa! Sekarang aku jadi lebih bersemangat!'
(Nantikan saja, akan ada lebih banyak kejutan di masa depan.)
Sora mengangguk dengan ekspresi tidak sabar. 'Apa cuma itu?'
(Tidak, sistem juga memiliki fungsi misi. Tapi isi dari misinya cuma untuk menaklukkan wanita cantik dengan nilai kecantikan di atas sembilan puluh lima poin.)
'Bagaimana cara kerjanya?'
(Begini, saat Tuan Rumah bertemu wanita cantik yang memenuhi standar sistem, secara otomatis akan muncul misi dengan hadiah acak yang pastinya menggiurkan bagi Tuan Rumah.)
'Oh? Apa aku cuma bisa mengumpulkan poin harem dari wanita cantik dengan nilai di atas sembilan puluh lima?'
(Tidak, poin harem bisa didapatkan dari wanita sembarangan selama mereka tidak jelek.)
Sora menghela napas lega. 'Ngomong-ngomong apa tidak ada hadiah pemula atau sesuatu semacamnya?'
(Sayangnya sistem tidak menyediakan hal sepele seperti itu, Tuan Rumah perlu mengumpulkan poin harem lebih dulu sebelum bisa menggunakan fungsi sistem.)
'Begitu ya.' Jujur saja, Sora sedikit kecewa dengan jawaban Luna. Tapi apa boleh buat, dia memang tidak boleh bergantung sepenuhnya pada sistem. Setidaknya di permulaan dia harus melakukannya sendiri.
Krucuk-krucuk!
Perut Sora mengeluarkan suara yang cukup keras.
Seketika gubuk menjadi hening, para wanita saling memandang lalu tertawa bersama.
Sora tersadar dan tersenyum malu. "Apa boleh aku meminta sedikit makanan?"
"Tunggu sebentar, akan aku ambilkan," ucap wanita dewasa dengan senyum lembut di wajahnya.
Seketika Sora jatuh hati padanya, tapi bukan berarti dia menyukainya, Sora cuma terpesona dengan senyuman lembut di wajahnya.
Tak lama setelah wanita dewasa pergi, beberapa wanita muda yang tampak seusia Sora mulai mengerumuninya.
"Hei, dari mana asalmu?"
"Kulitmu putih, apa kamu benar-benar pria?"
"Pakaianmu sangat bagus, dari mana kamu mendapatkannya?"
Mereka mengerumuni sambil bertanya tanpa henti.
"Tolong satu - satu, aku tidak bisa menjawab pertanyaan kalian sekaligus." Sora mengambil kesempatan dengan mendorong beberapa wanita muda untuk mengetes fungsi sistem.
(+1...+2...+4...+3...+2...+1...)
Suara notifikasi terdengar terus - menerus, Sora merasa lega karena sistem miliknya benar - benar nyata.
Sora menjawab pertanyaan mereka satu per satu sambil terus mencari kesempatan untuk menyentuh mereka.
Sora tidak tahu kalau tindakan nakalnya terlihat oleh wanita muda berambut panjang yang poninya menutupi mata sebelah kanan.
Wanita itu berada di paling belakang dan paling jauh dari Sora. Meskipun dia terlihat ingin mendekat, dia terlalu malu yang membuatnya tetap berdiri di tempatnya sampai kerumunan perlahan mereda.
Setelah puas menanyai Sora, para wanita satu per satu mulai meninggalkan Sora. Dari anak - anak sampai wanita dewasa di desa ini memiliki pekerjaan, mereka tidak bisa terus berada di sekitar Sora.
Setelah semua orang pergi, Sora berhasil mengumpulkan seribu poin harem yang akan menjadi dasar baginya di dunia baru ini.
"Anu..." Suara pemalu seorang wanita mengejutkan Sora.
"Siapa?!" Sora menoleh dengan panik lalu melihat wanita muda yang berdiri cukup jauh darinya. "Siapa kamu?" Meski Sora tadi banyak berkenalan dengan wanita muda, dia yakin belum melakukannya bersama wanita muda yang satu ini.
"Etto, namaku Melati, aku yang meminta penduduk desa untuk menyelamatkanmu." Suara Melati cuma jelas di awal. Semakin banyak kata yang diucapkan semakin pelan suaranya.
