NovelToon NovelToon
PUTRI MAHKOTA SHUWAN LIAN SANG JENIUS

PUTRI MAHKOTA SHUWAN LIAN SANG JENIUS

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Time Travel / Dikelilingi wanita cantik / Murid Genius / Dokter Genius
Popularitas:25.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Lina dokter muda dari dunia modern, sang jenius harus meninggal karena kecelakaan tunggal, awalnya, tapi yang sebenarnya kecelakaan itu terjadi karena rem mobil milik Lina sudah di rusah oleh sang sahabat yang iri atas kesuksesan dan kepintaran Lina yang di angkat menjadi profesor muda.

Tapi bukanya kelahiran ia justru pergi kedunia lain menjadi putri kesayangan kaisar, dan menempati tubuh bayi putri mahkota.

jika ingin kau kelanjutannya ayo ikuti terus keseruan ceritanya, perjalan hidup sang putri mahkota

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Kabut mulai mengangkat perlahan ketika langkah kuda Shuwan menapaki jalan berbatu di antara hutan-hutan utara-timur. Pohon-pohon tinggi menjulang, dedaunannya bergetar pelan oleh embusan angin pagi yang menggigit. Tak ada suara burung. Tak ada tawa anak-anak desa. Hening. Sunyi. Seolah alam pun sedang menahan napas.

Phoenix Api terbang di depan, membuka jalan dengan semburat oranye terang yang memantul dari kulit pepohonan. Di sisi lain, Phoenix Es membubung tinggi, memantau dari atas, sesekali menurunkan kepak dingin untuk melindungi tubuh Shuwan dari panas tubuh Phoenix Api.

Di punggungnya, Pedang Naga Ikahi bergetar pelan—bukan karena takut, tapi karena mengenali hawa iblis yang mulai terasa di kejauhan.

“Tak ada kehidupan di sini,” gumam Shuwan lirih, menatap desa pertama yang ia lewati. Gerbangnya rusak. Atap-atap rumah ambruk. Sisa-sisa kehidupan tergurat dalam jejak-jejak terburu di tanah, dan percikan darah yang sudah mengering.

Phoenix Api mengepakkan sayap, memperhatikan bekas luka di dinding. “Ini bukan serangan biasa. Mereka datang diam-diam, mengambil, dan pergi tanpa jejak.”

“Mereka mencari anak-anak,” ucap Phoenix Es dingin. “Dan gadis-gadis muda. Untuk ritual.”

Shuwan mengepalkan tangan. Ia menurunkan kerudungnya, membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas. Di mata ungunya, muncul kilatan cahaya suci. Ia bukan hanya seorang gadis. Bukan hanya seorang putri mahkota. Tapi cahaya yang selama ini mereka sembunyikan dari dunia—dan kini, sudah saatnya bersinar.

“Kalau mereka menculik orang,” ucap Shuwan lirih, “maka mereka belum pergi jauh.”

Ia menoleh ke Phoenix Api. “Temukan mereka.”

Phoenix Api mengepak cepat, membelah langit.

---

Di tempat lain, di dalam lembah bayangan…

Ratusan manusia dikumpulkan dalam gua besar yang diselimuti kabut hitam. Anak-anak menangis, para wanita merintih, dan para pemuda menatap kosong, seperti telah kehilangan jiwa mereka.

Di tengah gua, seorang pemimpin iblis berjubah abu-abu berdiri di atas batu besar, mengangkat tongkat bayangan. “Malam akan datang! Dan darah mereka akan menjadi kunci gerbang!”

Namun belum sempat ia memulai ritual, suara lengking Phoenix menggema di langit. Langit berubah oranye membara.

“Dia datang,” bisik salah satu pengikut.

“Mustahil! Tidak mungkin ada yang tahu tempat ini—”

Ledakan cahaya memecah langit.

Dan sosok Shuwan mendarat di depan gua. Tubuhnya dikelilingi aura bercahaya, rambutnya berkibar, dan Pedang Naga di punggungnya bersinar dengan ukiran kuno yang bersatu dengan kekuatan Phoenix Es dan Api.

