Wajib baca Novel Tawanan Dua Mafia.
Helena harus berjuang saat pria paling dicintainya dinyatakan tewas dalam pertempuran. Satu persatu orang yang disayangi Helena haeus tewas di depan matanya.
Helena harus tetap bertahan di saat situasi dan kondisi tidak lagi menguntungkan baginya.
Akankah Helena berhasil mengalahkan musuh yang tidak lain adalah sepupu suaminya sendiri?
"Strike, kau harus tetap hidup."
"Pergi, Nona. Pergi. Maafkan saya tidak bisa menjaga anda lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 2
Prangg
Gelas yang ada di genggaman Clara terlepas begitu saja. Dia kaget bukan main mendengarnya. Jantungnya seperti diremas hingga menimbulkan rasa nyeri yang begitu luar biasa.
Kedua kakinya seperti dipukul dengan balok kayu. Hingga membuatnya kesulitan berdiri kokoh.
Aberzio memandang ke arah Clara. Dia segera menggandeng pinggang Helena. Memastikan wanita yang dia cintai tetap aman.
"Maafkan aku, Clara. Pernikahan kami sangat mendadak. Aku tidak sempat mengundangmu. Aku harap kau bisa akrab dengan Helena." Aberzio mengangkat gelas di tangannya. "Bersulang untuk Helena. Aku ingin kalian menyambutnya seperti selama ini kalian menyambutku."
"Selamat datang, Nona Helena." Semua orang mengangkat gelas di tangan mereka.
Helena tersenyum lebar mendengarnya. "Senang bertemu dengan kalian semua. Boleh aku mengajukan satu permintaan?"
"Anda bisa mengajukan apapun kepada kami, Nona," sahut salah satu King Tiger.
"Kalian semua tidak perlu memperlakukanku dengan istimewa ketika ada di depan umum. Satu lagi. Posisi Aberzio tetap yang paling tinggi. Aku hanya sedikit dibawahnya. Jangan terlalu berlebihan memperlakukanku. Aku lebih nyaman dengan posisiku selama ini. Seorang Helena. Wanita biasa." Helena mengedipkan matanya. Aberzio melirik Helena. Tapi dia tidak mengeluarkan satu katapun.
"Sekarang kalian bisa melanjutkan pestanya," sambung Helena lagi.
Perhatian Helena kembali tertuju ke arah Clara. Sepertinya di antara puluhan manusia yang berkumpul di ruangan luas itu, hanya Clara yang sejak tadi menatapnya dengan serius.
"Siapa dia?"
Aberzio memandang ke arah Clara sejenak sebelum mengusap pipi Helena. "Dia Clara. Sepupuku. Adikku."
"Adikku juga?"
Helena melempar senyum ke arah Clara. Dia berjalan mendekatinya. Tidak ada keinginan di hati Helena untuk menyakiti Clara. Helena hanya ingin menjalin hubungan yang baik dengan Clara. Layaknya kakak adik.
"Clara, senang bertemu denganmu." Helena mengulurkan tangannya. "Aku Helena."
Clara masih berusaha mengatur dadanya yang turun naik karena emosi. Rasanya dia ingin sekali mengambil pistolnya dan segera menembak kepala Helena. Namun, dalam hitungan detik saja dia berhasil mengendalikan semuanya.
"Selamat datang di keluarga Guineno, Kak Helena. Senang bertemu dengan kakak." Clara segera memeluk Helena. Memamerkan senyumnya yang manis.
Beberapa detik setelahnya Clara melepas pelukannya. Memandang anak buahnya dengan serius. "Mulai sekarang, Kak Helena bagian dari keluarga kita. Beri hormat kepada Kak Helena."
"Selamat datang Nona Helena." Semua anak buah Clara menunduk hormat. Mereka terlihat menyambut Helena dengan baik.
"Jika aku gagal menghentikan pernikahan di antara kalian. Setelah ini aku pastikan tidak akan gagal menentukan tanggal kematianmu, Helena!" umpat Clara di dalam hati.
***
Pesta berjalan dengan meriah. Helena duduk di atas pangkuan Aberzio. Sepasang suami istri itu terlihat bahagia saat mereka sedang membahas sesuatu.
"Mulai sekarang kau harus terbiasa melihatku seperti ini. Aku suka makan. Tapi jika suasana hatiku buruk. Aku sanggup tidak makan selama beberapa hari." Helena memasukkan cake ke dalam mulutnya. Dia mengangguk dengan kedua mata melebar. "Kue ini enak. Siapa yang membuatnya? "
Aberzio tersenyum mendengarnya. Pria itu tidak peduli mau sebanyak apa Helena makan. Baginya Helena selalu sempurna.
"Mau?"
"Aku tidak suka makanan manis," tolak Aberzio.
"Benarkah? Kau takut kena diabetes?" ledek Helena. Dia meletakkan piring cake di meja. Wanita itu tertegun saat melihat beberapa piring kosong yang tergeletak di meja. Tanpa sadar ternyata sudah banyak sekali makanan yang dia cicipi. Akan tetapi perutnya belum juga merasa kenyang.
