Shan-xui, seorang gadis muda yang profesinya sebagai guru sejarah dan bela diri. setelah selesai menjemput ke empat muridnya di salah satu club malam, tiba-tiba dia di tabrak mobil, kondisinya sangat mengenaskan. Ketika dia terbangun, dia dibuat syok saat dia mengetahui kalau dia tidak ada di dunianya, dia berada di dunia kuno di zaman ribuan tahun yang lalu.
akankah Lin-rang menerima dunianya yang baru, dia telah memasuki tubuh seorang selir di masa kerajaan ribuan tahun yang lalu. seorang gadis muda yang begitu mengenaskan dan selalu diasingkan dari kalangan kerajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia mantan selir.
Selir Wei xian yang mendengar kalau ibu suri mengundang seorang gadis ke kerajaannya, dia malah terlihat sedikit santai, dia berpikir kalau siapapun wanita yang akan dijadikan selir baru itu tidak akan mempengaruhinya. selir Wei xian berpikir kalau kaisar sangat mencintainya, dan pria itu akan melakukan segalanya untuknya.
Pelayan yang mendengar ibu suri mengundang seorang gadis cantik ke kerajaan membuat pelayan selir Wei xian sangat penasaran. Seketika dia mencari informasi mengenai siapa gadis yang dibawa oleh ibu suri. Namun ketika dia mendapatkan kabar mengenai sosok gadis itu, betapa terkejutnya pelayan selir Wei xian, dia nampak terkejut, ternyata yang diundang oleh ibu suri ke paviliunnya adalah mantan selir yang dibuang oleh sang kaisar.
"Nyonya! nyonya!" panggil pelayan selir Wei xian dengan panik.
“Kamu ini apa-apaan sih? Kok berteriak sampai bikin aku kaget begini?” Selir Wei Xian mengerutkan kening, suaranya sedikit kesal sambil duduk santai di gazebo favoritnya. Di tangannya, beberapa potong buah-buahan manis teronggok tak tersentuh.
Pelayan itu terengah-engah, wajahnya pucat pasi. “Maaf, Nyonya… Ada sesuatu yang... aneh di istana.” Ia menunduk, berusaha menahan rasa takut yang menggumpal di dada.
“Ceritakan cepat, kenapa kamu diam saja? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Wei Xian, menatap tajam pelayan di depannya.
Pelayan itu membisikkan sesuatu ke telinga Wei Xian. Seketika, tangan yang hendak mengambil buah anggur terhenti di udara. Matanya membelalak, tidak percaya dengan apa yang baru didengar. “Tidak mungkin…!” gumam Wei Xian, suaranya bergetar. Hening sejenak menyelimuti gazebo, hanya terdengar desiran angin dan detak jantung yang memacu.
“Apa kamu bilang? Wanita bodoh itu yang diundang Ibu Suri?” Selir Wei Xian menatap pelayan dengan mata melebar, terkejut setengah tidak percaya.
Pelayan itu mengangguk cepat. “Iya, nyonya. Aku tadi sempat ke tempat Ibu Suri, dan beberapa pelayan bilang tamu yang datang memang dia. Waktu aku lihat wajah pelayan wanita itu, baru tahu siapa sebenarnya yang diundang.”
Selir Wei Xian memutar matanya, nadanya tajam. “Serius kamu? Ini sudah keterlaluan! Wanita itu pantasnya tidak boleh masuk ke istana lagi!”
Tiba-tiba, suara lantang selir Wei xian memecah ruangan, jelas emosi. “Ini tidak bisa dibiarkan! Aku akan langsung ke tempat Ibu Suri sekarang juga, dan suruh usir Lin-rang dari sana!” Tanpa menunggu jawaban, Wei xian bergegas keluar, langkahnya cepat menandakan betapa dia sangat marah.
Di ruang lain, suasana kontras sama sekali. Ibu Suri duduk dengan tenang, wajahnya berseri ketika menatap Lin-rang yang duduk di hadapannya. “Sudah hampir enam bulan kau diasingkan… Rasanya seperti menahan rindu yang begitu dalam,” ucap Ibu Suri pelan, matanya berbinar penuh kasih sayang. Lin-rang menunduk, napasnya tertahan antara haru dan kebingungan.
Namun tatapan penuh sayang Ibu Suri itu seakan menghangatkan hatinya yang selama ini dingin terasing.
"Aku benar-benar sangat merindukanmu. Biasanya, kamulah yang selalu bicara duluan sama aku," ucap Ibu Suri dengan mata berkaca-kaca.