“Lepaskan mereka,” ucap Shuwan dingin.

Iblis itu mengangkat tongkatnya. “Berani sekali seorang gadis—”

Belum sempat kalimatnya selesai, Shuwan bergerak secepat kilat. Pedangnya menyambar ke depan, membelah udara. Aura panas dan dingin menyatu dalam gelombang kekuatan suci.

Para pengikut iblis terbakar oleh cahaya itu. Beberapa mencoba melarikan diri, namun Phoenix Api dan Es sudah menutup jalan keluar. Dalam sekejap, seluruh gua diterangi oleh cahaya. Ritual mereka gagal.

Namun, pemimpin iblis itu—dengan kekuatan bayangan yang tersisa—melepaskan diri dan menghilang dalam celah dimensi hitam.

“Dia kabur,” ujar Phoenix Es.

“Tak apa,” balas Shuwan. “Kita sudah selamatkan yang bisa diselamatkan.”

---

Keesokan harinya, di hutan sunyi utara-timur…

Shuwan duduk di bawah pohon, mengobati luka seorang anak perempuan kecil. Anak itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

“Kau malaikat?” bisiknya.

Shuwan tersenyum lembut. “Bukan. Aku hanya... seseorang yang tidak tahan melihat dunia dipenuhi kegelapan.”

Anak itu memeluknya.

Dan di balik bayang-bayang hutan, sepasang mata tajam mengamati.

Feng Aoren, pemuda dari utara yang disebut dalam ramalan—mengamati dari kejauhan. Jubahnya berkibar, rambutnya hitam legam, dan mata kelamnya berkedip pelan.

“Cahaya,” gumamnya. “Jadi kau… benar-benar ada.”

Tapi ia tidak mendekat. Belum saatnya. Belum sekarang.

lalu apa a pergi karena merasakan aura lai di suatu tempat.

...----------------...

Kabut pekat menyelimuti hutan utara seperti tirai sutra kelabu yang tak bisa ditembus cahaya. Namun di tengah kabut itu, langkah kaki terdengar mantap dan tegas, menandakan seseorang tengah bergerak tanpa gentar.

Feng Aoren berjubah hitam kelam dengan lambang perak berbentuk naga di dadanya—berdiri tegak di tengah kepungan makhluk bayangan. Bayangan-bayangan hitam pekat tanpa wajah itu mencoba menyerang dari segala arah, namun semua serangannya berakhir sia-sia.

Dengan satu kibasan tangan, pedang panjangnya yang bersinar kebiruan menciptakan gelombang energi yang merobek udara. Setiap bayangan yang mendekat langsung musnah tanpa sempat menyentuhnya.

“Lemah,” gumam Feng Aoren dengan suara rendah tapi penuh wibawa.

Tiba-tiba tanah bergetar hebat. Dari retakan gelap yang terbuka, muncullah sosok bertanduk dengan tubuh tinggi dan mata merah membara. Seorang komandan iblis bayangan, bertubuh kekar dengan aura jahat menguar dari setiap gerakannya.

"Feng Aoren... Kau terlalu lama menghalangi jalan kami," geramnya.

Feng Aoren tak bergeming. Angin menggoyangkan jubah hitamnya, namun wajahnya tetap setenang es. “Kalian sudah terlalu sering menyentuh tanah kami. Sudah waktunya kalian kembali ke kegelapan.”

Pertarungan meletus. Namun bukan pertarungan yang seimbang.

Feng Aoren bergerak cepat seperti kilat. Pedangnya membelah udara, menciptakan suara menggelegar yang membuat tanah merekah.

Serangan komandan iblis tak pernah menyentuh tubuhnya sedikit pun—semua terhindar, tertangkis, atau ditepis dengan kekuatan murni dan keakuratan luar biasa.

Dalam tiga langkah dan satu tebasan, komandan iblis itu terdorong ke belakang, tubuhnya mulai retak oleh energi langit yang digunakan Feng Aoren.

Tapi sebelum musnah, si iblis menarik segel gerbang dimensi dan melarikan diri dengan tawa rendah. Sebelum menghilang, ia berteriak, “Kau belum lihat kekuatan kami yang sesungguhnya, Feng Aoren!”

