Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.
"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekelas
Seorang gadis bernapas terengah-engah seraya berlarian kencang menuju gerbang yang akan tertutup. Tidak jauh darinya, terdapat seorang laki-laki yang mengayuh sepeda dengan kacamata yang ia kenakan.
"Aduh, Neng. Kenapa terlambat di saat hari Senin? Makin lama nanti hukumannya," ucap penjaga gerbang tersebut sembari menghampiri gadis yang menundukkan kepalanya seraya mengontrol pernapasannya, penjaga gerbang itu pun melirik laki-laki yang baru saja menghentikan sepedanya di belakang gadis itu. "Dan kamu yang di belakang boleh masuk duluan."
Gadis itu langsung menoleh ke belakang dengan seketika pandangan matanya bertabrakan dengan Bhaskar. Keduanya saling terkejut, bahkan ia memundurkan dirinya beberapa langkah.
"Lo-" Suara gerbang yang terbuka menghentikan Bhaskar untuk berbicara karena saking kerasnya suara gerbang besi itu dibuka.
Tampak Theresia terdiam dengan pandangan mata yang menatap Bhaskar. Laki-laki itu sempat tersenyum tipis ke arahnya sebelum menatap penjaga gerbang. Dan alis gadis itu naik saat pikirannya jatuh pada aksi dirinya yang semalam akan melakukan hal konyol di sebuah jembatan. Laki-laki itulah yang menarik dirinya agar tidak terjun dari jembatan tersebut.
Padahal jika dirinya berhasil melakukan aksi tersebut, mungkin sekarang ia sudah ditemukan hanyut dan tidak akan ada di sini dengan berseragam sekolah serta dalam keadaan terlambat.
"Biarkan saya mendapatkan hukuman pada murid yang biasa terlambat, Pak," kata Bhaskar.
"Tapi-"
"Saya juga murid biasa, jadi jangan beda-bedakan saya dengan murid yang lainnya," sahut Bhaskar sembari melirik gadis di depannya.
Tiba-tiba ada seorang wanita berkerudung dengan membawa buku yang biasa wanita itu bawa untuk mencatat nama-nama murid yang terlambat.
"Lho? Bukannya kamu Bhaskar, ya?" tanya wanita itu.
Bhaskar sedikit menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat dan menjawab, "Iya, Bu. Selamat pagi."
"Pagi juga. Theresia? Tumben kamu terlambat?" Wanita itu melihat gadis di depan Bhaskar yang bernama Theresia sembari menuliskan nama gadis itu di bukunya.
"Saya bangun kesiangan, Bu," jawab Theresia yang menundukkan kepalanya.
"Bhaskar, kamu boleh masuk dan untuk Theresia silakan berdiri di sisi barat lapangan dengan hormat pada bendera hingga upacara dibubarkan. Kamu juga nggak boleh langsung kembali setelah upacara selesai, tunggu saya menghampiri lalu memberikan kamu izin untuk memasuki kelas."
Theresia yang mendengarnya pun menghela napasnya pasrah. "Baik, Bu."
"Saya juga harus mendapatkan hukuman yang serupa, Bu," pinta Bhaskar sembari melirik Theresia.
"Tap-"
"Tidak ada murid yang istimewa di sini, jadi jangan beda-bedakan saya dengan murid yang lainnya."
...••••...
Mata menyipit, rasa panas yang tidak terlalu menusuk kulit namun cahayanya sangat menyilaukan mata. Berdiri tegak sambil hormat pada bendera sang merah putih yang berkibar dengan cantiknya di atas sana.
Bukannya dia cowok semalam? Cowok sialan yang gagalin rencana bundir gua dan sih mesum? Anak baru ternyata, mana guru BK tadi niatnya nggak mau hukum dia. Sebenarnya siapa sih dia? Batin Theresia dengan perasaan dongkolnya.
"Nama lo Theresia, kan? Btw, kita sekelas, dan gua juga mau minta maaf sama kejadian semalam. Emangnya lo mau ngapain? Bundir?" tanya Bhaskar yang ingin memulai pembicaraan.
"Nggak usah ikut campur, lo juga siapa sih? Penjaga gerbang, bahkan guru BK aja tadinya nggak mau ngasih lo hukuman." Theresia melirik Bhaskar yang berdiri di sebelahnya sembari menatap bendera di atas sana.
Laki-laki itu menyatukan sepatu kanannya dengan sepatu kiri gadis itu tanpa meliriknya. "Ya.. nama gua Bhaskar, Bhaskara Jasver. Gua anak baru di sini, mungkin karena itu gua dikasih keringanan biar nggak dapat hukuman karena masih pertama."
Theresia melirik Bhaskar sekilas dan menarik sepatunya. "Hhm... Leta itu siapa? Kenapa kemarin lo panggil gua pake nama itu? Pacar lo?"
