"Tolong jangan sentuh saya, Pak." Ucap seorang gadis cantik berkacamata bulat dengan tubuh bergetar hebat. Gadis itu terisak pilu ketika mahkota yang selama ini dijaga, direnggut paksa oleh seorang dosen.
Azura Saskirana seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di ruang perpustakaan di malam hari yang sepi ditengah hujan badai. Zura hari itu memang sengaja ingin menyelesaikan skripsinya yang tinggal sedikit lagi selesai. Disaat bersamaan hujan turun dengan lebat disertai angin, membuat dia enggan beranjak. Karena tempat kostnya terletak lumayan jauh dari kampus, jadi dia memutuskan untuk menunggu hujan reda baru akan pulang itupun dia masih harus berjalan kaki.
Garvin Reviano Agler, seorang dosen yang sudah lama menduda dan berhati dingin setelah pernikahan dengan wanita yang dicintainya gagal karena wanita itu lebih memilih pergi untuk mengejar karir. Malam itu Garvin dijebak oleh dosen wanita yang terobsesi dengannya dengan minuman yang sudah dicampur obat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Kelam Tak Terlupakan
"Tapi kamu tidak bisa menolak pesonaku malam ini Garvin." Elena mendengar gumaman Garvin meskipun lirih.
Elena memeluk Garvin dari belakang, dan meraba-raba dada bidang yang ditumbuhi bulu dengan penuh semangat. Garvin sedikit terbuai karena sentuhan itu. Tapi ketika tangan Elena berusaha membuka resleting celana duda tanpa anak itu. Garvin tersadar.
Bruk
"Ah..." Teriak Elena karena Garvin mendorong kuat tubuh polos itu, membuat Elena terpelanting hingga menabrak meja kayu. Elena mengeram karena rasa sakit yang menghantam punggungnya ditambah kepalanya mengeluarkan darah.
Dengan tergesa-gesa Garvin meninggalkan Elena untuk bersembunyi. Dia berlari menembus kegelapan malam hingga berakhir di sebuah ruang perpustakaan yang sepi.
Tapi saat tiba di perpustakaan yang disangkanya sudah sepi, justru Garvin melihat siluet wanita muda berambut panjang sedang duduk membelakangi pintu. Entah setan apa yang merasuki Garvin, hingga dia malah mendekati gadis yang terkenal cupu itu. Hingga terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan oleh mereka berdua.
"Apa yang sedang bapak lakukan?"
Zura terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya dipeluk erat dari belakang oleh seorang dosen yang terkenal dingin.
Zura yang masih fokus pada ketikannya tidak menyadari kedatangan dosen pembimbingnya dengan keadaan yang buruk.
"Tolong saya Zura?" Pinta Garvin dengan suara serak menahan gairah.
"Tolongin apa pak? Maaf saya masih mengerjakan skripsi." Jawab Zura.
Zura belum beranjak pulang karena hujan turun dengan lebat disertai angin. Apalagi tempat kostnya terletak lumayan jauh dari kampus, jadi dia memutuskan untuk menunggu hujan reda baru akan pulang itupun dia masih harus berjalan kaki.
Tanpa mendengarkan teriakan mahasiswinya, Garvin mengangkat tubuh Zura dan membawanya ke pojok perpustakaan yang gelap.
Garvin mencium bibir Zura dengan brutal, kesadarannya saat ini tinggal beberapa persen lagi. Tapi dia tahu jika Zura berusaha memberontak.
"Hmmm..." Gumam Zura saat bibirnya dilahap habis oleh dosen duda itu. Sementara tangan Garvin menggerayangi tubuh Zura dan berusaha membuka pakaian yang sedang dikenakan mahasiswi tingkat akhir yang terkenal cupu.
Srek... Karena susah, akhirnya kemeja kotak-kotak berwarna pink salem itu disobek oleh Garvin. Kini terlihat dua buah gundukan berukuran besar.
"Ternyata di balik baju longgarmu, tersimpan aset yang begitu indah."
Dengan kedua tangannya, Garvin mengambil dua buah melon dari wadahnya. Kemudian Garvin menghisap satu puting seperti bayi sedang menyusu ibunya.
"Ah... Jangan digigit pak, sakit." Tangis Zura pun pecah karena merasa kotor tubuhnya dijamah paksa.
Bergantian, Garvin menyusu seperti sedang melepas dahaga karena selama sepuluh tahun tidak pernah menyentuh wanita.
Puas dengan kedua buah melon, kini Garvin menuju ke bawah yang masih tertutup kulot panjang. Dengan sekali tarikan, semua terlepas.
Garvin merebahkan tubuh Zura di atas meja perpustakaan dan mulai beraksi. Garvin memandangi tubuh Zura yang mulus dan sangat putih. Garvin tidak menyangka, jika mahasiswi cupu ini sangat indah sekali.
Garvin menelusuri kedua paha Zura dengan bibirnya, memberikan banyak jejak yang membuat Zura berteriak minta tolong tapi tidak satupun mendengar.
