Erlin, gadis mandiri yang hobi bekerja di bengkel mobil, tiba-tiba harus menikah dengan Ustadz Abimanyu pengusaha muda pemilik pesantren yang sudah beristri.
Pernikahan itu membuatnya terjebak dalam konflik batin, kecemburuan, dan tuntutan peran yang jauh dari dunia yang ia cintai. Di tengah tekanan rumah tangga dan lingkungan yang tak selalu ramah, Erlin berjuang menemukan jati diri, hingga rasa frustasi mulai menguji keteguhannya: tetap bertahan demi cinta dan tanggung jawab, atau melepaskan demi kebebasan dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Setelah selesai akad nikah, mereka berdua meminta restu kepada orang tua.
Erlin masih sedikit kecewa dengan kedua orang tuanya.
Ia hanya diam dan tidak berkata apa-apa kepada mereka berdua.
"Semoga kalian berdua menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah,” ucap Abi Husein dengan wajah bahagia.
Erlin hanya diam dan mengalihkan pandangannya ke lantai.
"Insyaallah saya akan menjaga dan melindungi Erlin sebaik mungkin." ucap Abimanyu.
"Menjaga? Kita saja tidak saling mengenal." gumam Erlin dengan tatapan tidak suka dengan Abimanyu.
Kemudian Kyai Abdullah meminta ijin untuk membawa Erlin ke rumah mereka.
Erlin masuk ke kamar dan mengambil semua pakaiannya.
Tak lupa ia mengambil jaket dan helm kesayangannya.
"Erlin, ibu mohon jangan seperti ini. Kamu pasti akan bahagia dengan Abimanyu?"
"Ck, bahagia apa, Bu? Yang bahagia kan Abi sama Ibu. Bukan Erlin."
Setelah membereskan semuanya, Erlin keluar dari kamar.
Abimanyu menghampiri istrinya dan akan mengambil tas yang dibawa.
"Tidak usah, aku bisa bawa sendiri. Dan share lokasi rumah kamu." ucap Erlin.
"M-maksud kamu apa? Kita naik mobil sama-sama,"
Erlin tidak menghiraukan perkataan Abimanyu dan ia naik ke motor sportnya.
"Cepat share lokasi atau aku akan tidur di bengkel,"
Abimanyu menghela nafas panjang dan mengirimkan lokasi rumahnya.
Kyai dan Umi menggelengkan kepalanya melihat mantunya bertingkah seperti itu.
BRUUMMMMMM!
Suara sepeda motor sport yang dikendarai oleh Erlin.
"Sampai bertemu di rumah, suamiku.".
Erlina melajukan motornya sekencang mungkin tanpa menghiraukan mereka yang masih belum berangkat.
Haji Husein dan Ibu Mina meminta maaf kepada mereka.
"Tidak perlu minta maaf, Husein. Kita dulu juga pernah muda." ucap Kyai Abdullah yang kemudian masuk ke dalam mobil.
Abimanyu melajukan mobil BMW X5 dan segera menuju ke rumah.
"Bagaimana bisa ia tidak mau satu mobil denganku?" gumam Abimanyu.
"Kamu harus beri pelajaran istrimu itu, Abi. Baru saja menikah sudah tidak patuh dengan suami. Mau jadi apa rumah tanggamu nanti." ucap Umi Farida yang tidak suka dengan Erlin.
Kyai Abdullah meminta agar istrinya untuk tenang.
Abimanyu menggenggam erat kemudinya dengan sedikit marah.
Sementara itu Erin masih melajukan motornya sekencang mungkin.
"Kenapa mereka memperlakukan aku seperti ini? Apa salahku?" gumam Erlin sambil menangis sesenggukan di balik helmnya.
Andaikan saja Erlin tahu jika mereka akan memaksanya menikah dengan lelaki yang sudah mempunyai istri.
Ia pasti tadi tidak akan pulang dan memiih tetap bekerja di bengkel.
Dua jam kemudian ia sudah masuk ke alamat yang dikirimkan oleh Abimanyu.
Ia melihat mobil Abimanyu yang sudah sampai di rumah.
Erlin menghentikan motornya dan melepaskan helmnya.
Abimanyu menghampiri istrinya yang baru saja sampai.
"Selamat datang di rumah kita, Erlin." ucap Abimanyu.
Erlin hanya diam dan meminta suaminya untuk menunjukkan kamarnya.
"Erlin, aku akan menunjukkan kamarmu." ucap wanita berparas cantik dan sangat anggun sekali.
Wanita itu adalah Riana yang merupakan istri pertama Abimanyu.
"Ayo, aku antar ke kamarmu." ajak Riana.
Abimanyu menggenggam tangan Erlin dan memintanya untuk masuk ke kamarnya.
"Biar aku saja yang mengantarkan istriku," ucap Abimanyu.
