Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 Cadar Yang Di Buka
Aliza dan Arum yang terlihat berjalan di bawah langit redup yang diterangi lampu-lampu jalanan.
"Kenapa wajah kamu tampak cemberut seperti itu?" tanya Aliza pada wanita yang sejak tadi menggandeng lengannya itu.
"Dia yang membuat janji dan dia yang telah mengingkarinya, benar-benar menyebalkan," jawab Arum.
"Apa ini tentang pria yang kamu ceritakan?" tebak Aliza.
Arum menganggukkan kepala, "dia sangat cuek dan aku tidak bisa menebak bagaimana dirinya, aku benar-benar sangat bahagia saat dia mengajakku untuk makan malam walau terkadang pembicaraan kami sangat sulit untukku mengerti. Entahlah mungkin pria itu adalah pria yang sangat pintar, sehingga pembicaraan kami tidak seperti orang-orang pada umumnya," ucapnya.
"Memang perbedaan pembicaraan orang-orang pada umumnya dan membicarakan kalian seperti apa?" tanya Aliza.
"Kamu tidak pernah pacaran dan kamu tidak akan mengerti. Aliza pasangan yang melakukan PDKT biasanya mereka akan membicarakan tentang apa kesukaan wanita dan juga kesukaan pria. Tetapi dia hanya terus bertanya tentang keluarga. Dia sebenarnya menyukaiku atau menyukai kedua orang tuaku," ucapnya yang terlihat sedikit sangat kesal.
"Mungkin saja cara seorang pria mengekspresikan perasaannya berbeda-beda," sahut Aliza memberikan pendapat.
"Ya mungkin saja. Sudahlah aku tidak ingin memikirkannya untuk saat ini. Aku akan menunggunya menelponku dan meminta maaf karena sudah mengingkari janjinya, walau ...."
"Walau apa?" tanya Aliza.
"Walau aku yakin dia tidak akan melakukan itu," jawabnya tampak pasrah.
"Sudahlah Aliza. Kita sebaiknya pulang saja aku akan menyuruh Papa untuk menjemput kita," ucap Arum yang mengeluarkan ponselnya dari tasnya.
"Kamu sebaiknya pulang duluan saja. Aku mau mengikuti kajian sebentar," ucap Aliza.
"Malam-malam seperti ini?" tanya Arum.
"Tidak jauh, di sana!" Aliza yang terlihat menunjuk mesjid yang memang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Aliza aku benar-benar ingin menemani kamu, tetapi mood ku sedang berantakan. Maafkan aku yang harus pulang terlebih dahulu," ucapnya.
"Tidak apa-apa," jawab Aliza.
"Makasih Aliza sudah mendengarkan curhatku yang membosankan ini," ucap Arum. Aliza hanya tersenyum menanggapinya.
"Ya sudah Arum, aku langsung saja ke kajian," ucap Aliza yang membuat Arum menganggukkan kepala.
Arum melihat wanita anggun yang memakai gamis berwarna coklat Itu tampak menyeberangi jalan.
"Pantas saja Ardito menyukainya secara ugal-ugalan. Aliza wanita yang hanya cantik, lembut, dan agamis," ucapnya menghela nafas.
****
Seperti apa yang dikatakan Aliza jika dia hanya sebentar saja mengikuti pengajian di salah satu masjid yang tidak jauh dari rumahnya. Aliza yang menuruni anak tangga keluar dari masjid tersebut.
Ting.
"Aliza apa kamu sudah selesai pengajian?" Aliza membuka ponselnya dan melihat pesan dari Arum.
"Alhamdulillah baru selesai," jawab Aliza.
"Papa tadi baru saja selesai meeting dengan timnya aku akan minta Papa untuk menjemput kamu," ucap Arum.
"Tidak usah Arum. Paman pasti sangat lelah dan nanti aku mengatakan kepada beliau untuk tidak perlu menjemput ku. Lagi pula masjidnya tidak jauh dari rumah," tulis Aliza yang memang tidak ingin merekatkan siapapun.
"Kamu yakin?"
"Aku yakin,"
"Baiklah!"
Aliza menghela nafas ketika mendapatkan pesan dari Arum yang sudah hidup bersamanya sangat lama dan bahkan mereka saling memahami dan saling pengertian satu sama lain walau hubungan mereka hanya sepupu.
Saat kakinya yang baru saja melangkah tiba-tiba saja mendengar suara lirikan seseorang.
"Ahhhhhh...." suara itu terdengar semakin jelas yang membuat Aliza menoleh ke arah yang sangat dia curigai, di balik tembok yang terdapat di sudut terlihat ada sebuah tangan. Aliza mengerutkan dahinya yang sangat penasaran membuatnya melangkah perlahan melihat apa yang terjadi.