"Apa yang kau pikirkan, Helena." Aberzio memeluk perut Helena dari belakang.
"Sepertinya hari ini aku sangat bahagia. Sampai-sampai perutku siap menampung makanan sebanyak apapun."
Aberzio tertawa mendengarnya. Perkataan Helena selalu saja membuat Aberzio merasa geli. Dia cukup terhibur. Wajah polos Helena membuat semua yang dia katakan memang berasal dari hati nuraninya. Tidak sengaja dibuat-buat ajar terkesan imut.
"Mau makan lagi? Aku akan meminta koki untuk menyiapkan makanan yang baru," tawar Aberzio.
"No. Kau mau melihatku gendut?"
"Sepertinya menarik jika kau berubah gendut," sahut Aberzio dengan senyum tertahan.
"Iya. Setelah tubuhku berubah jelek. Kau akan segera mencari penggantiku." Helena mulai kesal.
"Tidak akan." Aberzio mengecup pundak Helena. "Hal seperti itu tidak akan pernah terjadi. Aku akan mencintaimu dan selalu mencintaimu. Sampai kapanpun. Bahkan jika kau tidak ada lagi di dunia ini. Cintaku hanya untukmu."
Helena tersentuh mendengar jawaban Aberzio. Dia merasa begitu dimanja dan dimuliakan oleh suaminya sendiri. Helena menjatuhkan tubuhnya. Memejamkan mata untuk menikmati pelukan yang kini diberikan oleh Aberzio.
"I love you," bisik Aberzio sebelum mengecup pipi Helena.
Dikejahuan ada Clara yang menahan tangis karena patah hati. Meskipun tidak mendengar jelas apa yang dibicarakan oleh Helena dan Aberzio. Tapi, melihat keharmonisan antara sepasang suami-istri itu sudah berhasil membuatnya sakit hati dan emosi.
"Aku menunggu hingga bertahun-tahun. Memastikan tidak pernah melakukan kesalahan sedikitpun. Tetapi kini apa yang aku dapatkan? Dia menikahi wanita lain. Bahkan mereka tidak pernah pacaran!" umpat Clara penuh emosi.
"Bos, tenang. Jika anak buah Strike mendengarnya. Anda bisa celaka."
"Aku nggak mau tahu. Tembak wanita itu sekarang juga. Aku mau dia mati di depan mataku sekarang juga!" perintah Clara penuh dendam.
"Tapi, Bos-"
"Sekarang!" potong Clara cepat.
Wanita itu menunduk hormat. Dia berjalan maju. Siap mengorbankan nyawanya asalkan Clara bahagia. Dia juga tidak memiliki pilihan untuk menolak. Nyawa keluarganya bisa dalam bahaya.
Clara tersenyum puas. "Selamat tinggal jalang sialan. Kau pikir semudah itu bersaing denganku?"
Helena memandang ke depan sejenak. Dia segera beranjak dari pangkuan Aberzio. "Aku mau ke toilet. Sebentar."
Aberzio hanya mengangguk saja. Dia memandang Helena yang kini mulai menjauh darinya. Tidak ada rasa curiga sedikitpun karena yang ada di lokasi pesta hanya orangnya dan juga orang Clara. Semua bisa dipercaya.
Helena tersenyum tipis saat menyadari sesuatu yang tidak beres di belakangnya. Instingnya sebagai seorang pembunuh tidak pernah meleset. Saat sudah jauh dari lokasi pesta, Helena memutar tubuhnya. Membuat wanita di belakangnya tidak berhasil melepas tembakan. Satu kakinya terangkat ke atas untuk menendang tangan pembunuh. Pistolnya terpental ke lantai.
Pembunuh itu kaget bukan main. Dia tidak menyangka kalau Helena sehebat itu. Saat ingin merebut senjatanya lagi, Helena segera menginjak kakinya. High heels Helena yang tajam berhasil menusuk punggung tangan wanita di depannya.
"Ampun, Nona. Ampun!" teriak wanita itu dengan suara yang kuat. Dia harus membuat drama baru. Jangan sampai Helena menyeret Clara di dalam masalah ini.
"Ampun?" Helena berjongkok. Memegang dagu musuhnya dan menatap wajahnya. Tertawa meledek setelah itu. "Ikut denganku."
Helena mengambil senjata yang ingin digunakan untuk menembak. Satu tangannya menjambak rambut wanita pembunuh dan menyeretnya. Melangkah dengan tenang dan elegan. Anak buah Clara mengangkat senjata mereka. Melihat rekan mereka disiksa membuat semua tidak terima.
Clara melebarkan kedua matanya. Bukan kematian Helena justru kini anak buahnya menimbulkan masalah baru. Wajahnya terlihat panik. Dia berpikir cepat untuk membela diri.
"Turunkan senjata kalian!" teriak Strike marah.
Semua anak buah Clara segera menurunkan senjata mereka. Menunduk takut setelahnya. Suasana berubah kacau. Semua orang berkumpul untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Aberzio beranjak dari duduknya. Mengernyitkan dahi melihat anak buah Clara yang kini ada di tangan Helena.