"First love gua waktu kecil, tapi dia udah nggak ada."
"Ke mana?"
"Udah bahagia di atas sana." Theresia langsung mengatupkan bibirnya mendengar jawaban Bhaskar.
"Maaf."
"Theresia! Bhaskar! Sekarang kalian boleh kembali ke kelas masing-masing dan jangan terlambat lagi, apalagi di hari Senin seperti ini." Suara yang cukup mengejutkan untuk Theresia dan Bhaskar yang dalam beberapa waktu sebelumnya hanya diam-diam saja tanpa ada pembicaraan.
"Terima kasih, Bu," balas Theresia sembari mengusap keringat di keningnya.
Tatapan mata seolah-olah takjub dari siswi-siswi yang melihat Bhaskar di samping Theresia sambil mengelap keringatnya membuat gadis itu risi dan berpindah agar tidak dekat dengan laki-laki itu. Namun Bhaskar justru yang mendekatkan dirinya ke arah Theresia.
"Ayo ke kelas," ajak Bhaskar.
"Nggak, lo aja duluan, gua mau ke toilet." Gadis itu langsung menyahut tasnya dan melenggang pergi meninggalkan Bhaskar yang menatap kepergiannya.
Setelah Bhaskar memasuki kelas, seluruh arah pandangan mata tertuju kepadanya. Sang guru yang duduk di kursi pun langsung berdiri dan mempersilahkan Bhaskar untuk berdiri di depan papan tulis.
"Sini," titah guru tersebut yang mempersilahkan Bhaskar. "Ini ada anak baru pindahan yang akan jadi teman sekelas kalian. Silakan perkenalkan diri kamu."
"Haii, nama gua Bhaskara Jasveer, panggil aja Bhaskar, gua pindah karena mau ngikut Om gua. Jadii.. mohon kerja samanya ke depannya," ucap Bhaskar yang diakhiri senyuman.
Kelas yang tadinya terdiam memerhatikan orang baru yang berdiri di depan sekarang berganti menjadi ricuh karena suara para siswi yang kegirangan.
"Udah punya cewek belum?" tanya Mona yang dibalas Bhaskar dengan tatapan datar.
"Kamu duduk di sebelah jendela yang sampingnya bangku kosong itu ya? Itu bangkunya There, dia kayaknya belum masuk," tunjuk guru tersebut.
"Terima kasih, Pak." Bhaskar sedikit menundukkan kepalanya dan berjalan menuju bangkunya.
Bersamaan dengan itu, Theresia tiba-tiba ada di ambang pintu sambil tersenyum ke arah guru yang sedang berdiri di depan. "Maaf, Pak, tadi saya terlambat."
"It's okay, karena kamu juga udah dapat hukuman. Sekarang silakan duduk karena saya akan memulai pembelajaran," titah guru tersebut.
Theresia pun berjalan ke arah bangkunya dan melirik Bhaskar yang menatap dirinya. Namun ia langsung membuang muka lalu duduk di bangku tanpa menengok ke arah lainnya.
...••••...
Di saat jam pembelajaran yang sangat penting untuk Theresia dan selalu memfokuskan dirinya ke depan, kini gadis itu risi karena ditatap oleh Bhaskar di bangku sampingnya.
Bahkan laki-laki itu terus-menerus seperti itu hingga bel istirahat berbunyi. Theresia yang tidak tahan langsung menghampiri Bhaskar dengan perasaan dongkolnya
"Jangan bikin gua risi bisa nggak? Gua nggak suka tatapan lo, dan gua bener-bener kurang nyaman sama perilaku lo," kata Theresia yang tidak suka diperlakukan seperti itu.
Bhaskar langsung mengubah raut wajahnya datar. "Maaf, kalau lo nggak nyaman."
Laki-laki itu membawa pensil serta buku catatan kecilnya keluar kelas setelah mendengar Theresia risi dengan dirinya. Tidak apa, ini masih permulaan untuk perjuangannya.
"Eh, Re! Lo kenal dekat sama Bhaskar?" tanya Mona yang datang menghampiri Theresia.
"Enggak."
"Kok dia tadi perhatiin lo terus ya? Jangan-jangan dia suka lagi sama lo." Mona memajukan wajahnya ke wajah Theresia dengan raut wajah menginterogasi.
"Nggak usah aneh-aneh, udahlah, gua mau ke taman cari angin." Theresia menjauhkan wajah Mona dengan telunjuknya dan melenggang pergi dengan Mona yang masih menatap kepergiannya dengan tersenyum.
Di siang teriknya matahari di taman, Theresia tidak bisa ke kantin ataupun memakan sesuatu untuk mengisi perutnya, kecuali air dari botol minum yang ia bawah dari rumah.
