NovelToon NovelToon
Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Persahabatan / Cinta Murni / Dijodohkan Orang Tua / Teman lama bertemu kembali / Pernikahan rahasia
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Vismimood_

Menjadi Istri kedua atau menjadi madu dari Istri pertama sudah pasti bukan sebuah mimpi dan harapan, bahkan mungkin semua wanita menghindari pernikahan semacam itu.
Sama halnya dengan Claire yang sudah menyusun mimpi indah untuk sepanjang hidupnya, menikah dengan suami idaman dan menjadi satu-satunya Istri yang paling cintai.
Namun mimpi indah itu harus kandas karena hutang Papanya, uang miliaran yang harus didapatkan dalam dua bulan telah menjadi kan Claire korban.
Claire akhirnya menikah dengan pengusaha yang berhasil menjamin kebangkitan perusahaan papanya, Claire dinikahi hanya untuk diminta melahirkan keturunan pengusaha itu.
Segala pertentangan terus terjadi di dalam pernikahan mereka, Claire yang keras menolak hamil sedangkan jelas tujuan pernikahan mereka untuk keturunan.
Kisah yang sedikit rumit antara satu suami dan dua istri ini dialami Claire, Brian, dan Tania. Akan seperti apa akhirnya pernikahan itu, jika keturunan tak kunjung hadir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Mau Tahu

Claire memasuki ruangan Brian, pagi ini Claire memulai aktivitasnya bersama dengan Brian di Kantor. Claire sebenarnya malas datang setelah tahu kenyataan yang menyebalkan, tapi Claire berpikir jika mungkin saja Brian akan merubah keputusannya jika mereka sering berbicara.

"Apa jadwal saya hari ini?"

"Jam 10 nanti ada pertemuan bersama dengan Perusahaan Pak Anton."

"Kamu sudah siapkan tempatnya?"

"Sudah, Pak."

Brian mengangguk dan meminta Claire untuk kembali ke pekerjaannya, tapi sepertinya Claire enggan pergi sekarang. Claire masih ingin berbicara dengan Brian, tentunya perihal perjodohan bodoh antara mereka berdua.

"Apa lagi, lupa jalan keluar?"

"Pak, ini perihal permintaan orang tua saya. Tolong batalkan saja."

"Pergi, ini jam kerja jangan satukan urusan pribadi di saat kerja!"

"Pak, saya akan bicara kapan saja jika memang ada waktu. Sebaiknya Bapak batalkan semuanya karena saya tidak mau dianggap pelakor, saya ini wanita baik-baik bagaimana bisa saya merusak kebahagiaan wanita lainnya."

Brak....

Claire terjingkat dari tempatnya berdiri, gebrakan Brian pada meja itu membuat jantung Claire seketika bergemuruh. Claire mundur ketika Brian bangkit dari duduknya, kini tidak ada lagi ketenangan yang terlihat di wajah bosnya itu.

"Kau menguji kesabaran ku?"

"Aku hanya mengatakan apa yang ingin aku katakan, itu permintaan aku yang paling penting. Tolong mengerti jika pernikahan ini bukan jalan terbaik, ada jalan lain lagi atau mungkin bisa perempuan lain saja."

Brak...

Gebrakan kedua itu membuat Claire menunduk, tidak masalah jika Claire harus dipecat karena masalah ini. Claire akan mencari pekerjaan baru lagi, asalkan urusannya dengan Brian bisa benar-benar selesai.

"Aaa." Jerit Claire saat Brian menarik dan mendorong tubuhnya hingga terduduk di kursi kejayaan Brian.

"Pak-"

Claire meluruskan tangannya menahan dada Brian agar tak semakin mendekatinya, posisi Brian yang membungkuk dengan kedua tangan memegang sisian kursi itu membuat Claire mulai khawatir dan terjebak.

"Sudah aku katakan jika orang tua mu sendiri yang menawarkan mu padaku, jika kau mau semua ini batal silahkan batalkan. Setelah itu kau akan tahu sendiri akibatnya, ini bukan sepenuhnya keinginan ku!"

"Tapi ini tidak mungkin Pak, saya tidak mau menjual rahim saya untuk bisa melahirkan keturunan Bapak. Saya tidak segila itu hanya untuk mendapatkan uang, saya akan melahirkan Anak dari Suami yang memang saya inginkan."

"Saya tidak perduli!" Bentak Brian seraya menepis tangan Claire di dadanya.

Brian mencengkram kedua pipi Claire, apa pun yang akan dikatakan Claire tidak akan ada artinya bagi Brian. Semua sudah disepakati, Brian sudah berikan semua yang dibutuhkan oleh orang tua Claire.

"Pak, saya-"

"Diam!"

"Sakit Pak."