"Helena, apa yang terjadi?"
Helena melirik ke bawah. "Mau cerita sendiri atau aku yang mengatakannya?" tawar Helena dengan senyum manis dibibirnya.
Wanita itu merangkak ke depan. Dia berusaha memfitnah Helena. Meskipun tidak tahu endingnya akan berhasil atau tidak.
"Bos, saya ada di belakang Nona Helena. Saya mau ke toilet juga. Tapi tiba-tiba Nona Helena menyerang. Saya juga tidak tahu apa kesalahan saya."
"Pembohong sialan!" umpat Helena. Dia berpikir keras saat itu. Tidak ada bukti untuk membenarkan ceritanya. Tapi Helena mau wanita di depannya terbukti bersalah agar semua orang tahu.
"Kak Helena, apa yang terjadi? Dia orang kepercayaanku." Clara muncul untuk membela. Dia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat Aberzio benci sama Helena.
Helena melangkah maju. Dia hanya perlu berbicara dengan pembunuh di depannya. Tidak perlu menjawab pertanyaan orang lain.
"Darimana kau tahu aku mau pergi ke toilet? Bahkan di lorong itu bisa saja menuju ke dapur."
Wanita itu mengangkat kepalanya. Dia memandang Helena. "Anda tidak mungkin ke dapur, Nona."
"Sayangnya aku memang mau ke dapur. Kau bisa tanya sendiri dengan Aberzio." Helena memandang ke arah Aberzio.
Aberzio seperti tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti permainan istrinya. "Ya. Helena mau ke dapur."
"Tapi ...."
Helena berjongkok lagi di depan wanita itu. "Ssstt. Jangan langsung menjawab. Pikirkan dulu agar kau tidak salah bicara." Helena menepuk pipinya dengan lembut. Menatap matanya dengan tajam.
Wanita itu mulai kehabisan kata-kata. Seluruh tubuhnya gemetar ketakutan. Setelah ini dia tidak akan selamat. Strike pasti akan membunuhnya. Menyiksanya dengan keji.
"Aku tahu kau tidak suka denganku. Tidak masalah. Aku tidak memaksa semua orang yang ada di sini untuk menyukaiku. Apa lagi mau menerimaku. Pergilah. Kau akan aman. Tidak ada seorangpun yang berani membunuhmu. Aku sudah memaafkan kesalahanmu." Helena menyerahkan senjata api wanita itu lagi. Mengokang senapannya. "Jadilah pembunuh yang cerdik. Jika menggunakan trik seperti tadi. Kau bisa dengan mudah tertangkap."
Helena kembali berdiri. Di dalam hati dia menghitung mundur. Wanita itu seperti sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Helena sendiri sudah siap dengan triknya.
Wanita pembunuh itu mengepal kuat senjata api di tangannya. Tiba-tiba dia mengarahkannya ke Helena. "Matilah kau, Helena!"
Dor.
Tembakan Strike lebih cepat daripada tembakan wanita di depan Helena. Semua orang kaget bukan main. Wanita itu tewas seketika. Senjata di tangannya terlepas dan tubuhnya tergeletak tidak bernyawa.
"Saya melihatnya. Sejak awal langkahnya sudah mencurigakan. Saya tahu dia memang ingin menembak Nona Helena, Bos," ungkap Strike pada akhirnya.
Dia sengaja tidak bersuara karena membiarkan Helena bermain-main lebih dulu. Tidak boleh juga ada salah paham di antara anggota King Tiger dan anggota Clara.
"Jalang sialan! Buang mayatnya ke laut. Memalukan!" teriak Clara emosi. Dia memandang ke arah Helena. "Kak, maafkan anggotaku."
Helena mengangkat kedua bahunya. "It's oke."
Aberzio menarik pinggang Helena dan memeluknya. "Apa kau baik-baik saja?"
"Aku bukan wanita lemah. Tenang saja, Bos."
Aberzio tersenyum mendengarnya. Dia mencium pucuk kepala Helena sebelum memeluknya lagi dengan erat. "Aku mencintaimu, Helena. Sangat mencintaimu."
Clara memalingkan wajahnya. Buliran air mata menetes karena tidak sanggup di tahan lagi. Dia segera pergi meninggalkan lokasi pesta. Diikuti beberapa anggota setianya.
"Secepat itu Kak Aberzio membuka hatinya. Memangnya apa hebatnya Helena?"
kenapa harus dirahasiakan dr helena
klo jason tdk seposesif robert
🫂🫂🫂helena km pasti bisa jgn menyerah dulu...tunggulah aberzio kembali
jangan dulu jatuh ke pria lain mending jadi single mom aja sembari ngumpulin kekuatan n strategi baru king tiger yg udah bercerai berai ulah si clara..
emang selalu ada kejutan distiap novel²nya kak sis😲😯
klo aberzio beneran mati nasib helena y jadi tahanan berstts istri robert😭
jgn sampe jjson juga dilenyapkan si robert