Feng Aoren hanya mengangkat alis tipis. “Tak peduli seberapa banyak bayangan yang kalian kumpulkan, satu cahaya cukup untuk membakar semuanya.”

---

Di tempat lain…

Shuwan, bersama Phoenix Api dan Phoenix Es, telah sampai di gerbang batu kuno bertuliskan aksara langit yang hanya bisa dibaca oleh pewaris cahaya. Di sanalah awal dari negeri ilusi, tempat tersembunyi di antara celah dimensi, tempat rahasia ‘Gerbang Malam’ disimpan.

“Gerbang ini bukan milik dunia manusia,” kata Phoenix Es dengan nada waspada.

“Justru itu sebabnya aku harus masuk,” jawab Shuwan. “Pecahan cahaya berikutnya menunggu di dalamnya. Aku yakin.”

Saat gerbang terbuka, dunia berubah. Langit berwarna ungu tua, tanah ditumbuhi bunga hitam layu, dan udara penuh desiran bisik tak bersumber.

Shuwan tidak takut.

Dia melangkah masuk ke dalam ilusi, tempat di mana kenyataan diputarbalikkan.

---

Dan di tengah negeri ilusi itu…

Feng Aoren tiba, dilempar oleh retakan dimensi yang digunakan komandan iblis melarikan diri. Tubuhnya berdiri tegak tanpa goresan, pandangannya tajam menyapu dunia asing yang bergetar oleh kekuatan tipis.

“Tempat apa ini?” bisiknya pelan.

Sementara itu, Shuwan sedang mendaki menara cahaya, tidak jauh dari posisi Feng Aoren, meski mereka masih belum saling melihat.

Namun ketika ilusi mulai runtuh karena kekuatan cahaya Shuwan dan panas dari Phoenix Api, dinding tipis antara mereka retak.

Satu tebasan Shuwan merobek ilusi di depannya.

Dan dari balik kabut tipis itu… seseorang berdiri diam, seperti sosok yang keluar dari mimpi.

Feng Aoren.

Dengan postur tinggi, mata setajam bintang jatuh, dan auranya yang membuat Phoenix Es mengepak pelan seolah gentar.

Shuwan menghentikan langkah.

Feng Aoren menatapnya, dengan wajah datar namun matanya menyimpan ketertarikan yang tak bisa disembunyikan.

Mereka bertemu—namun belum saling bicara.

Bersambung

1
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor
Ayudya
ayo shuwan jangan mau di pedaya bayangan hitam yg akan menghancurkan dunia
𝓔𝓵𝓵𝓮
himpun kekuatan sebanyak mungkin untuk mengalahkan kegelapan dalam kejahatan
𝓔𝓵𝓵𝓮
pertemuan tanpa kata tapi penuh akan syarat makna
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor
Tiara Bella
aku mampir wahhhh seru kynya ceritanya
Ayudya
dan akhirnya mereka bersatu semangat shuwan ada pelindung yg datang padamu
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Aaahhh raja hutan yg malang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ikutin alurna ajalah
davina aston
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Wahyuningsih
q penasarn thor siapa musuh sebnarnya jgn2 orang terdekat d tnggu upnya yg buanyk n hrs tiap hri thor sellu jga keshtn 💪💪💪💪💪💪💪💪
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
𝓔𝓵𝓵𝓮
semoga shuwan cepat bertemu dengan aroen
Santy Susanti
lanjuuuuuut💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor
𝓔𝓵𝓵𝓮
bisa jadi kekuatan kegelapan adalah seseorang yang shuwan kenal
𝓔𝓵𝓵𝓮
hanya takdir yang mempertemukan dan menentukan jalan mereka
𝓔𝓵𝓵𝓮
misteri kelam yang harus shuwan pecahkan dan basmi sampai ke akar akar nya
𝓔𝓵𝓵𝓮
bener bener terharu dengan perjuangan ibu dan anak ini 🥺
𝓔𝓵𝓵𝓮
tumpas kegelapan yang jahat putri cahaya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!