NovelToon NovelToon
THANZI, Bukan Penjahat Biasa

THANZI, Bukan Penjahat Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Kebangkitan pecundang / Budidaya dan Peningkatan / Akademi Sihir / Penyelamat
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.Xg

pernahkah kau membayangkan terjebak dalam novel favorit, hanya untuk menyadari bahwa kau adalah tokoh antagonis yang paling tidak berguna, tetapi Thanzi bukan tipe yang pasrah pada takdir apalagi dengan takdir yang di tulis oleh manusia, takdir yang di berikan oleh tuhan saja dia tidak pasrah begitu saja. sebuah kecelakaan konyol yang membuatnya terlempar ke dunia fantasi, dan setelah di pikir-pikir, Thanz memiliki kesempatan untuk mengubah plot cerita dimana para tokoh utama yang terlalu operfower sehingga membawa bencana besar. dia akan memastikan semuanya seimbang meskipun dirinya harus jadi penggangu paling menyebalkan. bisakah satu penjahat figuran ini mengubah jalannya takdir dunia fantasi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecerdasan sang raja drama

Ketegangan di Lapangan Ujian Utama masih terasa begitu pekat, seolah udara pun membeku setelah insiden yang Thanzi ciptakan. Para penonton, yang tadi riuh rendah, kini terdiam, menatap Thanzi dengan campuran kengerian dan kebingungan. Bagaimana mungkin seseorang tanpa bakat sihir atau fisik yang jelas bisa melakukan hal seperti itu?

Para profesor, yang semula duduk tegang di kursi mereka, kini berbisik-bisik. Profesor Eldrin, si penyihir tua, mengelus janggutnya. "Ini... ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dia tidak menggunakan sihir ofensif, tidak ada pedang, namun dia berhasil membuat Alaric melukai dirinya sendiri."

Profesor Serena, ahli strategi, tersenyum tipis. "Seperti yang saya katakan, Eldrin. Kecerdasan dan manipulasi juga merupakan bakat. Bahkan lebih berbahaya, karena tidak terlihat."

Profesor Boros, instruktur ksatria, mendengus. "Berbahaya atau tidak, dia bertindak terlalu jauh! Menendang lawan yang sudah tak berdaya? Itu bukan tindakan seorang ksatria!"

Namun, di tengah perdebatan mereka, Kepala Profesor bangkit dari kursinya. Ia menatap Thanzi dengan tatapan yang sulit diartikan—ada rasa ingin tahu yang dalam, sedikit kekaguman, dan juga kecurigaan.

"Ujian selesai!" suara Kepala Profesor menggelegar di seluruh lapangan. "Para peserta yang namanya saya panggil, silakan berkumpul di pusat arena."

Thanzi adalah salah satu dari mereka. Ia melangkah maju dengan tenang, seolah tidak peduli dengan tatapan yang menghakimi. Di sisinya, Pangeran Lyra, Elian, dan Michael juga maju. Michael sesekali melirik Thanzi, masih dengan senyum polos yang tidak menyadari keanehan kakaknya.

"Dari 400 peserta di ujian ini," Kepala Profesor memulai, "hanya 200 yang berhasil lolos ke tahap selanjutnya, dan akan diterima secara resmi sebagai siswa Akademi Ksatria & Sihir Eldoria."

Thanzi bisa merasakan detak jantungnya. Ini adalah momen penentu. Jika ia tidak diterima, semua rencananya akan berantakan. Ia tahu statusnya sebagai Thanzi yang dibuang bisa menjadi penghalang.

"Semua nama akan diumumkan di papan pengumuman utama sore ini," lanjut Kepala Profesor. "Kalian semua bisa kembali ke penginapan sekarang."

Reaksi dan Konsekuensi

Ketika pengumuman berakhir, kerumunan penonton mulai bubar, namun suasana tetap tegang. Marquess Aerion dan Lady Elara segera bergegas menuju Thanzi, wajah mereka memerah karena amarah dan rasa malu.

"Thanzi!" desis Lady Elara, suaranya nyaris tak terdengar namun penuh kebencian. "Kau sudah keterlaluan! Apa yang kau lakukan pada Alaric?! Kau telah mempermalukan nama baik keluarga Aerion!"

Marquess Aerion mencengkeram lengan Thanzi. "Aku sudah memerintahkan penyelidikan penuh terhadapmu! Jangan berpikir kau bisa lolos begitu saja dengan perilaku anehmu ini! Siapa kau sebenarnya?!" Matanya menatap Thanzi sejelas-jelasnya, mencari petunjuk.

Thanzi hanya menatap balik mereka, matapya kosong dan dingin. Ia tahu mereka tidak akan percaya bahkan jika ia menceritakan semuanya. "Seperti yang kubilang kemarin," jawab Thanzi datar, suaranya bahkan lebih dingin dari tatapan mereka. "Aku adalah Thanzi. Dan aku melakukan apa yang harus kulakukan untuk bertahan hidup. Kalau kalian peduli dengan nama baik keluarga, seharusnya kalian tidak membuang putramu sendiri ke hutan."

Marquess Aerion mengangkat tangan, seolah ingin menampar Thanzi, namun ia mengurungkan niatnya. Di sekeliling mereka, masih banyak mata yang memperhatikan. Marquess hanya mendengus marah, dan bersama Lady Elara, mereka menarik Michael pergi dari Thanzi, seolah Thanzi adalah wabah penyakit. Michael, yang tidak mengerti apa-apa, hanya melihat ke belakang, memanggil-manggil nama Thanzi.

