NovelToon NovelToon
AKU BUKAN USTADZAH

AKU BUKAN USTADZAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Spiritual / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: ummu nafizah

"Aku Bukan Ustadzah" mengisahkan perjalanan Aisyah, seorang wanita sederhana yang dikenal taat dan aktif di lingkungan sosial keagamaan, namun selalu menolak disebut ustadzah. Ia merasa masih terus belajar dan takut gelar itu membuatnya terjebak dalam citra yang bukan dirinya. Di tengah aktivitas dakwahnya, hadir Khaerul—seorang pemuda tangguh yang dulu jauh dari agama namun kini berjuang menata hidup dengan semangat hijrah. Pertemuan mereka membawa dinamika antara prinsip, cinta, dan pencarian jati diri. Novel ini menyajikan konflik batin, perjuangan iman, dan ketulusan cinta yang tak selalu harus dimiliki namun untuk dimengerti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummu nafizah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Jejak yang Terhapus

Fajar belum menyingsing, namun langit telah menunjukkan warna-warna kelam seperti luka lama yang belum sembuh. Di ujung jalan kampung yang masih dibalut sunyi, langkah Aisyah terdengar lirih namun mantap. Pikirannya bergelut dengan banyak pertanyaan, masing-masing seperti pisau yang menusuk akal sehatnya tanpa ampun. Surat yang ia temukan malam tadi membakar relung jiwanya. Kata-kata di dalamnya tak sekadar menyimpan kebenaran, tapi seperti peluru yang menembus dada masa lalunya.

Langkahnya membawanya ke masjid tua di tengah kampung—tempat ia dulu belajar mengaji, tempat yang menyimpan kenangan dan luka sekaligus. Kubah masjid itu bagaikan kepala seorang tua yang penuh kerutan rahasia. Pintu kayunya berderit saat ia dorong perlahan, menimbulkan gema yang menggetarkan rongga hatinya.

"Aku bukan ustadzah... tapi mengapa mereka terus memanggilku begitu?" bisiknya pada ruang kosong yang menjawab dengan senyap.

Di dalam masjid, bayang-bayang seolah hidup. Tikar lusuh yang terhampar seperti saksi bisu sujud-sujud yang pernah tulus, kini hanya menyimpan keheningan. Di mimbar, sebuah kitab tua tergeletak—lembarannya berdebu namun masih utuh, seolah menunggu seseorang untuk membacanya kembali.

Tiba-tiba langkah kaki terdengar. Aisyah menoleh. Khaerul masuk, membawa sebungkus makanan dan dua cangkir teh yang mengeluarkan asap tipis.

"Kau datang pagi-pagi sekali," ucapnya sambil meletakkan bungkusan di dekat tiang tengah.

"Aku tak bisa tidur." Aisyah menatapnya. "Apa surat itu... juga menyangkut keluargamu, Khaerul?"

Khaerul menunduk, wajahnya berubah muram. "Ayahku pernah menjadi bagian dari sesuatu yang gelap, Aisyah. Hal yang tak pernah kubayangkan akan ada hubungannya denganmu. Tapi tampaknya... segalanya saling terkait."

Aisyah menutup matanya, napasnya berat. "Semua jejak itu... seperti sudah dihapus. Tapi nyatanya tidak. Mereka hanya disembunyikan, menunggu saat yang tepat untuk ditemukan."

Khaerul duduk di sampingnya, diam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Surat itu menyebut nama seseorang... La Besse. Kau tahu siapa dia?"

Nama itu menghantam kepala Aisyah seperti palu godam. Ia pernah mendengar nama itu disebut dalam bisik-bisik keluarganya—tokoh yang diasingkan, dibenci, tapi tak pernah dijelaskan siapa sebenarnya.

"La Besse... dia adalah—"

Sebuah suara keras terdengar dari luar masjid. Seperti pintu dipukul atau kaca pecah. Mereka berdua terlonjak. Khaerul bergegas keluar, diikuti Aisyah.

Di halaman masjid, seorang lelaki tua tergeletak, wajahnya penuh luka. Matanya nyalang, tangannya menggenggam potongan kertas yang diremas kuat-kuat.

"Tolong... simpan ini... jangan biarkan mereka..." suaranya menghilang dalam hembusan napas terakhir. Aisyah membeku. Lelaki itu adalah tetua kampung yang terkenal pendiam dan tak pernah bicara banyak soal masa lalu.

Khaerul memungut kertas itu perlahan, membukanya. Di dalamnya, peta lama kampung dengan tanda merah yang melingkari satu titik—rumah yang telah terbakar bertahun-tahun lalu, yang dikatakan sebagai tempat penyimpanan kitab pusaka.

"Ini... semakin gila," gumam Khaerul.

"Tidak," jawab Aisyah. "Ini baru permulaan. Kita harus ke sana. Kita harus tahu siapa La Besse, dan apa hubungannya denganku."

Langit mulai cerah, tapi sinarnya tak mampu menghangatkan ketegangan yang mulai membalut hari itu. Aisyah tahu, jejak masa lalu yang dulu dikira terhapus ternyata masih tersimpan, menunggu waktu untuk menyeret mereka ke dalam pusaran kebenaran yang tak bisa dibendung.

Saat mereka melangkah menuju titik di peta, kampung itu perlahan mulai hidup. Namun di balik aktivitas pagi, tersembunyi mata-mata yang mengintai. Mereka tahu, dua anak manusia ini sedang menggali sesuatu yang seharusnya tetap terkubur.

Dan saat mereka menyadarinya, semuanya mungkin sudah terlambat.

1
Armin Arlert
karya ini benar-benar bikin saya terhibur. Terima kasih thor banyak, keep up the good work!
nafizah: mohon dukungannya yaa
total 1 replies
Aono Morimiya
Aku jadi pengen kesana lagi karena settingan tempatnya tergambar dengan sangat baik.
Nana Mina 26
Membekas di hati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!