Hujan yang sangat lebat disertai angin, membuat suasana semakin dingin tapi tidak dengan Garvin yang sudah terbakar oleh hasrat membara.
Sejenak Garvin terpaku melihat lubang va gina Zura yang berwarna pink lembut. Tapi tidak ingin lama Garvin mengaguminya tanpa menyentuhnya. Garvin membuka lebar selang kangan Zura dan melumat habis miliknya.
Tidak dipungkiri, jika sentuhan dari dosen duda ini begitu lembut yang membuat Zura ikut terbuai.
"Ouh..." Tidak tahan dengan gelenyar aneh yang merambat ke seluruh tubuhnya. Zura mendesah penuh kenikmatan, teriakan pilu diawal berubah menjadi jeritan manja meminta segera dimasuki.
"Sshh... Pak Garvin...Ahh..." Jeritnya ketika lidah Garvin menjelajahi lubangnya.
"Kamu menikmati juga Zura? Bagaimana enak tidak?" Tanya Garvin serak.
"Ahh... Kamu sudah sangat basah sayang. Mari kita lanjut ke permainan utama. Bersiap-siaplah, jangan lupa mendesah yang kencang." Ucap Garvin.
Kemudian Garvin membuka seluruh pakaiannya dengan cepat, dia mengeluarkan senjata laras panjangnya yang sudah siap.
"Besar dan berurat." Gumam Zura.
"Apakah akan muat pak Garvin?"
"Kita coba dulu, kamu tahan ya pasti akan sakit jika kamu masih perawan." Jawab Garvin.
"Saya masih perawan pak." Balasnya.
"Dan akan saya buktikan perkataanmu."
Garvin menggesek-gesekkan senjatanya pada lubang goa Zura. Terdengar lenguhan panjang yang menandakan Zura sudah tidak sabar untuk segera dimasuki olehnya.
Jleb
"Ahhh....sakit pak Garvin."
"Tolong berhenti pak." Ucap Zura terisak pilu ketika mahkota yang selama ini dijaga, direnggut paksa oleh seorang dosen atas kesadarannya.
"Maaf Zura, tapi saya tidak bisa berhenti sebelum menyelesaikan semuanya."
Garvin bergerak liar di atas tubuh Zura, rasanya sangat nikmat, sempit, legit dan menggigit batangnya.
"Sshhhh... Ouuhhh... Kamuuhhh...sangatthhh nikmaathhh"
Garvin bergerak maju mundur dengan penuh semangat. Sudah sangat lama, senjata miliknya mati suri karena tidak pernah ada yang memuaskan. Bukan tidak ada, karena sebenarnya banyak wanita yang menawarkan diri naik ke ranjangnya. Tapi Garvin tidak pernah sedikitpun tertarik meskipun wanita itu cantik dan sexy.
Garvin bermain sangat lama karena rasa nikmat yang sangat berbeda dengan saat berhubungan intim bersama mantan istrinya dulu. Ada sensasi tersendiri ketika berhasil menjebol keperawanan.
Karena dulu, Mesya sudah tidak perawan disaat malam pertama pernikahannya. Dengan alasan pernah diperkosa, Mesya membuat Garvin sedikit kecewa karena ketidak jujuran Mesya sedari awal.
Apalagi Mesya selalu meminta Garvin menghentikan permainan sebelum Garvin merasa terpuaskan. Tidak ingin hamil menjadi penyebab Mesya melakukan semua itu. Dengan egoisnya dia juga tidak ingin menggunakan kontrasepsi yang katanya akan merusak tubuhnya yang merupakan aset menjadi model papan atas. Pun juga ketika Arjuna hendak memakai kon dom tidak diperbolehkan.
Berakhir Garvin selalu bermain solo di kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya kala itu. Tapi kini berbeda, Garvin dengan leluasa mengobrak abrik lubang goa milik mahasiswinya.
Darah perawan membuat senjata milik Garvin menjadi semakin berkedut, membesar dan semakin memanjang serta berurat.
"Pak Garvinhhh... Sayahhh...ouhhh... Mauhhh pipisshhh...Shhh...ahhh...." Teriak Zura.
Mendengar teriakan penuh kenikmatan dari Zura membuat Garvin semakin semangat mengejar kepuasan untuk dirinya juga.
Garvin bergerak semakin liar, maju mundur, keluar masuk lubang. Hingga rasa nikmat itu pun datang setelah sekian lama tidak terpuaskan.
Semburan hangat darinya memenuhi rahim Zura, bahkan pertama kalinya bagi pria berusia 35 tahun ini.
Rasanya sangat melegakan bagi Garvin. Kali ini pengaruh obat sudah berkurang, tapi Garvin masih ingin mengulang kembali permainannya dengan Zura.
"Kamu sangat nikmat Zura, boleh ya sekali lagi." Pinta Garvin.
Zura yang sudah lelah, tidak bisa untuk menolak. Tubuhnya mengkhianati hatinya. Ingin menolak tapi justru memberi sinyal meminta kembali dimasuki.