Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingatan samar
"Ziva, bangun!"
Seseorang menepuk pelan pipi Ziva dan mencoba membangunkannya. Namun, wanita itu masih saja terlelap dalam tidurnya, padahal posisi dia saat ini sedang duduk.
Puk!
Victor, ia sedari tadi mencoba membangunkan sang isteri yang terlihat tidur di luar pintu kamar, ia bahkan merasa heran, kenapa Ziva tertidur di luar pintu kamar ayahnya.
"Lagi... Masukan pelan-pelan..."
Ziva bergumam di sela-sela tidurnya. Sang suami pun mengerutkan dahinya merasa heran, apa yang sedang Ziva mimpikan? Ucapannya terdengar ambigu.
Ceklek
Pintu kamar pun terbuka.
"Eh...." Victor terkejut saat pintu kamar ayahnya terbuka, ia pun dengan cepat menangkap tubuh Ziva yang hampir terjatuh ke belakang.
Dugh
"Aduh!"
Ziva terbangun saat kepalanya sedikit terbentur ke arah pintu.
"Lho, ada apa ini?" Ucap seseorang menatap terkejut ke arah Ziva dan Victor. "Apa yang kalian lakukan di luar pintu kamar ayah?"
Ya, itu Heri. Ia terkejut saat melihat menantu dan juga anaknya tiba-tiba berada di luar pintu kamarnya. Arah mata Heri tertuju pada Ziva, ia mengingat akan kejadian semalam yang seperti mimpi baginya. Heri pun dengan cepat langsung memalingkan wajahnya dan mengatur ekspresinya.
"Sayang, kamu gak papa?" Tanya Victor, menangkup wajah Ziva.
Ziva mengucek matanya dan menatap wajah sang suami yang kini ada di depan matanya. "Eh, aku tidak papa. Ada apa memangnya?"
Suara Ziva sedikit serak, menandakan kalau dia baru bangun tidur.
"Kamu tidur di luar pintu kamar ayah."
Seketika, mata Ziva melotot dengan sempurna. Ia terkejut dengan ucapan suaminya lalu mendongak menoleh ke belakang. Dan benar saja, ia tertidur di luar pintu kamar mertuanya, bahkan ia hanya memakai kimono yang memperlihatkan belahan dadanya.
Heri kembali melirik Ziva, ia pun menelan ludahnya susah payah saat melihat belahan dada menantunya yang terpampang jelas. Tentu saja Heri teringat akan kejadian semalam, saat itu meremas benda bulatan kenyal tersebut dan memberikan beberapa tanda kepemilikan di benda tersebut.
Dengan cepat Victor langsung membenarkan pakaian isterinya. Ia pun membantu Ziva berdiri lalu membawanya ke kamarnya.
"Ayah, kami permisi dulu." Ujarnya, langsung pergi.
Heri hanya bisa terdiam dan menatap punggung mereka berdua yang semakin jauh. Dan sialnya, gak ada angin gak ada hujan, sesuatu di bawah sana tiba-tiba berdiri tegak.
"Sial, kenapa kau baperan sih?!" Umpatnya menggerutu. "Baru melihat belahan dada saja kau langsung bangun, apalagi melihat belahan yang lain."
Dan setelah itu....
Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Ziva sejak tadi menatap cermin cukup lama. Ia mencoba mengingat sesuatu yang terjadi semalam. Bisa di bilang ia tak terlalu ingat, kadar alkohol yang ia minum terlalu tinggi, sehingga membuatnya mabuk dan tak ingat apapun.
"Kenapa di sekitar sini ada tanda-tanda merah? Apa semalam aku di gigit nyamuk?"
Wanita itu terus bergumam, ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Namun sialnya, kejadian semalam tak membuatnya ingat.
"Shhttt.. Kenapa juga area bawahku terasa perih sekali?" Gumamnya meringis.
Ceklek
Pintu kamar terbuka. Ziva pun langsung menoleh ke asal suara tersebut.
"Sayang, ayo kita sarapan dulu!" Sahut Victor.
Ziva mengangguk cepat lalu berdiri. "Ah, ya."
Mereka berdua pun keluar kamar lalu berjalan ke arah meja makan. Saat berjalan Ziva merasa ada yang berbeda dengan dirinya, tubuhnya sakit dan berjalan pun terjinjit-jinjit.
"Apa kamu semalam minum wine?" Tanya Victor, menatap sang isteri dengan intens.
"Eh..?" Ziva menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu memalingkan wajahnya karena takut. "S-sedikit, kok."
Victor menghela nafasnya sejenak, mau bagaimana pun ia tak bisa memarahi isterinya itu.
"Baiklah, aku akan mengampunimu untuk hari ini. Sebagai gantinya, aku ingin kita melakukan sesuatu yang tertunda di malam pertama kita."
Langkah Ziva tiba-tiba terhenti, ingatan samar-samar mulai muncul. Ia teringat di mana semalam telah melalukan sesuatu.
Dalam hatinya berkata. "Aku ingat, semalam kita sudah melakukan hubungan suami isteri di malam pertama kita, tapi kenapa Victor menyebutnya tertunda? Bukankah kita sudah melakukannya?"
"Tunggu, bukankah semalam kita sudah melakukannya?" Tanya Ziva, menatap Victor.
"Haaa?"
Victor tercengang akan jawaban Ziva. Apakah isterinya itu sedang bercanda? Semalam dirinya bahkan tertidur, bagaimana melakukannya?
"Astaga, sepertinya kamu bermimpi, deh. Kita belum melakukannya, sayang. Aku kelelahan semalam dan tidur duluan, bagaimana aku bisa melakukannya dalam keadaan tidur?"
Ziva semakin kebingungan. Ia yakin kalau semalam itu bukan mimpi, buktinya area bawahnya terasa perih. Bukan hanya itu, ada bercak darah juga di baju yang ia kenakan semalam.
"Jika Victor tidak melakukannya, lalu aku bercinta dengan siapa?" Gumamnya, tiba-tiba panik.
Tap
Tap
Tap
"Kenapa kalian berdua berdiri di sini, ayo kita makan bersama." Ucap Heri.
Lamunan Ziva langsung buyar, ia pun langsung menoleh menatap sang mertua dengan tatapan intens.
Degh
"Jangan bilang, semalam aku melakukannya dengan ayah mertua?"