Sementara itu, Pangeran Lyra dan Elian mendekati Michael.

"Kau baik-baik saja, Michael?" tanya Pangeran Lyra, menatap Michael dengan cemas. "Kakakmu... dia sangat berbeda."

"Ya, Michael baik-baik saja," jawab Michael, masih dengan senyumnya. "Kakak Thanzi hebat! Dia jadi kuat sekarang!"

Elian melirik Thanzi, tatapannya tajam. "Michael, kau harus berhati-hati dengannya. Dia... dia berbahaya. Cara dia bertarung, cara dia berbicara... itu bukan Thanzi yang kita kenal."

"Dia jahat," tambah Pangeran Lyra, suaranya rendah. "Melukai Alaric seperti itu... Itu bukan sifat pahlawan. Kami harus mengawasinya, Michael. Untuk keselamatanmu."

Thanzi mendengar semuanya. Ia hanya tersenyum tipis. Pahlawan? Kalian bahkan tidak tahu apa artinya pahlawan sejati. Ia mengabaikan mereka, berbalik dan berjalan kembali ke penginapan.

Keputusan dan Kehidupan Baru

Sore harinya, saat daftar nama siswa yang diterima ditempel di papan pengumuman utama, kerumunan berdesak-desakan. Thanzi, tanpa keramaian, berhasil melihat namanya.

Thanzi, Marquess Aerion, Nilai: LULUS.

Sebuah desahan terkejut terdengar dari orang-orang di sekitarnya. "Dia benar-benar lulus? Anak buangan itu?"

Thanzi hanya tersenyum tipis. Tentu saja. Mereka tidak bisa membantah nilai dan kemampuanku.

Diterimanya Thanzi adalah tamparan keras bagi para bangsawan yang meremehkannya. Kabar tentang Thanzi yang tiba-tiba cerdas dan licik menyebar cepat. Para profesor, meskipun masih bingung dengan "transformasinya", tidak punya pilihan selain menerima fakta bahwa Thanzi telah memenuhi syarat. Mereka memutuskan untuk mengawasinya dengan ketat, terutama mengenai kekejamannya yang ditunjukkan di arena.

Thanzi dialokasikan ke asrama umum, bukan asrama mewah para bangsawan. Kamarnya kecil, hanya ada tempat tidur, meja belajar, dan lemari. Sempurna, pikir Thanzi. Tidak perlu ada drama lagi.

Kehidupan di akademi dimulai. Pelajaran teori sihir dan strategi militer, Thanzi melahapnya dengan mudah. Pengetahuannya dari novel memberinya keunggulan. Ia seringkali bisa menjawab pertanyaan yang bahkan membuat para profesor terpana. Mereka mulai melihatnya bukan lagi sebagai anak Marquess yang bodoh, tetapi sebagai seorang jenius yang misterius. Thanzi, tanpa sengaja, telah menjadi raja drama di akademi.

Namun, untuk pelajaran praktik sihir dan bertarung, Thanzi menghadapi tantangan. Ia tidak memiliki bakat sihir. Ia tidak bisa mengeluarkan api atau angin seperti Michael. Ia juga tidak memiliki kekuatan fisik Elian. Para siswa lain, yang menyaksikan kekejamannya di ujian, menjaga jarak. Beberapa bahkan terang-terangan menghinanya.

"Lihat si Thanzi! Dia bahkan tidak bisa mengangkat pedang itu dengan benar!" ejek seorang siswa di kelas ksatria.

"Dasar penipu! Kau pasti melakukan trik kotor di ujian!" tambah yang lain di kelas sihir.

Thanzi hanya membiarkan mereka bicara. Ia tetap acuh tak acuh. Di kepalanya, ia mulai merumuskan strategi. Ia mungkin tidak punya sihir atau kekuatan, tapi ia punya otak. Dan ia punya bakat aneh yang hanya dia dan monster hutan yang tahu.

Suatu hari, di kelas praktik sihir dasar, Thanzi diminta untuk menunjukkan kontrol mana-nya. Ia mencoba, tapi yang keluar hanyalah percikan kecil. Para siswa lain tertawa.

"Payah sekali!"

"Harusnya dia tidak diterima!"

Namun, saat itu juga, Thanzi mulai bersenandung pelan. Melodi yang sama yang ia gunakan saat melawan Grungle dan Alaric. Gelombang energi penenang itu menyebar. Para siswa yang tadinya mengejek tiba-tiba merasa gelisah, beberapa bahkan mundur sedikit, tidak tahu mengapa mereka merasa tidak nyaman di dekat Thanzi.

Profesor sihir, seorang wanita tua yang bijaksana, mengernyit. Ia merasakan anomali energi di sekitar Thanzi, sesuatu yang tidak familiar. Ia menatap Thanzi dengan rasa ingin tahu yang besar.

Thanzi menghentikan senandungnya. Energi itu mereda. Para siswa kembali normal, namun ekspresi mereka sedikit bingung. Thanzi tersenyum tipis, sebuah senyum yang penuh rahasia.

Kecerdasan bisa mengatasi bakat mentah, pikir Thanzi. Dan kelicikan akan mengatasi kekuatan. Kalian belum melihat apa-apa. Ia tidak akan menjadi pahlawan. Ia akan menjadi penjahat yang cerdas, seorang 'villain' yang akan menyeimbangkan dunia ini dengan caranya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!