Brian tak perduli meski Claire berusaha melepaskan cengkramannya itu, semua kesepakatan telah dibuat. Claire harus melakukan semuanya sesuai dengan perjanjian, Brian tidak mau mendengar alasan apa pun apa lagi itu soal cinta yang dimimpikan Claire.

"Dengar baik-baik, pernikahan ini hanya sampai kamu lahirkan keturunan ku. Jangan pernah bahas ini lagi, jika kau mau semuanya batal silahkan batalkan sendiri dan tanggung sendiri akibatnya."

"Pak-"

"Diam!"

Bentakan kesekian kalinya itu berhasil mengeluarkan air mata Claire, seumur hidup inilah kali pertama orang membentaknya sekeras itu. Bahkan saat kecil pun ketika berandal cilik itu membentaknya, rasanya tidak sesakit saat ini.

Claire sudah dewasa, perasaannya tidak bisa secuek dulu ketika berhadapan dengan masalah. Apa lagi ini menyangkut masa depannya, Claire tidak mau masa depannya direnggut paksa seperti ini.

"Kau-"

"Mas."

Seketika itu Claire mendorong Brian dan bangkit dari duduknya, Claire melihat wanita itu lagi, wanita yang Brian sebut sebagai istrinya. Brian terlihat tetap tenang meski istrinya melihat apa yang baru saja dilakukannya, apa benar Brian tidak merasa bersalah atas keputusannya mendua.

"Mas, dia-"

"Pergilah, siapkan semua keperluan untuk meeting nanti. Jangan ada yang terlewat atau kamu saya pecat, ini hari pertama kamu kerja lakukan dengan benar!" Titah Brian tanpa melirik Claire.

Claire berlalu setelah sempat menatap wanita itu, Claire berharap setelah ini mereka akan bertengkar. Semoga saja wanita itu bisa marah dan menghentikan Brian, Claire tidak tahu lagi harus seperti apa sekarang.

"Mas."

"Duduklah, kenapa ke sini kan belum waktunya makan siang?"

Brian menuntun Tania duduk di sofa, emosinya seketika lenyap ketika melihat sosok Tania. Brian merangkul istri tercintanya itu, membiarkan Tania bersandar di dada bidangnya.

"Mas, aku melihat semuanya."

"Dia wanita yang aku maksud kemarin, dia wanita yang aku temui bersama dengan Mama dan Papa."

"Kenapa dia di sini, dan kenapa dia seperti menangis?"

Brian tersenyum singkat, dan mencium lembut pucuk kepala Tania. Tidak ada rahasia apa pun yang bisa Brian simpan dari Tania, cinta Brian terhadapnya sudah membuat Brian menjadi suami jujur dalam segala hal.

"Dia bekerja di sini, dia datang sendiri melamar ke sini sebelum pertemuan kemarin terjadi. Dan dia sudah tahu semuanya, dia menolak meminjamkan rahimnya untuk melahirkan anak ku."

Tania melepaskan rangkulan Brian, ia menatap lekat manik mata suaminya itu. Tania sudah tebak jika akan seperti itu responnya, mengingat Claire adalah wanita yang masih terjaga.

"Tapi aku tidak perduli, orang tuanya yang sudah menyerahkan dia padaku. Aku sudah membayar mereka dengan mahal, semua sudah disepakati."

"Mas, kamu tega melakukan itu sama dia?"

*

Pulang dari Kantor Claire memutuskan untuk ke rumah saja, hari ini Claire sangat prustasi dengan dirinya sendiri. Bahkan saat meeting pun Claire tidak bisa fokus, hingga imbasnya Brian terus memarahinya.

"Claire, kamu sudah pulang."

Claire tak menjawab, Claire fikir jika Ellena ada di Rumah Sakit bersama dengan Dirga. Tapi rupanya Ellena ada di rumah saat ini, Claire harus melihat mama yang sudah sedikit mengecewakannya.

"Kenapa, kamu seperti habis menangis. Pekerjaan kamu baik-baik saja?"

"Mama tahu kan kehidupan Brian sebenarnya?"

"Maksud kamu apa?"

"Brian sudah berisitri, kenapa Mama mau menikahkan aku dengan lelaki beristri?"

Ellena seketika diam, apa itu yang mereka bicarakan kemarin. Brian membuka semuanya pada Claire, pantas saja Claire kemarin tidak mau berbicara dengan Ellena seperginya keluarga Brian.

"Jawab Ma."

"Iya."

Claire memejamkan matanya, Ellena dan Dirga benar-benar menjual Claire sekarang. Jahat sekali mereka terhadap putrinya sendiri, mereka sangat egois.

"Claire, tolong maafkan Mama sama Papa. Kami terpaksa melakukan ini."

"Terpaksa?"

"Mama tidak mau kehilangan Papa kamu, cuma ini yang bisa menyelamatkan Papa kamu dari kematian."

"Dengan menjual aku, menjual anak kalian sendiri?!"