Lin-rang tersenyum lembut, lalu menepuk tangan Ibu Suri pelan. "Ibu Suri nggak usah khawatir, aku bakal sering-sering datang kok." Ibu Suri menatap Lin-rang dengan penuh rasa bahagia, kemudian Lin-rang bertanya kepada ibu suri, "Oh iya, memangnya aku di undan kemari karena apa, yang mulia? Apa ada yang mau yang mulia sampaikan?" Lin-rang mengernyit penasaran.
"Iya, Ibu suri. Ada apa, sebenarnya?" tanya Ming-na.
Dengan senyum yang makin melebar, Ibu Suri berkata, "Besok malam di istana bakal ada perjamuan kerajaan. Beberapa tamu penting dari kerajaan lain akan datang."
"Mmm... Lalu kenapa aku yang diminta datang ke sini?" tanya Lin-rang sambil mengerutkan alisnya.
Ibu Suri menepuk tangan Lin-rang sekali lagi, lalu menjawab, "Aku ingin kamu mendampingi aku di acara perjamuan itu."
Lin-rang menoleh ke Ming-na, dan mereka saling berpandangan penuh arti. "Tapi, Kak, besok kita ada acara di tempat Adi Pati," sahut Ming-na sedikit ragu.
Lin-rang menghela napas. "Iya, aku tahu. Tapi kayaknya aku nggak bisa lepas dari tugas kali ini."
Lin-rang menatap Ming-na penuh arti, lalu berkata sambil tersenyum tipis, “Oh iya, Ibu Suri, besok aku ada acara di tempat Adipati.”
Ibu Suri langsung memelas, matanya berkaca-kaca.
“Tapi… apa kamu nggak kasihan sama aku? Aku rindu banget sama kamu, Lin-rang.” Suaranya parau, hampir seperti ingin menangis.
“Hehehe... akhirnya umpan dimakan juga,” gumam Lin-rang pelan dalam hati sambil menatap ke Ming-na. “Nanti aku lihat apa yang akan dilakukan para wanita licik itu. Setelah ini, aku akan kasih mereka hukuman setimpal.”
Ming-na ragu menatap Lin-rang, “Gimana nih, Kak? Mending Kakak ikut Ibu Suri aja, terus kita kirim pesan ke Adipati bilang kalau kita nggak bisa datang untuk ngajari anak-anak menyulam.”
Ibu Suri cepat-cepat menimpali dengan nada memelas, “Iya, batalkan saja. Apa kamu nggak kasihan sama wanita tua ini?”
Lin-rang menghela napas, akhirnya menyerah. “Baiklah, Ming-na. Tolong kasih tahu Adipati kalau aku nggak bisa datang besok.”
Ming-na mengangguk pelan, menyimpan strategi Lin-rang yang sesungguhnya di balik keputusan itu.
"Bagus, bagus. Aku sangat senang jika kamu setuju." ucap ibu suri.
Sesuai yang di rencanakan oleh Lin-rang, akhirnya dia kembali masuk ke istana, dia akan membalaskan dendam pemilik tubuh asli.
"Baguslah kalau begitu, nona Lin sangat baik." puji Kasim.
"Tidak usah memujiku, Kasim. Walaupun aku tidak terlalu ingat mengenai ibu suri, tapi aku suka dengannya." balas Lin-rang.
"Dia benar-benar sangat berbeda, bahkan cara bicaranya saja tidak seperti yang dulu. Kalau dulu dia tak akan bicara seperti ini." gumam ibu suri dalam hati.
Suara canda tawa terdengar begitu keras, tubuh Lin-rang yang di ambil alih oleh Shan-xui sekarang kalau bicara lebih terus terang.
"Hahaha..., benarkah?" tanya ibu suri.
"Tentu saja yang mulia." jawab Ming-na.
Dari luar paviliun ibu suri, selir Wei xian dang bersama pelayanannya.
"Aku ingin bertemu dengan yang mulia ibu suri." ucap selir Wei xian.
"Maaf selir, yang mulia ibu suri sedang ada tamu." jawab pelayan.
"Katakan kepada yang mulia ibu suri kalau aku ingin menjenguknya." lanjut selir Wei xian.
"Tapi maaf selir, ibu suri bilang kalau dia tidak ingin menemui siapapun." pelayan ibu suri mencoba menghentikan selir Wei xian. Namun wanita itu tetap ngotot ingin bertemu dengan ibu suri.
"Masuk dan bilang kalau aku sudah ada di luar." selir Wei xian marah.
*Bersambung*