Akhirnya wanita cantik itu sudah pada tempat yang dia curigai dan benar juga hanya ternyata ada orang di sana.
"Astagfirullah....." ucapnya yang benar-benar kaget menutup mulutnya menggunakan kedua tangan saat melihat pria yang sedikit tertunduk itu berlumuran darah dengan tangannya yang memegang perutnya yang sepertinya terkena tusukan.
"Ya Allah bagaimana ini!" ucapnya panik yang langsung berjongkok yang mencoba untuk melihat pria itu.
"Tuan!"
"Tuan!"
Aliza mencoba untuk membangunkan tetapi tidak ada reaksi sama sekali.
"Tolong!"
"Tolong!"
"Ada orang yang terluka di sini?" Aliza berteriak kepanikan yang ternyata suaranya mampu membuat laki-laki itu membuka matanya dan perlahan mengangkat kepalanya yang ternyata itu adalah Dhafian.
"Ya Allah bagaimana ini?" Aliza semakin panik disaat tidak ada satu orang pun yang datang. Mungkin karena mesjid tersebut berada diantara bangunan perusahaan yang membuat tempat itu tampak sepi di malam hari.
"Kenapa wanita ini berisik sekali, bagaimana jika ada Polisi," batin Dhafian menghela nafas.
"Sebaiknya aku telpon paman," ucapnya dengan tangan bergetar dan mencoba untuk merogoh tasnya mengambil ponselnya dan ternyata sangat sial sekali ponselnya tiba-tiba mati yang membuat Aliza sekarang kehabisan idul entah apa yang harus dia lakukan.
"Ya Allah, pria ini bisa kehabisan darah jika tidak langsung ditangani. Apa yang harus hamba lakukan ya Allah," ucapnya.
Ditengah kepanikan itu yang ternyata Aliza memberanikan diri untuk menekan perut Dhafian agar darah tersebut tidak semakin mengalir dan untuk pertama kalinya dia telah menyentuh laki-laki dan ke keadaan dalam darurat seperti itu memang tidak masalah sama sekali.
Aliza mengeluarkan sesuatu dari tasnya mencoba untuk melihat apa yang bisa dia lakukan untuk membantu pria tersebut.
"Bismilah!" ucapnya yang secara tiba-tiba saja membuka cadarnya.
Aliza tidak memiliki alat-alat untuk menutup sesuatu pada luka itu dan mau tidak mau dia harus membuka cadar dan memperlihatkan wajah cantiknya
Dengan sangat cepat Aliza yang langsung menekankan cadar tersebut pada luka itu dan kemudian merobek bagian gamis bawahnya memanjang untuk menjadi pengikat.
Dhafian membuka perlahan matanya dan sangat jelas melihat wanita yang tampak panik sekarang sedang berusaha untuk mengobatinya. Sementara Aliza sama sekali belum melihat laki-laki itu yang masih fokus pada luka Dhafian.
Mata Dhafian tidak berkedip sama sekali di tengah nafasnya yang terdengar naik turun. Sampai Aliza akhirnya melihat marah pria tersebut.
"Kamu sudah sadar?" suara lembut itu terdengar begitu indah.
Tidak ada respon sama sekali dari Dhafian yang hanya melihat Aliza secara terus-menerus tanpa berkedip
****
Rumah sakit.
Dhafian yang sekarang berada di salah satu ranjang rumah sakit. Tubuh itu yang terlihat tidak memakai pakaian dan tampak luka di perutnya sudah diperban dengan sangat rapi dan bukan menggunakan cadar lagi.
Dhafian perlahan membuka matanya dengan mata berkeliling melihat langit-langit kamar kekiri dan ke kanan yang bisa menduga keberadaannya berada di rumah sakit. Dhafian jika menoleh ke lengannya yang terdapat infus.
"Hah!" ucapnya menghela nafas yang mencoba untuk duduk dan sepertinya keadaannya jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Ceklek.
Pintu ruangan itu terbuka yang membuat Dhafian menoleh kearah pintu itu. Arga asisten kepercayaannya melangkah memasuki ruangan tersebut.
"Gadis itu yang membawa tuan kerumah sakit," ucap Arga.
Dhafian mengerutkan dahinya yang mengingatkan kejadian tadi malam di saat mendengar suara wanita yang minta tolong dan wanita itu tiba-tiba saja membantunya untuk menahan perdarahan pada lukanya.
"Ini sangat kebetulan," ucap Arga.
"Maksud kamu?" tanya Dhafian.
Arga yang memberikan amplop berwarna coklat kepada Dhafian dan langsung di lihat Dhafian dengan wajah kaget dengan dahinya mengerutkan dahi.
Bersambung ......
sayangnya ada penempatan kata
"yang" & "dan" yg tidak sesuai dg tempatnya🙏