Riana mengangguk kecil dan masuk ke dalam kamarnya.
"Lihatlah kelakuannya, seperti Putri raja saja." ucap Umi Farida.
Kyai meminta istrinya untuk tidak menambah masalah.
"Ayo kita masuk ke kamar dan biarkan Abimanyu yang mendidik istri-istrinya."
Abimanyu masih menggandeng tangan istrinya dan membawanya ke kamar.
"Ini kamar kita dan malam ini aku akan tidur dikamar ini." ucap Abimanyu.
"Owh, tidak bisa. Aku masih belum siap dan aku juga belum mengenalmu, Abimanyu." ujar Erlin yang meminta Abimanyu keluar dari kamarnya.
Abimanyu yang mendengarnya langsung mengunci pintu rapat-rapat.
Ia berjalan mendekati Erlin yang berdiri di hadapannya.
"K-kamu mau apa? Dasar lelaki mesum!" ucap Erlin sambil memejamkan matanya.
Cethek!
Abimanyu menyentil dahi istrinya dan memintanya untuk tidak berisik.
Erlin membuka matanya dan melihat Abimanyu yang merebahkan tubuhnya di kursi sofa.
"Istirahatlah dulu sebelum kita makan malam bersama." ucap Abimanyu.
Erlin naik ke atas tempat sambil menutup tubuhnya dengan selimut.
Sesekali Erlin melirik ke arah suaminya yang sepertinya sudah tertidur pulas.
"Bagaimana bisa ia tidur pulas, sementara itu aku disini sedang tersiksa." gumam Erlin.
Erlin akan memejamkan matanya dan mendengar suara Riana yang mengetik pintu.
"Abi, Erlin. Ayo kita makan malam dulu. Kyai dan Umi Farida sudah menunggu kalian berdua." ucap Riana.
Erlin yang mendengarnya langsung berpura-pura memejamkan matanya.
Abimanyu membuka matanya dan bangkit dari sofa.
Ia menghampiri Erlin yang sedang berpura-pura tidur.
"Erlin, ayo kita makan malam dulu."
Erlin membuka matanya dan mengatakan kalau ia tidak mau makan.
"Aku mau tidur dulu," ucap Erlin.
"Erlin, aku mohon. Hargai aku sebagai suamimu. Abi dan Umi sedang menunggu kita berdua," pinta Abimanyu.
Erlin menghela nafas panjang dan bangkit dari tempat tidurnya.
"Terima kasih Erlin," ucap Abimanyu.
Erlin membuka pintu dan berjalan menuju ke ruang makan.
"Akhirnya Putri raja bangun juga dan mau datang ke ruang makan," sindir umi Farida.
Erlin menghentikan langkahnya sejenak, menatap Umi Farida dengan sorot mata tajam.
“Ibu, bisa diam tidak? Aku datang bukan karena ingin, tapi karena menghormati kalian sebagai orang tua. Jadi tolong, jangan sebut aku Putri raja, Bu.” ucap Erlin.
Abimanyu terkejut ketika mendengar perkataan dari istrinya.
"Owh jadi kamu sudah berani melawan ibu mertuamu? Kamu memang wanita kampungan, Erlin.".
"Ibu itu yang kampungan bukan aku!" tambah Erlin yang dari tadi sudah tidak bisa menahan emosinya.
"DIAM!!"
Mereka berdua lansung terdiam saat mendengar teriakan Abimanyu.
"MASUK KE KAMAR SEKARANG!!"
Erlin menghapus air matanya dan masuk kedalam kamar.
Ia langsung mengunci nya dari dalam dan langsung membuang semua barang yang ada disana.
Dalam hitungan detik, Erlin yang sudah tidak kuat lagi langsung jatuh pingsan.
"Lihatlah bagaimana tingkah istrimu yang kampungan itu. Andaikan saja Riana bisa hamil pasti kamu tidak akan menikah lagi." ucap Umi Farida.
Riana yang mendengarnya juga ikut masuk ke kamarnya.
"Umi, sudah cukup. Hargai aku sebagai suami dari istri-istri ku." ucap Abimanyu.
Kyai Abdullah sedikit kecewa dengan tingkah istrinya dan masuk ke kamar.
Abimanyu naik ke lantai atas dan mengetuk pintu kamar Erlin.
Tok... tok.... tok....
"Erlin, buka pintunya. Aku mau masuk."
Abimanyu kembali mengetuk pintu kamar agar Erlin mau membukanya.
"Erlin, tolong buka pintunya. Erlin!"
Abimanyu mendekatkan telinganya ke arah pintu dan tidak mendengar suara Erlin.
BRAKK!
Abimanyu yang tidak sabar langsung mendobrak pintu kamar.
"Astaghfirullah, Erlin!"
Abimanyu langsung terkejut ketika melihat istrinya tergeletak di lantai.
Ia membopong dan menaruhnya di atas tempat tidur.