Duduk bersantai di bangku taman sambil melamun menunggu bel masuk berbunyi membuat gadis itu bosan, namun tidak ada hal lain yang dapat ia lakukan. Pergi ke perpustakaan pun tidak bisa karena kondisi ruangan tersebut tengah ramai.
Tidak jauh darinya, Bhaskar melepaskan kacamata yang terpasang di wajahnya dan memasukkannya di saku baju. Ia tersenyum puas, menatap gambaran wajah Theresia yang sedang melamun di buku catatan kecilnya.
Di belakang bangku Bhaskar yang terdapat pohon, ada seorang perempuan yang ngemut permennya sembari bersandar dan memerhatikan tangan Bhaskar yang sedang asyik mencorat-coret buku catatan untuk memperbaiki gambaran itu. Ia juga salah fokus karena sepertinya gambaran itu persis seperti seorang gadis yang tidak terlalu jauh dari situ.
Tiba-tiba gadis itu menghampiri Bhaskar dari belakang dan melihat lebih jelas gambaran tersebut. "Eh? Gila! Bagus banget gambarannya, boleh lihat dong..."
Bhaskar terkejut saat bukunya disahut oleh Flora yang berusaha menjauhkan buku tersebut agar ia tidak bisa mengambilnya.
"Balikin!" pinta Bhaskar yang berusaha meraih bukunya, tapi Flora lebih gesit untuk menghindarinya.
"Eits! Bentar, ini cewek itu, ya? Lo suka sama dia?" Flora langsung berlari menghampiri Theresia yang sedang melamun.
"Balikin bukunya!" Bhaskar mengejar Flora yang semakin dekat dengan Theresia, namun langkahnya terhenti dan langsung terkejut dengan aksi Flora yang langsung menunjukkan gambaran itu pada objek yang ia gambar.
Pandangan mata Theresia yang awalnya melihat sekitar taman sekolah tiba-tiba dihalangi oleh sebuah gambaran seorang gadis yang mirip dengannya. Ia langsung menatap gambaran tersebut sebelum melihat Flora yang menjulurkan lidah mengejek ke arah Bhaskar yang menghampiri.
"Ini lo, ya? Dia gambarin lo dari tadi di sana," kata Flora.
Theresia meraih buku catatan kecil Bhaskar dan menatapnya lagi. "Bagus, lo pandai gambar?"
Bhaskar terdiam sejenak mendengar pujian Theresia. Selintas kenangan masa lalu tiba-tiba melintas di benaknya saat Leta juga pernah memuji gambarannya.
Delapan tahun yang lalu, seorang bocah dengan posisi tengkurap di atas rerumputan di bawah pohon yang rindang serta tangan yang sibuk mencoret-coret buku kecilnya sambil tersenyum tipis melihat seorang gadis kecil yang bermain pasir.
Gadis kecil itu melirik Bhaskar yang tampak kesepian tidak ada temannya di bawah pohon. Ia menghampiri Bhaskar dan melihat gambaran bocah itu dari atas.
"Waw! Bagus, kamu pandai menggambar?" tanya Leta dengan tersenyum manis.
Bhaskar terdiam dengan menatap Leta yang tersenyum manis ke arahnya. Sebuah lesung pipi dengan mata yang menyipit karena tersenyum membuat Bhaskar jatuh cinta.
"Oh, iya," jawab Bhaskar.
"Bisa ajarin gua nggak?" tanya Theresia.
Laki-laki itu langsung mengembangkan senyumannya. "Bisa! Mau kapan? Sekarang? Atau pulang sekolah?"
Theresia dan Flora sempat kaget sebab Bhaskar menaikkan nada bicaranya. Laki-laki itu tampak semangat dan kesenangan saat Theresia ingin diajarinya.
"Pulang sekolah aja." Theresia mengembalikan buku kecil tersebut kepada Bhaskar dan beranjak dari duduknya. "Gua tunggu di taman Pawana, usahakan tepat waktu biar gua nggak nungguin lama."
"Oke! Gua bakal ke sana terlebih dahulu sebelum lo," jawab Bhaskar dengan penuh semangat.
"Lho? Padahal gua mau lo kesel ke nih anak kok malah mau jalan bareng?" Flora memajukan bibirnya kesal melihat tujuan aksinya telah gagal.
Theresia tidak memiliki keinginan untuk menjawab, lantas gadis itu melenggang pergi meninggalkan Flora dan Bhaskar di sana.
"Ehm... btw, makasih. Kalau nggak karena lo mungkin gua nggak akan ada alasan buat berdua sama dia," kata Bhaskar, sebelum melenggang pergi mengikuti Theresia yang mulai menjauh.
Flora yang biasanya menghabiskan waktu istirahatnya untuk menyendiri dan berusaha menjahili laki-laki yang menarik perhatiannya justru membuat laki-laki itu semakin dekat dengan gadis lainnya.
...••••...
...Bersambung....