Tiba-tiba saja emosi Claire naik, kini kecewanya sudah sangat besar. Keputusan sepihak itu telah membuka celah kehancuran untuk Claire, kenapa ada orang tua seperti orang tuanya itu.

*

Claire kembali memasuki kantor setelah drama sehari kemarin, Claire berjalan setenang mungkin meski hatinya bergemuruh menahan segala emosi dan kekecewaan.

"Selamat pagi." Sapa Security kantor.

"Selamat pagi, Pak."

Claire menyapa dan membalas sapaan mereka yang berpapasan dengannya, Claire menyesal telah melamar ke Perusahaan tersebut. Sepertinya lebih tepatnya Claire menyesal pulang ke Indonesia, lebih baik Claire tetap tinggal di negara orang jika tahu nasibnya akan kacau seperti ini.

"Claire."

Tangan Claire tertahan ketika hendak membuka pintu ruangannya, Claire berbalik dan dibuat terkejut oleh sosok istri bosnya itu.

"Kamu Claire?"

"I-iya Bu."

"Saya Tania."

Claire menerima uluran tangan Tania dengan senyuman yang dibuat seramah mungkin, sepertinya Tania akan menginterogasinya sekarang. Apa benar mereka bertengkar kemarin setelah Claire pergi, semoga saja itu benar adanya.

"Bu, saya-"

"Tolong maafkan Suami saya, maafkan Mas Brian."

Claire mengernyit, kenapa Tania justru meminta maaf bukan memarahinya. Tania meraih kedua tangan Claire, ia sengaja datang lebih pagi mendahului Brian demi bisa menemui Claire lebih dulu.

"Bu saya minta maaf, saya-"

"Saya sudah tahu semuanya Claire, saya tahu niat Mas Brian mau menikahi kamu."

"Ibu setuju?"

Raut wajah Tania berubah sendu, seharusnya Claire tidak perlu melontarkan pertanyaan seperti itu. Istri mana yang rela di madu oleh suaminya, Tania pasti juga jadi korban keegoisan Brian.

"Jangan khawatir, saya tidak akan menerima pernikahan ini. Saya akan menolak bagaimana pun caranya, Bu Tania tidak akan kehilangan Pak Brian."

"Saya menemui kamu untuk meminta kamu agar mau menerima Mas Brian."

Lagi, Claire dibuat tak percaya dengan apa yang didengarnya, semudah itu Tania melontarkan kalimatnya. Brian pasti sudah memarahinya kemarin, memaksa Tania untuk menerima semuanya dengan berbagai ancaman, sama seperti yang Brian lontarkan pada Claire tentang Dirga.

"Claire-"

"Saya tidak bisa, saya punya tujuan hidup sendiri dan Pak Brian bukan tujuan saya. Ibu harusnya marah karena Suami Ibu mau mengkhianati Ibu."

"Saya tahu kamu menolak untuk dimadu, jika sampai benar kamu bisa memberi keturunan pada Mas Brian. Saya akan rela mundur, kamu bisa jadi Istri satu-satunya Mas Brian."

Claire menggeleng, apa semudah itu Tania melepaskan suaminya, rasanya sangat tidak mungkin. Sekali pun Tania benar-benar melepaskan Brian, itu pasti sangat melukai hatinya dan Claire yang akan jadi paling bersalah.

Merasa tak mendapat respon apa pun Tania tidak tinggal diam, dengan begitu saja Tania bersimpuh di kaki Claire. Mimpi Tania adalah melihat kebahagiaan Brian dengan sempurna, hidup bersama dengan Tania tidak membuat Brian bahagia sepenuhnya.

"Bu Tania, apa yang Ibu lakukan?" Tanya Claire yang memundurkan langkahnya.

Sikap Tania nampaknya dilihat oleh beberapa karyawan di sana, tentu saja itu menarik perhatian mereka. Claire membungkuk meminta Tania untuk bangun saja, Claire tidak menginginkan hal seperti ini karena Claire akan tetap menolak.

"Tolong Bu."

"Saya yang minta tolong sama kamu."

"Bangun, Bu Tania."

Claire berniat membantu Tania untuk bangun, namun sayang Brian lebih dulu mendorongnya hingga nyaris terjengkang. Brian menarik Tania untuk bangun dan memastikan jika istrinya itu baik-baik saja, lagi Claire melihat sorot kemarahan dimata Brian.

"Mas-"

"Kurang ajar kamu!" Umpat Brian pada Claire.

"Berani kamu merendahkan Istri saya seperti itu, kau fikir siapa dirimu?!"

"Saya tidak melakukan itu, Ibu-"

"Diam!"

Brian mengangkat tangannya berniat menampar Claire, beruntung Tania menahannya lebih dulu. Claire hanya bisa menundukkan kepalanya, sekarang ia sudah menjadi tontonan banyak orang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!