Sora cuma mendengar namanya tapi segera sadar kalau wanita inilah yang secara tidak langsung telah menyelamatkan nyawanya.
"Begitu ya, jadi kamu-."
Bruk!
Sora yang mencoba berdiri tiba - tiba jatuh bertumpu dengan kedua lututnya.
"Apa kamu baik - baik saja?!" Melati dengan panik berlari dan mengecek kondisi Sora.
Sora memaksakan senyum di wajahnya sambil menganggukkan kepala. "Ini masalah kecil."
"Kamu tidak terlihat baik bagiku, tidak perlu memaksakan diri, aku akan membantumu kembali." Melati memeluk Sora, membantunya kembali ke tempat semula.
(Ding! Kecantikan level sembilan puluh tujuh ditemukan. Misi dirilis, taklukkan Melati, hadiah misterius akan diberikan begitu misi selesai.)
'Eh? Sembilan puluh tujuh?' Sora jelas heran dengan penilaian sistem. Soalnya Melati cuma terlihat seperti wanita pemalu yang imut di mata Sora. Bukan maksud menjelekkan, Melati memang tidak memiliki pesona wanita cantik sejati. Setidaknya sekarang dia tidak memilikinya, itulah yang diyakini Sora.
Bukan cuma nilai kecantikan Melati yang mengejutkan, tapi jumlah poin harem yang didapatkan saat bersentuhan sebentar langsung tembus seribu poin.
'Luna, apa penampilan lawan jenis berdampak pada jumlah poin harem yang bisa didapatkan dalam sekali sentuhan?'
(Ah, itu benar, aku lupa mengatakannya.)
'Begitu ya, pantas saja. Tapi aku masih belum melihat kecantikan level sembilan puluh tujuh itu gimana, apakah benar - benar cantik atau cuma gimmick belaka.'
(Tuan Rumah nantikan saja, Tuan pasti kaget saat melihat penampilannya yang sesungguhnya.)
'...' Karena pernyataan Luna, Sora menjadi semakin penasaran tapi dia masih punya akal sehat dan tidak bisa langsung meminta Melati untuk menunjukkan wajahnya. 'Apa boleh buat, aku harus bersabar.'
"Apa masih terasa sakit? Kalau iya, aku akan memanggil tabib untuk memeriksa lukamu," ujar Melati panik.
Sora segera sadar dan menggelengkan kepala. "Tidak, sudah tidak sakit lagi."
"Benarkah?" tanya Melati ragu.
Sora mengangguk dengan senyum tampan di wajahnya.
Wajah Melati memerah, jantungnya berdebar lalu dia berbalik untuk menyembunyikan reaksinya.
Meski sudah disembunyikan, Sora masih bisa menemukan jejak dari reaksi Melati. Dia tidak bisa menahan senyum karena terhibur dengan reaksi Melati.
'Dia benar - benar pemalu, pasti sulit menaklukkan hatinya.' Sora bergumam dalam hati dengan perasaan tidak bergaya. 'Ngomong-ngomong kenapa dia menyelamatkan aku?'
"Ahem! Boleh aku tanya sesuatu?" ucap Sora.
Tubuh Melati menegang sesaat lalu dia melirik dengan tatapan ragu. "Apa itu?"
"Kenapa kamu menyelamatkan aku?" tanya Sora penasaran.
Melati kembali membuang muka lalu menjawab dengan suara yang sangat pelan. "Aku tidak tahu, saat pertama melihatmu, jantungku mulai berdebar kencang. Aku merasa tidak bisa meninggalkanmu, jadi aku meminta ayah untuk menyelamatkanmu."
"Maaf, bisa lebih keras? Aku tidak bisa mendengarnya."
"!" Melati terkejut dan segera meninggalkan ruangan.
Sora yang ditinggalkan tidak bisa berkata - kata, dia cuma bisa menatap siluet yang semakin menjauh dengan perasaan tidak berdaya.
"Apa salahku, mengapa dia menghindariku." Suara Sora sangat tidak berdaya sekaligus menyedihkan.
...
..
.
Bersambung...
 
                     
                    